Share

2. SUAMI KONTRAK

Bagaimana ia harus mencari uang pengobatan untuk anak semata wayangnya?!

Pikiran-pikiran itu melayang di dalam kepalanya.

Reyhan yang benar-benar kalut tiba-tiba terkejut ketika menyalakan motornya.

Lampu satu-satunya kendaraan yang ia miliki menyinari sebuah kertas lusuh. Selebaran tertempel di tiang listrik dan membuatnya tak mengedipkan mata sama sekali.

Lowongan pekerjaan sebagai seorang suami bayaran, dengan bayaran dua miliar!

Matanya membelalak.

Haruskah ia mengambil kesempatan ini?!

Reyhan turun dari motornya, berjalan menghampiri selebaran yang sudah hampir usang diterpa hujan. Bagai mentari setelah badai, dia tersenyum, baiklah, tidak masalah hanya menjadi suami kontrak, yang penting dirinya bisa menyelamatkan nyawa sang anak.

Reyhan mencatat nomor itu di ponselnya, lalu segera menghubunginya dan berharap masalah bisa selesai malam ini.

“Hallo,” sapa wanita di seberang sana, suaranya sangat merdu dan seksi.

“Hallo, saya Reyhan, saya melihat selebaran suami kontrak di pinggir jalan. Apa benar ada pekerjaan semacam itu?”

“Tentu saja, semua yang tertera di selebaran itu benar adanya.”

Reyhan tertegun. Lalu, setelah terdiam sebentar, ia memberanikan diri untuk bertanya kembali.

“A…aku tertarik melamar. Jadi…”

“Baik, kebetulan sekali aku baru pulang kerja. Kita bertemu sekarang, aku kirim alamatnya via chat.”

Telpon ditutup. Reyhan masih tidak percaya ia melamar pekerjaan aneh itu. Tapi,  mengingat nyawa Kaesha dipertaruhkan, ia tak ada pilihan lain!

Reyhan mengira wanita yang mencari suami kontrak ini adalah wanita paruh baya, atau nenek-nenek peyot mungkin. Tapi Reyhan tidak menyangka jika suara wanita itu terdengar muda dan energik.

Baginya, mana mungkin ada wanita muda yang repot-repot mencari suami bayaran dengan kompensasi yang fantastis.

Reyhan pergi menuju alamat yang diberikan wanita itu, sebuah cafe santai di Jakarta. Ada sebuah ruang pribadi di cafe ini, Reyhan datang dan dihampiri oleh seorang pelayan yang tentu memandang jijik padanya.

Melihat pria yang celingukan dengan pandangan bingung, pelayan itu pun berkata dengan sopan, namun tetap memandang rendah pada Reyhan yang berpakaian kumuh dan kotor, “Mencari Nona Elaine? Beliau sudah menunggu di dalam, mari saya antar.”

“Baik, terima kasih,” ucap Reyhan seraya membuang muka dari pelayan tersebut. Ia menyadari jika pelayan itu menatapnya dengan rendah dan hal itu membuatnya sedikit kesal.

Pelayan itu melakukan tugasnya untuk mengantar Reyhan menuju sebuah private room yang dipesan oleh wanita bernama Elaine.

Setelah tiba di depan ruangan, pelayan pun membukakan pintu untuk Reyhan. Pandangannya langsung tertuju pada sosok wanita cantik dengan badan berisi yang cukup menggoda. Dari wajahnya, mungkin usianya sekitar 30an.

Di saat yang sama, Elaine pun termangu menatap Reyhan. Wajahnya yang tampan dengan postur tubuh proporsional membuat wanita itu terperangah menatap pria tersebut.

Setelah saling tatap beberapa detik, Elaine pun memecah suasana, “Masuklah!”

“Elaine Aditama,” ucapnya sembari mengulurkan tangan, wajahnya cantik, berparas ayu khas wanita Indonesia.

“Reyhan Adipati Sunarya,” balasnya.

Mendengar kata ‘Sunarya’ Elaine menaikkan sudut alisnya, “Hei, jangan bilang kamu pewaris Sunarya Group itu.” Tawanya melengkung memecah kesunyian dalam ruangan.

Reyhan sedikit gugup, tentu saja apa yang dikatakan Elaine sangat benar.

“Bu ... bukan! Jika aku dan dia adalah orang yang sama, tidak mungkin aku berada di sini untuk bekerja sama dengan anda.”

“Iya ... iya, kamu benar juga.”

Seorang barista muncul dengan membawa dua cangkir kopi, meletakkannya di atas meja dan mengangguk pergi.

“Aku tidak tahu kesukaanmu, jadi aku asal pesan saja. Jika kamu tidak suka, bisa ganti.”

“Tidak apa-apa, aku suka semuanya.” Reyhan menjawab.

Elaine memandang pria di depannya dari ujung rambut hingga ujung kaki, selain pakaiannya yang kumuh karena keringat atau air hujan, Elaine tidak menemukan kekurangan apapun dari tubuh dan wajah pria ini.

Karena Reyhan tidak nyaman dipandang seperti ini, dia langsung berkata, “Nona Elaine, bisa kita mulai?”

“Wah, buru-buru sekali? Kamu belum mendengar syarat dariku bukan? Bagaimana kalau ternyata syarat ini sedikit memberatkan kamu?” ujar Elaine menyeriangi.

“Tidak masalah, tapi syarat dariku hanya Nona Elaine bisa membayar DP setengah dari harga yang dijanjikan, bagaimana?”

“Okay, asal kamu bisa diajak bekerjasama. Jangankan setengah, aku bisa memberikan kamu seluruh bayaran di muka.”

Reyhan terlihat sangat senang, tentu saja dengan uang 2 miliar dia bisa melunasi biaya pengobatan Kaesha, putrinya, dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka dalam waktu yang lama.

“Ini syarat yang aku ajukan!” Elaine menyodorkan selembar map berwarna merah pada pria itu.

Reyhan membukanya pelan, membaca satu persatu dari isinya.

Isinya adalah, pihak pria dan wanita tidak boleh melakukan kontak fisik tanpa seijin pihak wanita, kecuali ini sangat diperlukan dan mendesak.

Dan pihak pria hanya boleh bekerja jika pekerjaan itu dianggap layak bagi pihak wanita untuk dikerjakan.

Pihak pria juga tidak boleh memiliki hubungan lain dengan lawan jenis, ini bertujuan agar tidak mencoreng nama pihak wanita.

“Reyhan, ingat, kita hanya menikah di hadapan orang lain, tapi sebenarnya ini adalah hubungan kerja.”

Suara Elaine yang merdu memecah lamunan Reyhan, dia mengangguk sambil menutup map, tentu saja setelah membubuhkan tandatangannya di sana.

“Mulai sekarang, aku adalah majikannya dan kamu adalah karyawannya. Sederhana tapi kamu harus mengikuti semua perintahku.”

Reyhan tersenyum dan berkata, “Nona Elaine, aku sudah mengingat isi kontraknya. Aku pasti akan memainkan peran ‘suami kontrak’ ini dengan baik.”

“Jangan panggil aku Nona Elaine, panggil saja Elaine.”

Setelahnya, Elaine mengeluarkan tas hitam dari bawah meja, dia lalu memberikannya pada pria itu. “Ini sesuai dengan permintaanmu, aku akan tambahkan 500 juta lagi setelah kita menikah secara sah di depan pemuka agama.”

“Sekarang kamu boleh pergi, pernikahan akan diadakan lusa, aku akan menghubungimu kembali.” Kata Elaine dengan nada setengah mengusir.

Reyhan tentu saja tidak peduli dengan tatapan Elaine yang mengejek dan semacamnya, dia memang segera ingin pergi karena harus ke rumah sakit dan membayar semua biaya pengobatan Kaesha.

Reyhan tiba di rumah sakit paling terkenal di Jakarta, karena memang tempat ini paling dekat dengan kosannya. Wajar saja biaya pengobatan putrinya sangat mahal, karena fasilitas dan tempat yang ditawarkan rumah sakit ini tentu saja berbeda dari yang lain.

Reyhan langsung saja menghampiri staf administrasi tanpa pulang untuk sekedar mengganti pakaiannya yang sudah kotor dan kumuh.

“Saya ayah dari pasien bernama Kaesha Anindya Sunarya, saya ingin …”

“Oh, Tuan ingin membawa pulang pasien? Biaya pengobatannya memang besar, apalagi pasien harus menjalani operasi. Saya memang sedikit prihatin dengan pasien tidak mampu seperti kalian, lain kali bawa saja ke puskesmas atau gunakan layanan kesehatan gratis dari pemerintah,” ujar seorang staf wanita yang memotong ucapan Reyhan tadi.

“Maksud anda apa?” tanya Reyhan menegang, jelas-jelas dia membawa uang saat ini, bahkan apapun akan diberikan asal Kaesha bisa diselamatkan.

“Apa kurang jelas ucapan saya? Ini dokumen pemulangan pasien, untuk biaya pengobatan selama 5 jam juga sudah ada di sana. Jika anda tidak mampu juga membayar biaya rawat 5 jam terakhir, anda bisa tinggalkan KTP dan besok datang lagi,” ujarnya dengan ketus dan memandang rendah ke arah Reyhan.

Reyhan lalu terdiam, matanya nyalang karena penghinaan orang di depannya itu.

“Pasien ada di ruang perawatan sementara, silahkan tanda tangan!” ujar staf itu lagi dengan nada sinis penuh sorotan tajam.

Tiba-tiba …

Buuummmm!

Reyhan melempar sebuah tas hitam berisi setumpuk uang di atas meja administrasi. Wajahnya berkilat-kilat karena amarahnya memuncak!

“Ini uang 500 juta! Apa sudah cukup? Jika masih kurang, aku akan tambah lagi berapapun uangnya!”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dion Alison
baru baca dua bab, udah mantul ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status