Reyhan dengan cepat mengangguk dan mengeluarkan akta nikah dari dari sakunya, “Pa, Ma, ini adalah akta nikahku dan Elaine, kalian lihatlah!”
Sambil berbicara, Reyhan menyerahkan surat nikah itu ke tangan Albert.
Pria paruh baya itu membuka akta nikah yang diberikan Reyhan dan melihat sekilas. Telapak tangannya sedikit gemetar dan jantungnya seperti langsung tenggelam ke dasar jurang, dia bisa melihat bahwa akta nikah ini adalah nyata.
“Ini … ini …” Diana tercengang tidak percaya. Putri mereka benar-benar sudah menikah dengan pria ini, bisa dikatakan nasi sudah menjadi bubur.
“Brengsek!” Albert membanting surat nikah di tangannya ke atas lantai, dengan urat biru yang menonjol di dahinya, “Elaine, semua yang kamu lakukan ini omong kosong, tidak masuk akal! Kamu menikah dengan si sampah ini, bagaimana dengan Tuan William? Bagaimana dengan bisnis keluarga kita? Dia sudah dalam perjalanan datang dan akan segera tiba.”
Pernikahan palsu dengan Reyhan ini pada awalnya dimaksudkan untuk menolak pria tua bernama William agar kedua orang tuanya menghentikan rencana perjodohan ini.
Pria tua itu bahkan lebih pantas menjadi ayah Elaine dibandingkan menjadi suaminya. Reyhan meski tidak memiliki masa depan yang menjanjikan, namun dari segi fisik dan wajah serta usia, masih lebih pantas.
Dikatakan sampah, Reyhan tidak terima dan berkata, “Apa yang Papa katakan barusan? Aku pikir, aku perlu menjelaskan padamu, aku memang menikahi Elaine, tapi aku bukanlah sampah.”
Albert seperti sudah akan mengalami serangan jantung, dia meraung dengan kasar, “Aku tidak mengakui pernikahan antara kamu dan putriku, jangan panggil aku papa, aku tidak mengenalmu!”
“Pa, kamu mungkin belum bisa menerimaku untuk sementara waktu, tidak apa-apa, aku bisa mengerti.” Reyhan dengan tulus berkata.
Bibir Albert bergetar, dia menunjuk ke arah Reyhan dan tidak bisa mengatakan apapun lagi karena marah.
“Ya Tuhan, kejahatan macam apa yang telah kulakukan?” Diana meratapi nasibnya dan tidak tahan untuk menangis, “Putriku, kami menyuruhmu menikah dengan William, itu demi kebaikanmu dan perusahaan kita. Kamu berkorbanlah sedikit, lagipula tidak jarang pernikahan beda usia saat ini.”
Diana berhenti sebentar, lalu ia menatap putrinya lagi dengan kesal.
“Bagaimana bisa kamu menikah dengan sampah seperti dia, kamu ingin membuat mama dan papa mati hidup-hidup?”
Albert akhirnya menstabilkan emosinya, mengambil akta nikah dari atas lantai dan membantingnya ke bawah kaki Reyhan, “Pergi! Cepat pergi! Jangan pernah muncul dihadapanku lagi, kamu dan Elaine harus segera bercerai, segera!”
“Apa bercerai? Pa, bagaimana Papa bisa berkata seperti ini?” Elaine mengangkat tangannya dan dengan lembut membelai perut bagian bawahnya.
“Papa, lantas apakah kamu ingin anakku lahir tanpa seorang ayah? Menyuruhku bercerai, jangan pernah berpikir tentang itu.”
Albert dan Diana tidak percaya, mata mereka melebar dan wajah mereka memucat.
“Elaine … kamu... ha... mil?!"
“Tentu saja, bukankah kalian sudah ingin menimang cucu? Aku akan memberi kalian seorang cucu.” Elaine hanya bisa menambah kebohongan dan menggigit bibirnya.
Reyhan hampir tertegun.
Anak? Mereka baru saja menikah, dan ini pernikahan kontrak, mereka bahkan tidak pernah tidur bersama, darimana datangnya anak ini?
“Siapa namamu? Reyhan, bukan?” Albert menarik napas dalam-dalam dan menunjuk ke arah Reyhan, “Aku akan memberitahumu sekarang, tidak peduli apakah Elaine hamil atau tidak, aku tidak setuju dengan pernikahan kalian!”
Perkataannya baru saja keluar, tiba-tiba seorang pria tua dengan rambut yang telah memutih muncul. Orang yang ditunggu oleh Albert akhirnya tiba.
Pria itu datang tidak dengan tangan kosong, dia membawa satu buah lukisan, karena dia tahu Albert sangat menyukai lukisan.
Pikiran William dipenuhi dengan bayangan berhubungan intim dengan Elaine, dia berjalan cepat ke ruang tamu.
Dandanan Elaine hari ini terlihat lebih dewasa di mata William, dengan rok hitam dan atasan biru muda, ini memberikan kesan gadis kecil yang seksi dan sentuhan wanita dewasa.
William sepenuhnya mengabaikan keberadaan Reyhan, dia pikir Reyhan adalah pengawal yang disewa Elaine.
Pria itu langsung menyerahkan lukisan itu pada Albert, “Tuan Albert, ini adalah lukisan yang dipilih langsung olehku dengan sepenuh hati.”
“Sudah! Sudah! Sudah berapa banyak hadiah yang kamu berikan padaku, aku mana mungkin tidak menghargainya.
Tapi matanya terus tertuju pada lukisan itu, Albert langsung mengerutkan kening ketika mengamati lukisan dari William.
Tapi Reyhan tidak bisa menahan diri untuk mengangkat sudut alisnya, meski dia sudah lama tidak berada di lingkaran orang kaya, tapi dia sekilas saja bisa melihat kalau barang diberikan pria itu adalah palsu.
"Tuan, berapa kau beli lukisan ini?"
Pertanyaan yang dilontarkan Reyhan tiba-tiba membuat Albert dan William hening. Pria berpakaian lusuh ini membicarakan lukisan?!
"Kenapa memangnya? Berapapun itu kau tidak akan sanggup membelinya!" ucap William seraya memicingkan mata.
Reyhan tiba-tiba maju ke depan, lalu meraba permukaan lukisan itu dengan telapak tangannya. Elaine yang sedari tadi hanya memperhatikannya seketika wajahnya menegang.
Apa yang mau dilakukan pria ini, belum cukupkah dia menambah omelan dari papa!
"Tidak, aku hanya penasaran berapa banyak uang yang kamu keluarkan hanya untuk lukisan palsu ini."
Deg!
Ucapan Reyhan bak belati yang menancap di hati William. Sedangkan Albert hanya bisa tercengang, bagaimana pria tak berguna ini bisa mengetahuinya?
Reyhan lantas mengambil sebuah sumpit kecil di meja dan mulai menarik garis dari ujung ke ujungnya. Terlihat sangat jelas permukaan lukisan tersebut tidak "bergelombang"
"Lihat? Lukisan ini tidak seperti dilukis, melainkan hanya seakan dicetak saja. Lagipula, lukisan aslinya hanya ada di balai seni negara. Jadi, semirip apapun lukisan tersebut, tetap saja itu merupakan barang palsu!"
Semua orang terkesiap!
Reyhan meraba lukisan dengan tangannya. Teksturnya berbeda dari lukisan pada umumnya. Berkas-berkas cat pada kanvas lukisan tersebut tidak memiliki kontur, melainkan rata, membuatnya seakan-akan hanya gambar cetakan biasa yang dipigura dengan rapi. Itu adalah teknik paling dasar dalam menentukan sebuah lukisan itu asli atau palsu
Elaine tiba-tiba ternganga mendengar penjelasan Reyhan. Walaupun ia tidak begitu mengerti tentang seni, namun penjelasan Reyhan benar-benar meyakinkan.
"Dari mana kamu tau cara melakukannya?" tanya Albert yang masih meraba-raba lukisan dari William.
Reyhan yang tengah berjongkok mendongak ke atas dan tersenyum,
"Aku hanya baca buku-buku tentang itu."
Padahal, semua orang tidak tahu, lukisan-lukisan yang ada di kantor-kantor pertemuan keluarga besarnya merupakan lukisan-lukisan mahal dan dikurasi langsung oleh Reyhan.
Ia mendapatkan pelatihan kuratorial langsung dari salah satu pelukis terkenal di negara itu, sebelum akhirnya meninggal dunia karena stroke.
Bisa dibilang, Reyhan adalah murid langsung pelukis paling terkenal di negara itu.
Elaine tak bisa berkata-kata. Reyhan hanyalah suami bayaran yang disewa Elaine selama dua tahun, tanpa ada sama sekali latar belakang yang mumpuni. Tapi, Ia menunjukkan seakan-akan ia adalah menantu yang menguasai segala hal!
William yang kehilangan sorot saat itu seketika wajahnya memerah. Bagaimana bisa ia dipermalukan oleh laki-laki lusuh dan miskin ini dengan sangat telak!
"Memangnya, kau membawa hadiah apa hah!? Jangan bisanya hanya mengkritik saja!"
Albert yang menyadari William naik pitam pun langsung tersadar dari ketakjubannya, dan langsung membelanya.
"Dasar laki-laki tidak tahu diri! Sebaiknya kau tidak lagi banyak bicara dan pergi dari sini!"
Reyhan bergeming, sementara Elaine maju selangkah dan mensejajarkan dirinya dengan Reyhan, bersiap membelanya dari tindakan-tindakan papanya.
“Cepat pergi sana! Dasar sampah!”
Yang Reyhan tidak tahu bahwa sejak tadi ponselnya tidak sengaja mengangkat panggilan dari Farzan, sehingga pengacara keluarganya itu mendengar semua percakapan yang terjadi di ruangan itu.
Farzan lalu mengirimkan pesan untuk Reyhan, “Tuan muda, apa yang ingin anda lakukan untuk membalas perlakuan mereka? Keluarga Sunarya akan melakukannya untukmu.”
Reyhan sepenuhnya mengabaikan pesan itu, tekadnya sudah bulat untuk tidak kembali pada keluarga Sunarya selama ibu tirinya itu masih ada di sana. Kali ini fokusnya hanya pada masalah yang kini terjadi di depan, pernikahan kontrak yang ia setujui dengan Elaine seolah boomerang untuknya. Sejak tadi otak William berdengung, dia kemudian sekali lagi bertanya, “Tuan, siapakah kamu?” “Dia adalah suamiku.” Elaine melirik Reyhan dan meraih lengan pria itu, “Tuan William, apakah anda ingin mengucapkan selamat atas pernikahan kami?” “Kalau begitu, aku harus mengucapkan terima kasih padamu.” “Menikah? Ucapan?” Ekspresi William tiba-tiba berubah, seolah teringat sesuatu, dia tiba-tiba menoleh dan matanya sudah menunjukkan kemarahan, “Paman Albert, Bibi Diana, apa maksudnya ini?” “Tuan William, bukan …” Wajah Albert memucat dan dia nyaris tidak bisa tersenyum. “Jangan salah paham, Tuan William. Elaine menikah di luar negeri tanpa sepengetahuan kami, kamu baru saja tahu masalah ini.” Ketika A
“Tuan muda, uang dalam kartu itu cukup untuk membayar uang yang diberikan nona Elaine padamu. Juga cukup untuk membayar hutang keluarga mereka pada William.” Reyhan sangat terkejut, dia tidak pernah berpikir ada hari di mana dia akan bergantung pada keluarga Sunarya lagi. “Sekarang semua saham perusahaan sudah berada di bawah nama anda, besok anda sudah boleh pergi ke perusahaan untuk mengambil alih perusahaan.” “Rencananya lusa, tuan besar akan pergi ke German untuk menghabiskan masa tuanya. Makanya sebelum beliau pergi, anda sudah harus menandatangi hak waris kekayaan Sunarya Group.” Reyhan tidak berani percaya, ayahnya yang dulu bahkan tidak meliriknya ketika masalah 6 tahun silam terjadi, ternyata telah menginvestasikan banyak kekayaan untuknya. Setelah itu, Farzan berbalik pergi tanpa memberikan kesempatan pada Reyhan untuk berbicara. Setelah kepergian Farzan, Reyhan masih terpaku di tempat. Dia tidak tahu apakah dia boleh menerima semua uang dari keluarga Sunarya? Namun di
Wanita yang disebut ibu tadi pun menghampiri dan berkata, “Anakku, apa dia ini temanmu?”Gadis itu menganggukkan kepala, “Ya, dia teman semejaku, tapi nilai dia jauh lebih bagus dariku, wajahnya jauh lebih cantik, guru dan teman-temanku sangat menyukainya.”Rasa cemburu dibalik wajah gadis ini terlihat sangat jelas.Wanita itu melihat Kaesha sekilas, setelah itu tertawa sinis sambil menggendong anaknya, “Ada beberapa orang yang memang terlahir lebih baik, tapi juga ada seseorang yang berusaha sekeras apapun, mereka tetap hanya bisa hidup di kalangan bawah.”Wanita itu jelas memandang motor butut di depan Reyhan, dia sudah menduga motor itu pasti milik pria ini.Dia kemudian berkata lagi, “Sama seperti temanmu ini, nilainya bagus, bukan? Memangnya kenapa? Apa dia pernah naik BMW?”“Wajahnya cantik, memangnya kenapa? Apa dia pernah makan di restoran yang mahal?”“Dia disukai oleh guru dan teman-temanmu? Memangnya kenapa? Orang miskin tetaplah orang miskin.”“Jadi, ada beberapa orang di
Wanita reseptionis ini sedikit bingung, beli mobil? Benarkah? Apa dia merupakan pria kaya tersembunyi seperti yang sering dia baca dalam novel?Jangan-jangan memang benar seperti itu?Namun, pemikiran seperti ini, muncul sekejap di dalam kepalanya. Setelah itu dia tertawa, “Jangan macam-macam, orang yang pakaiannya tidak lebih dari 500 ribu, mana mungkin sanggup membeli mobil di sini.”“Kalau begitu, kamu tunggu saja karyawan magang. Mereka akan melayanimu dengan baik, sedangkan aku adalah staf senior, tidak layak melayani orang sepertimu.”Setelah bicara, wanita ini kembali mengangkat cermin kecil dan mendandani dirinya. Bekerja di klub mobil mewah, dia harus merias wajahnya sebaik mungkin. Kalau saja ada orang kaya yang menyukainya, maka dia bisa langsung terbang setinggi-tingginya.Satu orang wanita yang berpakaian sama dengan reseptionis itu datang, terlihat dari pakaiannya dia juga merupakan staf di klub ini.Wanita itu pun berkata, “Barusan, manager kita mendapatkan telepon, kat
Dia buru-buru turun setelah dihubungi oleh Farzan, salah satu temannya yang kini tengah mengabdikan diri sebagai pengacara di keluarga Sunarya.Tapi tak disangka orang yang paling dipentingkan oleh Farzan adalah pria muda yang biasa saja.“Apakah kita bisa melihat mobilnya sekarang?” Seperti biasanya, Reyhan malas berbasa-basi atau hanya berdiri membiarkan orang lain memandang jijik padanya.Walaupun manager tidak percaya, tapi wajah tampan pria di depannya ini sangat mirip dengan tuan besar Sunarya. Ditambah lagi tidak ada orang lain di tempat ini membuat rasa percayanya semakin meningkat.“Tuan muda, mari aku antar masuk untuk melihat mobil mana yang sesuai dengan kriteria anda.” Manager itu seketika menjadi sangat hormat dengan Reyhan.Dua orang staf wanita tadi juga melihat ini sangat terkejut dan kebingungan.Manager yang sehari-harinya sangat tegas, kenapa tiba-tiba berubah menjadi sesopan ini dengan pria yang baru saja mereka remehkan. Bahkan manager mereka nampak merendahkan d
Dengan sombong anak itu memandang Kaesha yang berdiri tidak jauh darinya, “Mamaku bilang, Kaesha adalah orang miskin, jadi kalian lebih baik jangan bermain dengan orang miskin. Kalian seharusnya main saja denganku.”Mendengar itu, semua teman-temannya mulai membahasnya, “Apa? Kaesha adalah orang miskin? Bagaimana bisa orang miskin bersekolah di sini?”“Kaesha, kamu sangat cantik, tapi sayangnya kamu adalah orang miskin. Aku jadi bingung apakah kita masih harus bermain dengannya atau tidak?”Mendengar bullyan teman-teman, gadis kecil itu merasa bangga.Tiba-tiba mobil milik keluarganya sudah masuk ke halaman, gadis kecil itu langsung berteriak, “Mamaku sudah datang, lihat mobil yang ia bawa!”Ibunya memarkir mobil, lalu turun untuk menghampiri anaknya. Tapi ketika dia berjalan, langsung saja sebuah mobil Rolls Royce melaju di sampingnya. Tatapan wanita itu penuh dengan rasa kaget.Dengan harga mobil itu, bahkan mobil BMW miliknya hanyalah barang rongsokan dan tidak ada harganya.Dia ju
“Elaine, Kaesha akan mengikutimu, ayo pesan!” Reyhan menyadarkannya dari keterkejutan.“Oh, i … iya! Kaesha, bagaimana kalau kita makan pasta, aku dengar pasta di sini sangat enak.” Elaine menambahkan.“Oh, pasta? Bukankah itu semacam mie?” tanya Kaesha penasaran, “Teman-temanku sering membawanya ke sekolah, tapi aku …” Dia tidak melanjutkan ucapannya.Reyhan kemudian berkata, “Besok, kamu akan membawa semua makanan yang kamu suka ke sekolah. Papa akan menyewa koki terbaik untuk memasak di rumah.”“Waah, benarkah?” Kaesha begitu gembira mendengar ini, tanpa pernah berpikir darimana ayahnya mendapatkan uang.Sedangkan Elaine kembali terperangah, baginya pria ini terlalu boros ketika memiliki uang. Dia justru ingin Reyhan menggunakan uang pemberiannya untuk modal usaha.Lalu, “Rey, apa ini tidak keterlaluan? Kalian hanya tinggal berdua, apa perlu sampai menyewa koki?” tanya Elaine.“Tidak apa-apa, paling untuk sehari dua hari.” Reyhan tersenyum.“Ngomong-ngomong, bagaimana keadaan perus
Reyhan lantas berjalan meninggalkan mereka, naik menggunakan lift menuju ke ruangan Farzan. Seingat Reyhan, ruangan Farzan berada di lantai 16, itu pun kalau tidak berubah, tepatnya berada di sebelah ruang ayahnya.“Tuan, ingin mencari siapa?” tanya seorang wanita yang diduga adalah sekretaris Farzan.“Ingin bertemu dengan Farzan, eemm maksudku tuan Farzan.”“Oh, tuan sedang ada di ruangannya, sebentar saya hubungi beliau dulu.” Wanita itu lalu menekan 3 nomor pada line telepon di depannya, setelah berbicara sebentar, dia langsung mengantar Reyhan menuju ruangan pria itu.“Tuan muda, silahkan masuk!” Farzan berdiri dengan sopan, bagaimana pun dia sedikit tahu tujuan kedatangan Reyhan hari ini, jadi sebentar lagi Reyhan adalah atasan tertingginya.Tanpa basa basi seperti biasa, Reyhan langsung duduk di atas sofa, memindai seluruh ruangan dengan matanya. Kemudian dia berkata, “Apa tuan Sunarya ada di kantor?”“Tuan muda, beliau bukan orang lain, melainkan papa anda.” Farzan sedikit tida