Share

Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki
Desakan Perceraian dari Saudara Laki-Laki
Penulis: Queencard

Bab 1

“Selamat, Anda telah hamil satu bulan. Semua indikatornya normal.”

Sita Hartanto mengambil hasil tes kehamilan lalu kembali ke rumahnya, ini terasa seperti mimpi. Dirinya hamil?

Sita mengumpulkan keberanian untuk mengirimkan pesan pada suaminya, Husein Handoyo: [Apakah malam ini kamu pulang untuk makan malam?]

Waktu berlalu sangat lambat, Husein dari dulu tidak suka ada orang lain yang mengganggunya bekerja. Sita khawatir kalau ini seperti dulu lagi, dia tidak mendapat balasan apa pun.

Tidak lama notifikasi ponselnya berkedip, Husein menjawab dengan nada dingin: [Iya, kebetulan ada hal yang perlu kita bicarakan]

Setelah mendapat jawaban Husein, Sita buru-buru belanja dan memasak banyak makanan, dia meletakkan hasil tes kehamilannya di atas meja, tetapi Sita merasa itu terlalu disengaja jadi dia membalik hasil tesnya dan menyimpannya.

Menjelang malam, sebuah mobil mewah hitam masuk halaman.

Husein turun dari mobil, jasnya disampirkan di lengan, tubuhnya yang ramping dengan alis dan mata yang hitam serta tegas.

“Husein, kamu sudah pulang?”

Sita berlari kecil menyambutnya, tangannya ingin mengambil jas Husein yang dilepas, namun Husein menyerahkan sebuah dokumen padanya, Sita sedikit tertegun.

“Lihatlah, jika ada permintaan kamu dapat mengajukannya.”

Dia melihat dokumen yang dipegangnya. Kata di halaman pertama menarik perhatiannya [Perjanjian Perceraian]

Kertas putih itu menyilaukan dan melukai matanya.

Husein menarik dasinya, dahinya berkerut karena kelelahan bekerja. Dia melirik istri di sebelahnya, wajahnya yang awet muda dan berwajah bulat, tingginya seperti anak di bawah umur.

Husein tidak ada rasa pada Sita, tapi nenek menyukainya. Dia juga yang membuat kondisi nenek perlahan membaik dan semua orang mengabulkan apa yang dia inginkan.

Jika bukan karena kecelakaan sebulan yang lalu, Husein tidak akan menyadari jika dirinya dan Sita sudah menikah selama tiga tahun.

Terus menjaga pernikahan ini hanya akan membuang masa muda Sita, tidak ada yang lebih baik dari berpisah.

Tangan Sita mengelus lembut perutnya dan bertanya pada Husein dengan hati-hati, “Kalau aku bilang kita memiliki anak, apakah kamu akan tetap menceraikanku?”

Tatapan Husein tertuju pada perut Sita, keningnya berkerut, “Sebulan yang lalu bukannya aku sudah menyuruhmu untuk minum obat pencegah kehamilan?”

Kecelakaan sebulan yang lalu, pertama kalinya setelah tiga tahun pernikahan.

Tangan Sita seperti dibakar. Dia buru-buru menyingkirkan tangannya dari perutnya, tapi Husein menahan pergelangan tangan Sita dengan erat. Tatapan matanya sedikit bingung, “Kamu benar-benar hamil?”

Sita terdiam lalu menarik napas, “Aku hanya berkata misalnya, apakah kamu akan tetap menceraikanku?”

“Tidak.”

Husein menghembuskan napas lega, tidak perlu tersiksa dengan kelahiran anak karena pernikahan yang tidak bahagia seperti orang tuanya.

Husein melepaskan tangan Sita, dan hati Sita juga merasa kosong.

Sita melihat bayangan punggung Husein menjauh. Sita mengangkat kepala dan menahan air matanya. Perkataan Husein lembut seperti pisau, tapi menusuk tepat di dada Sita.

Sita melirik makanan yang sudah dingin yang dipersiapkan dengan hati, dia membuang semua masakan itu ke tempat sampah, bau-bau masakan membuatnya mual.

Sita mengelus perutnya, dalam kehamilannya sedang ada sebuah kehidupan, dia menahan penderitaannya, “Sayang, Ayahmu tidak menginginkanmu, tapi Ibu berjanji akan menjagamu.”

Dari kecil Sita adalah seorang yatim piatu, setelah orang tua angkatnya melahirkan sepasang bayi kembar, dia diasuh oleh bibinya yang hidup sendiri. Beruntungnya Bibi sangat baik padanya.

Harapan besar Sita adalah memiliki keluarga. Setelah mengetahui Husein tidak menyukai dirinya, Sita masih mencoba menjadi istri yang patuh selama tiga tahun. Tapi nyatanya dia tidak akan pernah bisa melunakkan dinginnya batu yang keras.

Meskipun sekarang dia bercerai, tapi dirinya masih memiliki anak. Setidaknya dirinya tidak sendiri

Sita sama sekali tidak membaca isi dari Perjanjian Perceraian, dia langsung menandatanganinya.

Malam hari, dia tidur sendiri di kamar utama seperti sebelumnya, dan Husein tidur di kamar kerjanya. Semua sama seperti sebelumnya, menikah tiga tahun dan pisah kamar selama itu juga.

——

Pagi hari, Sita mengangkat telepon dari Ibu mertuanya, yang berkata dengan nada merendahkan, “Sita, minta pelayan membersihkan kamar tamu di lantai dua, akan ada tamu yang akan menginap selama beberapa hari. Ingatlah untuk menjamu tamu dengan baik!”

Sita belum sempat menanyakan siapa yang akan datang, Ibu mertua sudah menutup telepon.

Sita tersenyum getir, dia sudah terbiasa dengan sikap Ibu mertua yang merendahkannya, dan sepertinya kata apa pun yang Sita ucapkan akan mencoreng nama Keluarga Handoyo.

Saat Sita turun, Husein sudah berangkat bekerja.

Sore hari, seorang perempuan muda yang keseluruhan pakaiannya bermerek masuk ruang tamu. Sorot mata Sita menyiratkan keterkejutan. Apakah dia adalah tamu terhormat yang dimaksud ibu mertua? Siapakah perempuan cantik ini?
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Siska Desiana Putr
meski novel hasil translate novel luar, baiknya direvisi lg sehingga lebih tepat dan jelas hasil terjemahannya. Coba baca deskripsi buku sampai pusing7 keliling bacanya...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status