Share

Bab 12

Kakak keduamu Rifan, dia seseorang yang mahir dalam bahasa pemrograman. Dia telah membantu perusahaan untuk memenangkan banyak penghargaan, dia juga turut serta dalam pembentukan sistem keamanan jaringan.

Kakak ketigamu Ryan, dia menjadi sukarelawan Perlindungan Hewan di luar negeri, merawat hewan liar yang terluka dan mengedukasi orang-orang untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang kondisi kehidupan hewan.

Keempat, sepupumu Boni. Dia sekarang menjadi guru les piano.

Kelima, sepupumu Rayhan. Dia bekerja di sebuah firma hukum.

Terakhir, sepupumu Yoga. Dia bekerja sebagai aktor figuran.”

Doni berpikir kalau dia sudah menjelaskan dengan benar, jadi dia tidak berbohong.

[Ryan adalah seorang peretas terkenal - bukankah dia seorang programer yang membuat kode bahasa pemrograman?]

[Rifan adalah ahli bedah terkemuka- dia lebih suka menyelamatkan hewan daripada manusia.]

[Boni adalah seorang pianis terkenal - selain mengadakan konser, dia juga mengajar piano di sekolah.]

[Rayhan adalah seorang pengacara terkenal - dia memang bekerja di firma, tetapi milknya sendiri.]

[Yoga adalah seorang aktor terkenal - berawal dari seorang aktor figuran, yang pada akhirnya menjadi aktor terkenal.]

Sita mengangguk, jadi kakak tertuanya bekerja di perusahaan properti, kakak keduanya adalah programmer, kakak ketiganya dokter hewan, sepupu-sepupunya yaitu Boni bekerja sebagai guru les piano, Rayhan bekerja sebagai pengacara, dan Yoga seorang aktor figuran.

Sepertinya angan-angan Sita tetaplah sebuah angan-angan.

Sita juga tidak menyangka akan bertemu dengan saudara-saudaranya yang memiliki latar belakang karir berbeda-beda.

Bibi agak menyesal karena saudara laki-laki Sita tidak kaya, “Kalau begitu, seusai makan mari kita pulang, hotel ini pasti sangat mahal, Sita. Tidak mudah bagi Doni menjual rumah untuk menghasilkan uang.”

Bukan masalah jika bukan orang kaya, selama memperlakukan Sita dengan baik, itu bukan masalah.

“Tidak, uang bukanlah masalah. Maksudku, aku menghasilkan banyak uang dengan menjual rumah.”

Sita tahu niat Doni baik. Dia meraih tangan Bibi, “Penjualan bisnis properti cukup menguntungkan. Bagaimana pun, semuanya sudah dipesan, jadi mari kita menginap satu malam dengan tenang.”

Bibi menyetujuinya dengan sedikit keraguan.

Doni menghela napas lega. Ternyata, solusi dari istrinya membuahkan hasil.

Seusai makan malam, Doni kembali ke kamar VIP di lantai paling atas. Sita awalnya berencana untuk mengobrol dengan Bibi, namun dirinya tertidur tidak lama setelah berbaring. Sita terlelap hingga pagi.

Keesokan harinya, Sita dibangunkan oleh alarm yang berdering.

Dia biasa bangun jam tujuh pagi untuk membuatkan Husein sarapan, hal itu dilakukannya selama tiga tahun. Sita mematikan alarmnya. Mulai hari ini dia tidak perlu melayani Husein lagi.

Tidak lama kemudian teleponnya berdering lagi.

Sita melirik nama kontak orang yang menelepon. Nama itu adalah mimpinya yang tidak pernah terlupakan - Husein.

Selama tiga tahun menikah, Husein tidak pernah sekali pun menghubungi Sita.

Jika Husein melakukannya dulu, Sita pasti sangat senang.

Tapi sekarang Sita sudah tidak ingin menerimanya.

Tidak lama kemudian teleponnya berhenti berbunyi, tetapi Sita tidak merasa tidak tenang. Ini adalah pertama kalinya dia menolak Husein hingga membuat suasana hatinya sedikit rumit.

Sita langsung mengangkat panggilan lain, itu adalah pelayan di rumah Husein. Sita mengangkat teleponnya kali ini, “Halo, ada apa?”

“Nyonya, dimana dasi biru yang paling disukai Tuan?”

Sita tidak ingin menjawabnya, tetapi dia tidak tahan melihat pelayan itu kena marah. Jadi dia mejawab, “Di laci kedua paling kiri.”

Tidak lama setelah itu, suara dingin Husein terdengar dari seberang telepon, “Sita, segera kembali dan cari kan dasinya, aku tidak suka ada perempuan lain masuk kamarku!”

Mendengar suara lugas pria itu, Sita mencibir, “Husein, kita sudah bercerai. Anda bisa meminta Linda untuk mencarikannya.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status