Share

Bab 7

Pada awalnya Husein tidak pernah terpikir untuk menikahi Sita. Sejak mereka menikah, selama Sita berperilaku baik dan patuh, Husein tidak akan peduli dengan latar belakang keluarganya yang miskin, karena kekayaannya mampu menghidupinya.

Tapi Sita sudah berkali-kali membuat keributan, bahkan sekarang dia sudah tidak mau berpura-pura, akhirnya Sita menunjukkan identitas aslinya.

Seharusnya Husein merasa lega, tapi melihat Sita menandatangani Perjanjian Perceraian, dia tiba-tiba seperti meninju kapas, sangat tidak berdaya.

Sita menyembunyikan kesedihan di matanya. Dia berpura-pura tidak peduli, dia tidak ingin saat akhirnya harus pergi, harga dirinya diinjak-injak oleh Husein.

Linda melihat keadaan memburuk dan dengan cepat berkata, “Sita, kenapa kamu terburu-buru menandatangani perjanjian perceraian? Apakah sudah menemukan tempat tinggal?”

Raut wajah Husein berubah lebih dingin, alisnya mengerut menatap Sita lekat-lekat.

Sita melihat raut tidak percaya Husein. Tidak ingin terlihat lemah, dia menjawab “Ya, selama dengan pasangan baru yang lebih baik, tak kan ada mantan yang tidak bisa melupakan.”

Mata laki-laki itu dipenuhi amarah, “Makan dan minum pun kamu numpang padaku, tanpaku bisa apa kamu di luar sana?”

Sita melihat baju di atas lantai, “Baju-baju itu kukembalikan padamu.”

Sita hanya mengambil beberapa pakaian yang tidak mecolok, dia sama sekali tidak mengambil tas dan perhiasan lain yang bermerek.

Husein sama sekali tidak melirik pakaian di atas lantai, tatapannya langsung tertuju pada Sita, “Baju yang kamu kenakan itu, aku juga yang membelinya.”

“Ini juga akan kukembalikan.”

Tatapan mata Husein dingin, menatap tajam ke arah Sita.

Mata Linda berbinar. Dia dengan senangnya, diam-diam mengeluarkan ponsel untuk mengabadikan pemandangan indah ini.

Sita masih berdiri di tempatnya, dia sudah siap dengan segala risikonya.

Dia perlahan membuka kancing kemejanya, memperlihatkan tulang selangkanya yang halus, serta lekuk tubuhnya yang indah.

Mata pria itu sedikit menyipit, Husein tidak menyangka Sita benar-benar berani melepas bajunya.

Wajah Husein menjadi pucat, “Sudah cukup Sita! Kamu adalah wanita paling tidak bermoral yang pernah kulihat. Pergilah, aku tidak ingin melihatmu lagi!”

Setelah berkata demikian, Husein berjalan menuju ruang tamu. Bayangan punggungnya dingin seperti biasanya.

Tangan Sita berhenti, tatapan matanya mencibir. Bukankah Husein yang memintanya melepas bajunya?

Telapak tangannya penuh keringat, dia tadi benar-benar membahayakan dirinya.

Linda memasukkan kembali ponselnya dengan sedikit penyesalan, dia mengangkat alisnya dan berkata dengan sombong, “Meskipun kamu merendahkan martabatmu, tapi lihat apakah ada orang kaya yang bersedia membayarmu. Jika tidak, percuma kamu melakukan itu! Orang akan bilang latar belakangmu buruk. Selamanya, kamu akan menjadi orang biasa, jangan pernah berpikir hidupmu akan lebih baik.”

Sita menarik tas karung itu, dia mendengus. Terkadang dia sangat iri dengan orang yang terlahir beruntung.

Setiap kali dicemooh, Sita berilusi kalau keluarganya jatuh dari langit, untuk membantu dirinya melampiaskan amarahnya.

Tapi dia juga tahu kalau ilusi semacam ini hanya ada di drama televisi, meskipun sekarang Sita sudah menemukan keluarganya, adegan seperti itu juga tidak akan mungkin terjadi.

Pada saat ini, dari langit terdengar suara dengungan, sebuah helikopter melandas di lapangan dengan sangat gagah.

Beberapa orang berpakaian hitam bertubuh kekar dan jangkung turun dari helikopter, mereka berjalan turun dengan tampang garang.

Disana, setelah Husein mendengar suara helikopter, dia berdiri di pintu masuk ruang tamu dan melihat dengan mata kepalanya sendiri beberapa pengawal berbaju hitam berdiri tepat di depan Sita.

Pengawal berpakaian hitam bertubuh kekar dan jangkung berbicara dengan hormat, “Nona Hartanto, kami datang untuk menjemput anda.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status