Share

Dendam Istri Teraniaya
Dendam Istri Teraniaya
Author: Cesca

Identitas Baru

"Kamu sudah siap untuk balas dendam?" Suara seorang laki-laki menyapa indera pendengaran Althea Agung Permana, perempuan yang tengah menatap pantulan diri di cermin itu pun seketika menoleh diiringi anggukan kecilnya.

"Sangat siap, Jo. Aku sudah mempersiapkannya dengan sangat matang dan inilah saatnya. Aku tidak bisa menunda lagi," pungkas Althea  kepada laki-laki yang bernama lengkap Joan Alexander, laki-laki semampai keturunan Indonesia-Rusia.

"Aku akan mendukungmu, Arum Kenanga. Lakukan dengan hati-hati! Dan katakan kepadaku jika terjadi sesuatu."

Althea menarik sudut bibirnya miris. "Arum Kenanga? Jangan panggil aku seperti itu, Jo! Dia sudah mati dan sekarang yang ada di hadapanmu adalah Althea Agung Permana bukan Arum Kenanga lagi," ujar Althea dengan penuh penekanan.

Joan terkekeh kecil sebelum menimpali. Laki-laki itu menepuk pundak Althea Agung Permana untuk sekejap. "Kamu benar. Arum Kenanga sudah mati di dasar jurang dan sekarang yang ada di hadapanku adalah Alteha Agung Permana, perempuan tegar yang siap balas dendam." Joan menguarkan tawanya sejenak.

"Sekarang pergilah! Tuntaskan misimu! Aku akan melindungimu dari belakang."

"Thanks, Jo!"

"No Problem, My Queen."

Althea Agung Permana lantas melenggang dari kamarnya usai bercakap sejenak dengan Joan Alexander, CEO sekaligus pemilik salah satu perusahaan terbesar di Indonesia. Tetapi, di mata Althea alias Arum Kenanga, Joan lebih daripada seorang CEO dan pemilik perusahaan. Joan adalah seorang pahlawan yang menyelamatkannya dari peliknya air laut, bahkan hampir menyebabkannya tenggelam.

Sekitar dua tahun lalu, nama Althea belum tercetuskan dan yang ada hanyalah Arum Kenanga. Arum Kenanga, seorang perempuan lugu dengan wajah yang dikata orang-orang tidak cantik sama sekali. Arum Kenanga tidak memiliki kesempurnaan hidup, orang tuanya telah tiada jauh sebelum ia beranjak remaja, kebakaran di tempat tinggalnya pun menyebabkan wajah Arum Kenanga menjadi rusak. Saat itulah hidup Arum Kenanga benar-benar rubuh.

Sudah kehilangan orang tuanya dan ditambah wajahnya yang terluka akibat kebakaran. Tak pernah terbayangkan semua hal pelik itu terjadi kepada Arum Kenanga. Dan tak pernah ia duga pula jika Yang Maha Kuasa mengirimkannya laki-laki tampan nan baik hati kepadanya, laki-laki yang menerimanya penuh kasih dan penuh cinta. Laki-laki itu bernama Agung Permana, kakak kelasnya ketika SMA.

Betapa bahagianya Arum Kenanga saat itu apalagi ketika dipersunting oleh Agung Permana, laki-laki yang menjadi incaran banyak perempuan.

Sayangnya, segala bahagia yang dirasa Arum Kenanga lenyap begitu saja setelah perempuan itu mendapatkan penolakan mentah-mentah dari Ayu Yustina, ibu dari Agung Permana.

"Ibu tidak akan merestui kamu dengan perempuan buruk rupa seperti dia, Agung!" begitulah  perkataan tegas Ayu Yustina, calon mertuanya.

"Dia juga tidak setara dengan keluarga kita, Agung!"

Setiap kata dua tahun lalu masih jelas di benak Arum Kenanga, begitu menyakitkan hatinya menyebabkan segala harapan indahnya bersama Agung Permana hancur begitu saja. Hingga akhirnya, Arum Kenanga memilih untuk menolak lamaran dari Agung karena penolakan calon mertuanya. Tetapi siapa sangka Agung Permana masih bertekad kuat untuk mempersuntingnya, hingga pernikahan pun digelar dan Ayu Yustina, ibu Agung Permana terpaksa menyetujui keinginan putra semata wayangnya.

Bahagia, tentu Arum Kenanga rasakan apalagi ia berhasil menikah dengan Agung Permana, laki-laki yang mencintainya sekaligus menerimanya dengan apa adanya. Meskipun tak bisa Arum Kenanga pungkiri jika perasaannya masih begitu risau dengan rasa kesal dari mertuanya yang belum menerima kedatangannya.

Sialnya, mahligai indah yang dibayangkan Arum Kenanga sirna usai pernikahan. Tepat beberapa jam usai pernikahan, Agung Permana harus melakukan pelayaran ke luar negeri dan dengan terpaksa meninggalkan Arum Kenanga yang belum disentuh sedikit pun.

Kesedihan merenda perasaan Arum Kenanga, ditinggal suaminya tepat usai pernikahan berlangsung. Tetapi apa boleh buat? Ia merelakan sang suami demi tugasnya.

"Maafkan Mas ya, Sayang. Perkerjaan Mas rupanya tidak bisa ditinggal," celetuk Agung Permana dua tahun lalu yang masih jelas di benak Arum Kenanga.

"Jaga dirimu baik-baik ya, setelah Mas melakukan pelayaran yang terakhir, Mas akan segera kembali dan tidak akan berlayar lagi," imbuh laki-laki yang berprofesi sebagai nahkoda itu.

Arum Kenanga hanya manggut-manggut kala itu, mengiyakan kepergian sang suami. "Aku akan baik-baik saja, Mas. Ada ibu juga yang menemaniku di rumah. Mas hati-hati ya," begitu impal Arum Kenanga dua tahun silam.

Ada ibu yang menemaninya, Arum Kenanga anggap keberadaan Ibunya akan menjadi sosok yang menemaninya. Tetapi segalanya salah.

Pagi harinya disaat hanya tersisa Arum Kenanga seorang, saat itulah segalanya hancur. Arum Kenanga diajak pergi dengan embel-embel berlibur oleh mertuanya dan sahabat karibnya Vera Indilia. Tetapi siapa sangka jika hal buruk rupanya terjadi kepada Arum Kenanga, perempuan itu didorong hingga terjatuh ke jurang saat tengah melihat pemandangan yang di area puncak.

Arum Kenanga shock hebat saat itu, ia bahkan berpikir akan mati saat terjatuh di jurang. Arum Kenanga masih ingat betul bagaimana tubuhnya terguling-guling hingga ke dasar, rasa sakit bahkan menrayapi seluruh tubuhnya dengan beraham luka.

Tetapi siapa sangka dewi fortuna berpihak kepadanya, ada seorang laki-laki baik bernama Joan Alexander yang tengah berada di dasar jurang, melakukan penelitian bersama teman-temannya. Saat itulah Arum Kenanga yang mengira dirinya akan mati, ternyata diselamatkan, bahkan dengan baiknya Joan Alexander membantunya melakukan operasi pada wajahnya yang terluka akibat kebakaran beberapa tahun silam.

Ingatan Arum Kenanga yang masih segar dengan kekejian yang dilakukan oleh mertua sekaligus sahabatnya sendiri berniat melakukan pembalasan. Apalagi dengan hal menyakitkan yang Arum Kenanga ketahui, bahwa suaminya, Agung Permana yang mengira dirinya telah tiada memutuskan menikah bersama Vera Indilia setahun lalu.

Arum Kenanga tahu niat busuk sahabatnya itu setelah mengetahui bahwa Vera Indilia rupanya menikah bersama Agung Permana. Dan sekarang, Althea Agung Permana alias Arum Kenanga telah mengukuhkan niatnya untuk merebut laki-laki yang dianggapnya sebagai suami dan membuka semua kedok yang ditutupi oleh mertua serta sahabatnya.

Mobil yang ditumpangi Althea Agung permana akhirnya tiba di salah satu perusahaan baru di Ibukota. Perempuan itu melenggangkan kakinya dari mobil, pakaian putih-hitam serta tas pun telah ia bawa menuju ke dalam kantor WH Corporation, sebuah perusahaan properti yang dikelola oleh suaminya setelah pulang dari pelayarannya.

"Mbak Althea ya? Sekretaris baru Pak Agung?" Suara resepsionist seketika masuk ke indera pendengaran Althea usai tiba di dalam gedung tersebut.

"Iya, Mbak. Betul sekali, saya Althea."

"Mbak Althea sudah ditunggu Pak Agung di ruangannya."

"Baik, Mbak. Terima kasih."

"Sama-sama. Oh ya, nanti jangan lupa untuk mendampingi Pak Agung untuk ke gudang properti ya, Mbak."

"Iya, Mbak. Saya akan dampingi Pak Agung."

Althea lantas melenggang dari area resepsionist tersebut dan melenggang menuju ke ruangan Agung Permana, laki-laki yang masih dianggapnya sebagai seorang suami.

Pintu ruangan Agung Permana diketuk perlahan oleh Althea dan setelah mendengar titah "masuk" barulah perempuan itu berani melenggang ke dalam ruangan bergaya modern tersebut.

Manik Althea seketika dimanjakan oleh keberadaan Agung Permana yang duduk di kursi kebesarannya. Agung Permana, laki-laki yang masih dianggapnya sebagai suami, laki-laki yang menerimanya apa adanya dua tahun silam.

Agung Permana masih seperti dulu, wajahnya yang rupawan, tatapan tajamnya, iris coklatnya yang terang, kulitnya yang sedikit sawo matang dan tubuhnya yang kekar.

'Apa kabar kamu, Mas? Sepertinya kamu baik-baik saja ya? Apakah kamu tidak berniat mencariku? Apakah kamu tidak merindukan istrimu ini? Istrimu masih hidup, Mas. Aku di sini, di hadapanmu,' batin Althea alias Arum Kenanga itu.

"Althea? Benar?"

Suara Agung Permana menyapa indera pendengaran Althea, seketika menyebabkan perempuan itu tersentak dari lamunan panjangnya

'Ingat Arum, kamu datang bukan sebagai Arum Kenanga tetapi Althea,' batinnya, kemudian mengangguk kecil sembari melenggang menemui Agung Permana yang tengah duduk di kursi kebesarannya.

"Benar, Pak. Saya Althea Agung Permana, sekretaris baru Bapak," pungkas Althea mengenalkan diri.

Agung Permana sejenak terdiam, laki-laki itu tercekat ketika mendengar namanya yang sama dengan sekretaris barunya. "Althea Agung Permana?" ulang Agung.

"Benar, Pak."

"Na-Nama tengah dan akhirmu sama dengan namaku. Ini sesuatu yang baru pertama kali aku alami." Agung Permana terkekeh sejenak sembari melihat nama Althea yang tercantum di layar laptopnya.

"Di sini, di lamaranmu hanya tertera nama Althera Agung P. Sa-Saya tidak menduga jika P di sini adalah Permana," imbuh Agung Permana terkekeh kecil.

Althea seketika turut terkekeh mendengar pimpinan perusahaan itu terkekeh kecil. "Saya juga terkejut ketika mendengar nama Pak Agung sama dengan nama tengah dan nama belakang saya, mungkin orang tua kita memiliki pemikiran yang sama saat memberikan nama."

Tawa renyah Agung menguar begitu saja usai mendengar penuturan Althea. "Kamu benar, mungkin saja begitu."

"Kalau begitu, sekarang kembalilah di ruanganmu! Aku sudah mengirimkan file di komputer di mejamu dan ada beberapa jadwal yang harus aku hadiri hari ini."

"Baik, Pak." Althea lantas melenggang berniat keluar dari ruangan Agung dan menuju ke ruangannya yang terletak tepat di tepi kanan ruangan Agung Permana. Menjadi suatu keberuntungan bagi Althea bisa menjadi sekretaris pribadi Agung Permana, bahkan memiliki ruangan yang dekat dengan Agung Permana.

"Althea?" Suara Agung seketika menghentikan langkah Althea, menyebabkan kakinya yang akan beranjak ke ambang pintu itu terhenti.

"Ya, Pak? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Althea sembari menoleh menatap Agung.

"Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?"

Bagai disambar petir pagi hari, Althea tercekat usai mendengar pertanyaan tiba-tiba dari Agung Permana itu. Benak Althea seketika berkecamuk dan dirundung tanya, apakah dirinya ketahuan? Apakah Agung Permana mengenalinya meski wajahnya telah berubah bahkan suaranya sedikit berubah? Apakah semudah itu Agung Permana mengenalinya?

"Kenapa Pak Agung berpikir seperti itu?" Althea akhirnya menimpali dengan mempertanyakan ulang atas rasa penasarannya itu.

"Ti-Tidak, hanya saja seperti tidak asing melihatmu."

"Oh? Saya tidak pernah bertemu dengan Pak Agung sebelumnya, mungkin wajah saya terlalu pasaran, Pak." Althea seketika menguarkan tawa kecilnya hingga maniknya menyipit.

Agung Permana seketika menggeleng diiringi kekehan kecilnya. "Tidak-tidak. Tidak seperti itu, hanya terlintas sedikit di benak saya mengenai seseorang," pungkas Agung, seketika menyebabkan Althea mengerutkan keningnya keheranan.

"Lupakan saja pertanyaanku, Althea! Segeralah ke ruanganmu dan kita akan mengecek ke gudang properti setelah ini."

"Baik, Pak." Althea lantas melenggang dari ruangan Agung Permana, senyum kecilnya sedikit terlukis di bibirnya.

'Apakah dia mengingatku?' batin Althea berkali-kali bertanya dengan harapan baiknya. 'Aku akan menunjukan siapa diriku sebenarnya setelah semuanya beres, Mas. Aku akan rebut kamu karena aku, istrimu masih hidup,' batin Althea penuh tekad.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status