Share

Bab 2

Tatapan Sita mencibir, jika kembali ke dirinya yang dulu, dia pasti tidak terima. Tapi dia dan Husein sudah bercerai. Perempuan mana pun yang datang dan tinggal di sini dengan mereka bukan masalah.

Sita mendekatinya, “Halo…”

Belum selesai Sita yang bicara, perempuan cantik itu langsung mengacuhkannya, dia berjalan memutari ruang tamu. Lalu dia memerintah pelayan, “warna gordennya jelek, sofanya juga, dan seluruh tempat tidur di kamar juga diganti merek yang aku suka.”

Melihat perempuan itu memberi perintah, Sita langsung angkat bicara, “Kamu siapa? Rumah ini tidak akan direnovasi.”

“Perkenalkan aku Linda, yang akan menjadi Nyonya rumah ini. Jadi gaya interior rumah ini harus sesuai yang aku mau.”

“Kamu Linda?

Rasa sakit meluap dari lubuk hati Sita yang paling dalam. Tidak heran kalau Husein tiba-tiba minta cerai, ternyata Linda kembali.

Cinta pertama Husein kembali, Sita yang menjadi pemeran pengganti harus mundur.

“Sepertinya kamu pernah mendengar tentangku, cepat tanda tangani Perjanjian Perceraian itu, kamu telah merebut posisiku selama tiga tahun, dan harus mengembalikan pada pemilik aslinya.”

Sita berbicara lirih, “Perkataanmu sungguh menyentuh, kenapa kamu tidak menikah dengannya saat Husein mengalami kecelakaan mobil dan tidak sadarkan diri?”

Saat itu Husein mengalami kecelakaan mobil yang parah, Nenek Handoyo ingin mencari perempuan untuk meneruskan keturunannya. Perempuan terpandang biasanya akan menghindar.

Waktu itu Sita adalah perawat Nenek Handoyo, dia sangat baik pada Sita. Bahkan nenek yang meminjamkan uang pada Sita untuk melunasi hutangnya. Dia tidak tega melihat Nenek harus melihat cucunya meninggal terlebih dahulu, makanya Sita berjanji pada Nenek untuk menikah dengan cucunya.

Semua orang mengira Husein tidak akan selamat, termasuk Sita. Dia mengira pernikahan itu hanyalah formalitas saja, tapi ternyata Husein tersadar dari komanya.

Setelah kejadian itu, posisi Sita di Keluarga Handoyo berubah menjadi canggung. Lagi pula, jika cucu dari Keluarga Husein, orang terkaya di Kota Surabaya, menikahi seorang perawat biasa menjadi istrinya, hal itu hanya akan menjadi bahan tertawaan orang jika sampai tersebar.

Selama tiga tahun ini, tidak ada orang yang tahu identitas Sita.

Raut wajah Linda kesal dan berkata, “Karena saat itu kakak laki-lakiku tidak membiarkanku menikah, dia mengunciku di dalam rumah yang membuatku kehilangan kesempatan untuk menikah dengan Kak Husein. Pada akhirnya kamu seorang gadis desa yang menikah dengannya. Aku memperingatkanmu, aku adalah putri Keluarga Syailendra dari Manado, kakak-kakakku sangat kejam. Jika kamu berani macam-macam denganku, hati-hati dengan keluargamu.”

Raut wajah Sita berubah dingin, “Jika kamu berani menyentuh keluargaku, aku tidak akan membiarkanmu.”

“Jika ingin keluargamu selamat, tanda tangani Perjanjian Perceraian itu sayang.”

Linda melihat Perjanjian Perceraian di atas meja kecil, dalam lubuk hatinya dia merasa puas, “Akhirnya hari ini datang setelah penantian tiga tahun.”

Sita menjawab datar, “Aku sudah menandatanganinya.”

“Kamu harus tahu posisimu.”

Linda mengeluarkan selembar cek dari tas mewahnya, “Ini ada hadiah untukmu, cek senilai 20 miliar.”

Tatapan Sita mencibir, dia tidak mau menerima cek itu.

“Kurang? Menurut gajimu dulu sebagai suster, ini adalah pendapatanmu selama sepuluh tahun. Tulis saja berapa uang yang kamu inginkan, lalu jangan mengganggu kehidupan kami, Kak Husein lebih cocok denganku. Pada akhirnya kamu hanyalah orang biasa, duniamu berbeda dengan orang kaya seperti kami.

Hati Sita ditusuk lagi, dia kembali ke kamar utama di lantai atas dengan rasa hampa. Semula, jika Linda tidak datang hari ini pun, dia juga berencana pergi.

Dirinya sudah bercerai sekarang, dia sudah tidak ada hak untuk tinggal di sini.

Saat Sita berkemas, dia baru menyadari jika barang-barang miliknya sangat menyedihkan, hanya sebuah koper yang tidak terisi penuh, tiga tahun ini seperti mimpi.

Sita melihat kertas hasil tes kehamilan yang diletakkan di samping tempat tidur, dalam lubuk hatinya berkata, “Saatnya untuk mengakhiri.”

Saat ini, Linda terang-terangan masuk ke kamar utama, dia membawa Perjanjian Perceraian itu, “Apakah sudah berkemas-kemas?”

Linda melihat kertas di samping tempat tidur, dari kejauhan dia melihat beberapa kata dari Rumah Sakit Ibu dan Anak, tatapan matanya ragu.

Sita menatap tajam dan dengan cepat meremas hasil tes kehamilan itu, Linda yang di sebelahnya terkejut dan berkata, “Bagaimana bisa kamu hamil?”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status