Belum sempat Alina dan Ethan sampai di kamar hotel, ada seorang wanita yang tiba-tiba menarik Ethan. Alina pun terlepas dari genggaman Ethan dan terjatuh. Akan tetapi Alina yang masih lemas itu tidak bisa bangun dan masih tetap pada posisi jatuhnya.
Ethan berusaha membangunkan Alina kembali, tapi wanita itu kembali menarik Ethan. Ethan menoleh ke arah wanita itu karena kesal.
Ethan terkejut, “Yunda?” ucap Ethan pada wanita yang sedari tadi menarik dirinya.
“Apa yang kamu lakukan di sini?” lanjut Ethan.
“Bukankah aku yang seharusnya bertanya seperti itu padamu Ethan? Aku adalah tunanganmu dan bagaimana bisa kamu berada di sini dengan wanita pincang ini?”
Ethan segera melihat ke arah Alina yang ternyata kini sudah pingsan. Ethan segera menghampirinya dan menggendongnya. Yunda yang berpakaian seksi itu mendekati Ethan lagi kemudian mendorong tubuh Ethan agar lepas tubuh Alina darinya.
Ethan pun marah dan terjadilah pertengkaran di antara mereka berdua. Dan di saat pertengkaran itu terjadi, lewatlah salah satu staf hotel dan segera membantu Alina dan membawanya kembali ke kamar. Ethan hanya bisa melihat Alina dibawa oleh staf hotel itu karena Yunda masih saja mengajaknya berdebat.
“Argh, hentikan … aku tidak ingin melanjutkan pertengkaran ini!” bentak Ethan.
Yunda terdiam dan merasa kesal dengan tatapan marah pada Ethan.
“Dengar ya Yunda, sudah aku katakan berkali-kali padamu, aku tidak menyukaimu aku terpaksa melakukan perjodohan ini, jangan pernah membuat aku marah atau aku akan membuatmu akan menyesalinya,” ancam Ethan.
Setelah itu Ethan bergegas menuju kamar hotel. Yunda menghentakkan kakinya dengan kesal dan marah pada Ethan.
“Wanita pincang itu benar-benar menggangguku, aku pisahkan saja sekalian kakinya nanti,” gerutu Yunda.
***
Ethan kini sudah berada di kamar hotel. Ia mengucapkan terima kasih pada staf hotel yang telah mengantarkan Alina ke kamar. Ethan memberikan tip untuk staf hotel itu.
“Terima kasih Pak.”
“Tidak, aku yang berterima kasih, karena kalian sudah membantuku.”
Lalu staf itu pun keluar dari kamar. Dan Ethan membiarkan Alina beristirahat dengan tidak mencoba membangunkan Alina.
Di saat yang sama, Ethan mendapatkan notifikasi dari ponselnya. Ternyata sudah banyak komentar pada cerita novel daring Alina. Mereka menuntut agar Alina segera update.
“Mereka ini, padahal Alina hari ini sudah up cerita 3 bab, masih saja kurang,” gumam Ethan.
Ethan segera membuka platform penulis kemudian membalas dengan baik komentar-komentar itu. Biasanya Alina sendiri lah yang akan membalas, karena Alina sangat senang berinteraksi bersama para pembacanya. Akan tetapi karena Alina sedang tidak sehat hari ini, Ethan khawatir ini akan menjadi pikiran Alina nantinya.
“Aku harus membalas dengan baik, agar Alina tidak marah,” gumam Ethan.
Setengah jam kemudian, Ethan yang masih membalas komentar para pembaca tiba-tiba berhenti karena mendengar Alina mengigau.
“Tidak Yah, aku tidak mau, aku takut,” ucap Alina.
Ethan mencoba menyadarkan Alina yang sudah mengeluarkan banyak keringat. Tapi Alina masih tidak bangun-bangun juga.
“Ada apa dengan Alina? Tidak biasanya dia seperti ini,” gumam Ethan.
Ethan terus mencoba membangunkan Alina. Sampai akhirnya Alina merasa mual dan segera tersadar. Alina menutup mulutnya agar tidak muntah di kasur, tapi Alina sudah tidak tahan lagi sehingga ia memuntahkan semuanya pada Ethan.
Ethan terdiam tidak bergeming. Ethan merasa sedikit kesal pada Alina karena hal itu.
Ethan sangat tidak suka dengan hal jorok seperti itu. Ethan segera pergi menuju kamar mandi dan membersihkan diri.
Alina melihat punggung Ethan yang baru masuk kamar mandi dengan merasa bersalah. Alina takut Ethan akan marah, karena walaupun Ethan sangat baik bak malaikat, tetapi Ethan sangat sensitif dengan hal yang jorok seperti itu.
“Aduh, bagaimana ini, bisa-bisa Ethan akan berhenti menjadi editor ku,” ucap Alina.
Dengan rasa yang sangat menyesal, Alina bangun dari kasur. Ia segera melepaskan pakaiannya yang juga terkena muntahan, kemudian Alina memakai handuk. Selagi menunggu Ethan selesai dari kamar mandi, Alina menyingkirkan selimut dan seprai dari kasur.
“Huft, untung saja tidak sampai mengenai kasur … hem, kenapa banyak sekali muntahannya?” gumam Alina.
“Aku akan menghubungi staf hotel nanti setelah Ethan keluar dari kamar mandi,” lanjut Alina.
Sesaat kemudian Ethan keluar dari kamar mandi. Ethan terkejut melihat Alina yang hanya memakai handuk dan melihat ke arah luar jendela. Dengan jelas Ethan bisa melihat kaki Alina yang tidak seimbang karena kecelakaan yang pernah ia ceritakan. Karena selama ini biasanya Alina akan memakai silikon peninggi badan pada salah satu kakinya dan menutupinya dengan kaus kaki juga rok yang panjang.
Di saat yang sama Alina menoleh ke arah kamar mandi untuk melihat apakah Ethan sudah selesai mandi. Dan ketika Alina sepenuhnya sudah berbalik, Ethan menelan salivanya melihat gundukan besar dekat dengan wajah Alina di balik handuk.
“Ethaan kamu sudah selesai?” Ethan masih terdiam.
Alina mendekat, “Maafkan aku, aku tidak akan mengulanginya lagi,” sambung Alina.
Ethan memalingkan wajahnya, “Menjauh dariku kamu bau muntahan,” jawab Ethan.
Alina benar-benar merasa bersalah pada Ethan. Ethan juga terlihat marah pada Alina.
Alina segera menghubungi staf hotel untuk membersihkan seprai, selimut dan juga mengganti seprai. Setelah menghubungi staf, Alina masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
“Ada apa dengan wanita itu? Apa dia tidak menganggapku sebagai pria, bisa-bisanya dia hanya memakai handuk seperti itu,” gerutu Ethan.
Setelah Ethan merapikan diri dan memakai parfum, Ethan bergegas keluar untuk menuju kantornya yang ada di Bali karena ada meeting penting. Ethan tidak mengatakan apapun pada Alina karena masih merasa kesal.
Bersamaan dengan keluarnya Ethan, staf masuk ke kamar hotel untuk membersihkan kekacauan itu. Ethan dan staf saling menyapa satu sama lain dengan senyuman singkat. Dari salah satu staf itu Ethan merasa familiar, tapi Ethan tidak tahu siapa.
Sesampainya di lobi hotel, Ethan memutuskan untuk memesan taksi, dia tidak ingin mengendarai mobil.
Selama diperjalanan, Ethan melihat betapa indahnya pulau dewata Bali. Pemandangan yang tidak akan pernah membuat orang bosan. Tidak lama kemudian Ethan sampai di kantor dan segera mengadakan rapat bersama para karyawannya.
***
Alina keluar dari kamar mandi dengan sudah memakai pakaian rapi dan sopan. Alina sengaja menyelesaikan kegiatannya di kamar mandi agar tidak terlihat oleh para staf yang membersihkan kamar.
Alina menyapa kedua staf yang sedang memasang seprai itu. Kemudian Alina membuat kopi hangat untuk dirinya sendiri karena ia merasa kedinginan
“Apa kalian ingin kopi, teh atau jus?” tanya Alina pada kedua staf pria itu.
Kedua staf itu menolak dengan sopan.
Setelah menolak, salah satu staf keluar membawa selimut dan seprai yang kotor. Sedangkan staf yang satunya masih menyelesaikan merapikan kasur.
"Aku akan keluar sekarang, segera selesaikan dan datang ke tempat sebelumnya," ucap staf yang hendak keluar.
"Iya," jawab staf satunya.
Sesaat setelah pintu tertutup, staf yang masih berada di dalam kamar segera mendekat pada Alina yang sedang menikmati secangkir kopi dan menatap keluar jendela. Kemudian ia segera membekap mulut Alina dengan kain yang sudah ia beri obat bius.
Alina mencoba melawannya akan tetapi obat bius itu mulai membuat Alina lemas dan perlahan kehilangan kesadaran. Staf itu segera membawa Alina keluar kamar, sebelumnya ia memastikan terlebih dahulu bahwa tidak ada yang melihatnya.
***
Ethan fokus memperhatikan karyawannya yang sedang presentasi menjelaskan tentang produk baru yang akan launching. Tapi walaupun mata Ethan tertuju pada layar proyektor yang sedang menyala, pikiran Ethan tidak tenang memikirkan Alina yang berada hotel. Beberapa dari karyawannya melihat Ethan dan merasa khawatir.
Salah satu karyawan memberi isyarat pada temannya yang duduk dekat dengan Ethan untuk menyadarkannya. Akan tetapi sudah tiga kali Ethan dipanggil, Ethan masih saja tidak sadar dari lamunannya.
"Apa aku terlalu kasar pada Alina karena hal yang ia tidak sengaja," gumam Ethan terdengar lirih oleh karyawannya. Karyawannya saling pandang satu sama lain.
Tiba-tiba Ethan mengingat sesuatu, "Oh? Sebentar, staf tadi terlihat sangat familiar se…per..ti… … Oh My God, dia adalah pengawal Yunda," sambung Ethan seraya memukul meja di perkataannya yang terakhir.
Kemudian wajah Ethan berubah menjadi marah bercampur khawatir. Ia segera meninggalkan rapat itu tanpa berkata apapun lagi dan segera menuju hotel.
Karyawan Ethan yang berada pada rapat tersebut hanya terdiam dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Karena ini untuk ketiga kalinya Ethan pergi ketika sedang rapat dan tidak berkata apa-apa. Mereka merapikan meja dan mengirimkan detail penting dari rapat pada Ethan melalui surat elektronik.
Bersambung…
Ethan baru saja keluar dari hotel setelah ia tidak menemukan siapa-siapa di dalam kamar. Ethan juga tidak bisa menghubungi Alina sama sekali karena ponsel Alina tertinggal di kamar.Ethan segera menghubungi Yunda tanpa ragu. Ethan"Dimana kamu sembunyikan Alina?" tanya Ethan begitu Yunda mengangkat teleponnya. Yunda (V.O)"Apa yang kamu katakan Ethan? Tiba-tiba saja kamu berkata seperti itu padaku, menuduhku dengan sembarang." Ethan"Kamu tidak perlu berbohong, aku tahu bahwa kamu sudah mengirim salah satu pengawal mu untuk menculik Alina kan?" Yunda"Wah, Ethan kamu membuatku sakit hati, bagaimana bisa kamu menuduhku seperti ini." Ethan"Jika sampai Alina terluka sedikit saja, maka kamu akan menanggung akibat yang tidak pernah kamu bayangkan."Ethan mengakhiri panggilan telepon itu dengan penuh amarah.Yunda melihat ke smartphone-nya setelah Ethan mematikan telepon. Kemudian Yunda menoleh ke sampingnya dimana Alina sedang duduk di kursi dalam keadaan terikat."Kamu juga akan
Ethan yang bersembunyi di balik gedung lain melihat Alina dari kejauhan yang masuk ke dalam restoran bersama Elis. Dari tatapan Ethan ke Alina saat ini penuh dengan tanda tanya. Beberapa saat kemudian Yunda menghampiri Ethan.Yunda menyilangkan kedua tangannya di depan, "Aku sudah bebaskan dia, sekarang kamu harus menghilang dari hadapannya," ucap Yunda.Ethan menoleh ke arah Yunda dan menatapnya dengan tajam, "Ingat Yunda, aku melakukan ini semua karena terpaksa," jawab Ethan kemudian berjalan menuju mobilnya.Yunda tersenyum puas, "Saat ini kamu akan terpaksa, tapi nanti kamu pasti akan berterima kasih padaku karena kamu telah aku jauhkan dari si pincang itu," gumam Yunda.***"Apa? Ethan meminta-mu untuk menggantikan dia untuk acara jumpa fans besok?" tanya Alina terkejut."Iya Kak, aku diminta oleh Pak Ethan untuk menemani Kakak besok, dan untuk lebih jelasnya nanti Kakak akan temukan di kamar hotel katanya."Seketika Alina teringat apa yang dikatakan oleh Yunda beberapa saat yang
Alina pergi ke salon pagi ini untuk memotong rambut panjangnya yang indah. Wanita itu selama ini menyukai rambut panjang dan Ethan juga begitu. Tapi kini ketika ia melihat rambut panjangnya dia ingat akan Ethan yang sering memuji rambut panjangnya itu."Mau potong sependek apa Kak?" tanya hairstylist.Alina menatap wajahnya di depan kaca seraya mengingat momen yang telah terjadi pada hidupnya selama ini. Ia pun menguatkan dirinya dan mengatakan bahwa dia harus berubah."Messy Short Hair," jawab Alina."Oke," respon hairstylist tanpa menolak atau memberi saran lain."Aku tidak ingin diajak bicara selama proses potong rambut selesai," sambung Alina tanpa melihat ke arah hairstylist.Hairstylist itu paham bahwa Alina pasti sedang mengalami kesulitan. Dia pun diam saja selama memotong rambut Alina. Sedangkan wanita yang sedang galau itu melihat setiap helai dari rambutnya yang terjatuh setelah dipotong. Dan lagi-lagi ia meneteskan air matanya.Setelah Alina selesai potong rambut, ia juga
Alina mencari kalung emas pertamanya yang ia beli dari jerih payahnya sendiri. Alina baru sadar telah kehilangan kalungnya ketika ia sudah tiba di rumah. Mau tidak mau Alina kembali menyusuri setiap jalan yang ia lalui tadi siang."Aku sudah dari salon, toko baju, cafe … dimana aku menjatuhkannya?" gumam Alina.Seraya mondar-mandir di depan cafe, Alina mengingat-ingat lagi tempat-tempat yang ia kunjungi hari ini."Oh iya, aku tadi sempat berada di jalan panjang yang biasanya menjadi tempat balapan liar apa ya sebutannya … oh ya arena balap, sialnya kenapa aku tadi bisa berada di sana? Hari mulai gelap, dan jalanan itu sangat panjang." Dengan lemas dan mengeluh Alina menuju jalan itu dengan diiringi helaan napas berkali-kali.***Terdengar suara bising knalpot motor dari segerombolan orang yang akan mengadakan balap liar malam ini. Masing-masing dari mereka memamerkan suara yang keluar dari motor mereka.Sorak-sorai penonton juga meramaikan tempat itu. Siska yang menjadi rebutan malam
Clara sudah kembali ke kantor, Lita terlihat masih kesal pada Clara. Belum selesai urusan mereka setelah bertemu dengan Alina dan Clara juga telah memberikan semua tugas nasabah bermasalahnya pada Lita."Aku akan meminta putus hari ini juga," benak Lita yang sudah muak dengan Clara.Clara bekerja seperti biasanya, tapi kini Clara mempunyai partner baru karena ada karyawan yang baru saja direkrut. Lita merasa sangat lega karena tidak perlu selalu bersama dengan Clara sekarang.Tapi Clara menyadari bahwa Lita masih marah padanya dan mencoba untuk menenangkan hati Lita lagi. Mulai dari kata-kata manis seperti biasanya hingga mencoba mencium Lita.Tapi Lita tetap teguh pada pendiriannya saat ini, ditambah lagi selama Clara pergi Lita telah dekat dengan seorang laki-laki tampan dan normal. Lita mulai merasa bahwa ia akan kembali seperti dulu lagi yang normal sebelum ia bertemu dengan Clara. Lita juga tidak merespon apapun dari setiap bujuk rayu Clara.Setelah semua pekerjaan selesai, Anton
Alina bangun setelah pingsan lagi selama 1 jam. Alina memegangi perutnya yang terasa sakit seraya melihat ke sekeliling. Alina melihat Fathan dan Jonathan yang sedang berdebat.Alina mencoba untuk duduk, "Aw," rintih Alina merasakan sakit di bagian perutnya.Fathan dan Jonathan melihat ke arah Alina bersamaan. "Dia udah sadar, cepet panggil Dokter!" titah Fathan."Eh, kok kamu nyuruh nyuruh aku, kamu aja lah yang panggil, luka kamu juga nggak separah luka aku," tolak Jonathan.Alina mengernyitkan dahinya mendengar pertengkaran mereka perkara hal sepele itu. Kemudian Alina melepaskan infus dari tangannya dan hendak turun dari kasur.Fathan dan Jonathan serempak menahan Alina dengan memegang tangan Alina. Alina hanya diam dan terlihat kesal.Fathan dan Jonathan melepaskan tangan mereka dari Alina, "Maafkan kami, kami cuma nggak mau kamu pergi sekarang sebelum diperiksa Dokter lagi," ucap Fathan dan Jonathan mengangguk.Alina menghela napas, "Aku tidak apa-apa, ada urusan yang harus aku
Alina berbaring di atas kasur dengan enggan. Alina merasa sangat bosan, semua novel daringnya sudah update dan juga ia sudah menyiapkan cerita untuk selanjutnya. Alina mencoba mencari ide untuk cerita komik yang mereka bahas 3 hari yang lalu ketika rapat. Tapi tidak ada satu ide pun yang terlintas di benaknya. Walaupun Alina sudah mencoba dengan keras memikirkannya."Haah, ada apa dengan diriku, kenapa akhir-akhir ini aku tidak fokus, aku harus mencari hobi baru untuk mengalihkan pikiranku."***"Ayo kita adakan pertandingan lagi," pinta Siska.Fathan hanya diam dan sibuk dengan ponselnya. Siska yang merasa diabaikan itu pun merajuk dan menggoyang-goyangkan tubuh pria tampan itu. Hingga tanpa sengaja ponsel Fathan terjatuh.Harun tiba di saat yang sama dan segera mengambil ponsel Fathan yang jatuh dan memberikannya. Lalu Harun menarik Siska keluar dari ruang tamu rumah Fathan."Apa sih Harun, kamu ini ganggu aja," bantak Siska."Siska kamu ini ya bodoh banget, Fathan mungkin masih tr
Fathan menatap mata Alina dengan baik. Ia mencoba mencari jawaban dari apa yang Alina lakukan saat ini. Wanita yang tidak pernah ia sangka bisa berbicara seperti itu. Wanita yang selama ini terus saja bersikap acuh tak acuh dan dingin.Lalu ketika Fathan mendengar kembali pertanyaan dari Ethan. Terlihat di wajah Alina bahwa ia cemas dan tidak menjawab. Lalu entah dari mana keberanian dan pikiran itu muncul, Fathan menjawab pertanyaan Ethan dengan mantap."Iya, kami berpacaran."Alina, Ethan dan Harun sama-sama terkejut mendengar jawaban dari Fathan. Ethan menatap Alina cukup lama, sedangkan Alina mengalihkan pandangannya dari Ethan. Tidak ada pembicaraan apa-apa lagi setelah itu.Ethan pergi meninggalkan Alina begitu saja. Tapi terlihat jelas di mata Ethan bahwa ia merasa kecewa mendengar jawaban dari Fathan. Tapi Ethan juga tidak bisa melakukan apa-apa, dia sudah melukai perasaan Alina dan ia juga tidak berani untuk bertanya lebih jauh.Harun mendekati Alina seraya melihat ke arah Et