Share

Kamu harus menerima dirimu apa adanya Alina

Alina pergi ke salon pagi ini untuk memotong rambut panjangnya yang indah. Wanita itu selama ini menyukai rambut panjang dan Ethan juga begitu. Tapi kini ketika ia melihat rambut panjangnya dia ingat akan Ethan yang sering memuji rambut panjangnya itu.

"Mau potong sependek apa Kak?" tanya hairstylist.

Alina menatap wajahnya di depan kaca seraya mengingat momen yang telah terjadi pada hidupnya selama ini. Ia pun menguatkan dirinya dan mengatakan bahwa dia harus berubah.

"Messy Short Hair," jawab Alina.

"Oke," respon hairstylist tanpa menolak atau memberi saran lain.

"Aku tidak ingin diajak bicara selama proses potong rambut selesai," sambung Alina tanpa melihat ke arah hairstylist.

Hairstylist itu paham bahwa Alina pasti sedang mengalami kesulitan. Dia pun diam saja selama memotong rambut Alina. Sedangkan wanita yang sedang galau itu melihat setiap helai dari rambutnya yang terjatuh setelah dipotong. Dan lagi-lagi ia meneteskan air matanya.

Setelah Alina selesai potong rambut, ia juga mengecat rambutnya yang hitam pekat itu menjadi warna warna biru dan silver. Alina merasa seperti sedang memberontak, akan tetapi tidak tahu pada siapa.

Beberapa jam kemudian Alina sudah selesai dari salon dan kini ia menuju toko pakaian. Ia melihat pakaian dan celana yang selama ini ia hindari karena malu akan kakinya yang tidak seimbang. 

"Alina kamu harus menerima dirimu apa adanya sekarang, orang yang selama ini kamu percayai sudah pergi tanpa alasan yang jelas, keluargamu lebih sering meremehkanmu, dan orang disekitarmu hanya fisiklah yang mereka lihat … mulai sekarang, kamu akan mencintai dirimu sendiri dan jangan pernah dengarkan semua perkataan orang-orang yang ingin membuat mentalmu kembali jatuh," benak Alina berkata pada dirinya sendiri.

Alina memasuki toko pakaian itu dan membeli berbagai macam celana panjang dan pendek, kaus, jaket pria, sepatu dan aksesoris lainnya. Setelah membayar Alina segera mengganti pakaiannya yang tadinya pakaian kasual dengan rok panjangnya kini ia ganti dengan gaya tomboy.

"Em, sepertinya aku tetap harus memakai silikon peninggi badan untuk kaki kananku, karena jika aku tidak memakai itu akan membuatku sulit untuk berjalan," gumam Alina.

Setelah Alina memeriksa sekali lagi penampilannya dan merasa bahwa itu tidak terlalu buruk. Walau memang terlihat cukup jelas perbedaan antara kedua kakinya itu.

"Ingat Alina, jangan cemaskan penampilanmu, cintai dirimu dan jangan hiraukan batu batu kerikil di sekitarmu," ucap Alina cukup keras sehingga terdengar dari luar ruang ganti di toko itu.

Pria yang sedang duduk menunggu Alina keluar menoleh ke arah ruang ganti setelah mendengar wanita itu berkata seperti itu. Di saat itu pula Alina keluar dengan senyuman di wajahnya, pria itu memperhatikannya dari atas kepala hingga kaki dan mengerti apa yang dikatakan oleh Alina di dalam ruang ganti.

Alina menoleh ke arah pria yang memperlihatkannya itu dengan tatapan datar dan tidak peduli. Alina mengalihkan kembali tatapannya ke depan seraya menyisir rambutnya ke belakang dengan tangan kirinya.

Harun berlari menuju toko pakaian dengan secarik kertas di tangannya. Ia mencari Fathan sahabatnya yang sedang berada di toko itu. Dari kejauhan Harun melihat Fathan berada di dekat ruang ganti, dan Fathan sedang melihat ke arah wanita tomboy yang baru saja keluar dari ruang ganti itu.

Wanita tomboy yang tidak lain adalah Alina juga melewati Harun. Harun juga terdiam sejenak melihat tatapan dingin dari Alina yang terasa menusuk itu.

Setelah Alina melewatinya dan keluar dari toko, Harun berkata, "Wah, ada apa dengan wanita itu? Apa dia anaknya Elsa Frozen?" 

Harun geleng-geleng kepala kemudian kembali menghampiri Fathan. Tapi Fathan masih terdiam dan melihat ke arah Alina yang sudah tidak terlihat lagi.

Harun melihat heran ke arah Fathan, kemudian Harun memukul kuat punggung Fathan untuk menyadarkannya. Seketika Fathan terlihat kesal pada Harun seraya memegang punggungnya.

"Makanya kalau dipanggil orang itu jawab, ini," ucap Harun seraya menyerahkan secarik kertas tadi pada Fathan.

Fathan mengambil kertas itu, "Apa ini?"

"Baca aja sendiri."

Fathan membuka kertas itu dan membacanya dalam hati, "Apa? Geng Bruiser ngajak balapan dan taruhannya adalah Siska?"

"Iya Fathan, padahal kamu masih pendekatan sama Siska, kayaknya geng Bruiser emang suka cari masalah sama kamu deh."

"Sialan Jonathan, ini pasti dia yang punya ide."

"Kayaknya iya, soalnya dari yang aku denger, Jonathan juga suka sama Siska."

"Kampret kamu Jonathan, ayo kita pergi sekarang."

"Kemana Fathan? Kan Jonathan ngajak balapan nanti malam."

"Iya sekarang aku harus siapin motorku biar menang, bego banget sih kamu."

"Oh iya juga ya, ayo."

***

Terdengar suara tawa elegan dari beberapa orang di ruang tamu mewah keluarga Ethan dan Yunda yang sedang mengadakan pertemuan keluarga untuk membahas pernikahan mereka. Ethan terlihat merespon dengan sewajarnya, sedangkan Yunda terlihat sangat senang karena rencananya berhasil dan sebentar lagi ia akan menikah dengan Ethan.

"Yunda sangat cantik, pintar dan modis," puji Tiara Mama Ethan.

"Hahaha, Ethan juga sangat tampan dan cool," jawab Manda Mama Yunda.

Papa Ethan dan Yunda saling berbincang bicara soal bisnis. Yunda terus saja memandang ke arah Ethan dengan bahagia. Lalu Ethan yang enggan berada di sana beradu pandang dengan Yunda, Yunda pun segera tersenyum manis pada Ethan.

"Dasar rubah licik," batin Ethan kemudian teringat kejadian dimana Ethan terpaksa meninggalkan Alina.

***

Flashback di malam Alina di culik.

Ethan berlari dengan tergesa-gesa menuju alamat yang diberikan oleh Yunda. Ethan sampai terjatuh dan terluka di bagian lengannya. Kemudian Ethan melihat lagi pesan yang diberikan oleh Yunda.

"Datanglah ke perkemahan semilangka dalam satu jam, jika terlambat entah apa yang akan aku lakukan pada wanita pincang ini."

"Aish, sialan rubah licik ini, kenapa dia bisa melakukan hal terhina seperti ini? Kenapa dia terobsesi padaku," geram Ethan kemudian kembali berlari.

Beberapa saat kemudian Ethan sampai di tenda milik Yunda. Di depan tenda ada 2 pengawal yang menjaga pintu masuk. Di saat yang sama Yunda keluar dan mengajak Ethan masuk ke dalam tenda.

Di dalam tenda itu tampak luas, terdapat kursi dan meja yang sudah disiapkan oleh Yunda. Ethan duduk tepat di seberang Yunda. Wanita itu tersenyum licik seraya menuangkan minuman untuk Ethan.

"Aish, Yunda terima kasih kamu telah menyiapkan ini semua, tempat ini terlihat sangat mewah dan megah walaupun ini hanya di dalam tenda … tapi kenapa aku tidak melihat dimana keberadaan Alina?" ucap Ethan dengan angkuh tidak ingin kalah dengan aura kuat yang dipancarkan oleh Yunda.

Yunda tersenyum kesal, "Apa hanya dia yang selalu jadi prioritas-mu? Kenapa kamu selalu saja seperti itu jika menyangkut dirinya?" 

"Tentu saja," jawab Ethan tanpa ragu.

"Jangan bilang kamu benar-benar menyukai gadis cacat itu?"

Ethan memukul meja itu hingga retak, "Jaga ucapan-mu Yunda, dia seperti itu bukan sejak lahir."

"Wah, lihatlah caramu marah dengan mata yang membara itu, sepertinya kamu bisa saja membakar-ku jika aku bermain-main dengannya?"

"Bukan hanya dirimu, tapi semua yang bersangkutan dengan keselamatan Alina akan aku hancurkan, jadi cepat katakan dimana Alina dan apa yang sudah kamu lakukan padanya?"

Yunda berdiri menuju salah satu lemari yang ada di dalam tenda itu, lalu mengambil tablet dari dalam laci lalu kembali menuju Ethan. Wanita jahat itu meletakkan satu tangannya di bahu kanan Ethan dengan lembut lalu tubuh Yunda mendekat ke wajah Ethan.

"Akan aku tunjukkan sesuatu padamu."

Yunda masih di posisi sebelumnya, dan kini Yunda meletakkan tablet itu di meja yang memperlihatkan Alina yang terikat di ruangan gelap dengan salah satu pengawalnya yang siap melakukan pelecehan pada Alina. Ethan sangat terkejut karena pada saat itu Alina terlihat dalam keadaan tidak sadarkan diri. 

Ethan memegang kerah Yunda dengan kuat dan mengancamnya agar tidak macam-macam pada Alina. Akan tetapi Yunda dengan santai dan tidak merasa bersalah justru tertawa.

"Apa yang akan kamu lakukan padaku sekarang tidak akan membuat pengawalku berhenti."

Ethan sangat kesal dan marah, tubuh Ethan sampai bergetar karena terlalu marah dan ingin segera melampiaskannya pada Yunda.

"Apa yang kamu inginkan Yunda?"

"Aku ingin dirimu."

Ethan menampar Yunda dengan kuat. Pengawalnya yang berada di luar segera masuk ke dalam setelah mendengar suara itu.

Yunda memberi isyarat agar pengawalnya tidak menyakiti Ethan. Ethan masih mencengkram erat kerah baju Yunda.

"Kalau kamu benar-benar ingin membebaskan Alina kamu harus menikah denganku, karena aku tidak akan pernah berhenti mengganggu Alina. Dan seperti yang kamu lihat, aku bisa menghancurkan kehidupan Alina sekarang dengan hebat," ucap Yunda kemudian tertawa jahat.

"Dasar kamu …."

"Apa? Kenapa? Pilihan ada di tanganmu sekarang … oh, dan asal kamu tahu saja, aku bisa melakukan apapun yang aku inginkan."

Ethan sekali lagi menatap ke layar tablet yang masih menyala itu. Alina yang pingsan dan pengawal yang siap melaksanakan tugasnya begitu perintah diberikan. Ethan menghela napas panjang dan menyetujuinya.

"Oke, karena kamu sudah setuju, ayo tandatangani surat perjanjian ini d

an setelah itu kamu dilarang untuk menemui Alina lagi sampai pernikahan kita diadakan," tutur Yunda dengan bahagia.

Bersambung…

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status