"Sesuai dengan jadwal Pak Agung hari ini, Bapak ke gudang properti setelah itu kembali ke kantor untuk bertemu dengan klien," celetuk Althea sembari melenggang beriringan bersama dengan Agung Permana.
"Baiklah, kira-kira jam berapa klienku akan datang nanti, Althea? Aku dengar klienku sudah membuat jadwal ke sini bukan?""Sekitar pukul 14.00 siang, Pak.""Baguslah, masih ada waktu untukku istirahat setelah dari gudang."Althea manggut-manggut mengiyakan, perempuan yang bernama asli Arum Kenanga itu lantas mempercepat langkahnya mengiringi Agung Permana menuju ke mobil silver yang telah terparkir di parkiran mobilnya.Mobil silver itu pun melaju ke gudang properti yang berjarak beberapa km dari perusahaan yang dipegang Agung Permana itu.Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari keduanya. Agung Permana sibuk dengan ponselnya sedangkan Alteha sibuk dengan ipadnya. Padahal ingin sekali Althea mengajak Agung Permana bercengkerama tetapi segalanya pupus, karena Alteha harus menahan segala keinginannya, keinginannya untuk mengatakan bahwa ia adalah Arum Kenanga, bahwa ia adalah istri dari Agung Permana, dan ia masih hidup sampai detik itu juga. Segalanya harus ia tahan demi misinya membalas dendam kepada Vera Indilia dan mertuanya, Arum Kenanga ingin mengungkap segala kejahatan kedua manusia yang hampir membuat nyawanya melayang."Althea?""Eh? Ya, Pak?" Suara Agung Permana seketika menyeruak di telinga Althea dan menyebabkannya tersentak dari lamunan panjang."Kamu melamun ya?" Agung Permana terkekeh singkat."Kita sudah sampai di gudang," imbuhnya sembari menatap ke luar, ke gudang properti yang tepat ada di depan mobilnya berhenti."Eh? Ti-Tidak, Pak! Saya tidak melamun kok." Althea seketika menggeleng sembari mengembangkan senyumannya secara lepas, seketika menyebabkan Agung Permana terdiam seketika. Manik Agung Permana bahkan melebar dipenuhi sendu berkali lipat.Manik Althea seketika mengekor, melihat gudang properti milik Agung Permana. "Oh... ini ya, Pak?"Kini giliran Agung Permana yang hanya terpaku usai melihat senyum Althea. "Apakah kamu serius kita tidak pernah bertemu sebelumnya, Al?" Suara Agung kembali menyapa indera pendengaran Althea dan untuk kedua kalinya Althea mendapatkan pertanyaan sama dari laki-laki tampan itu.Althea tak menimpali sejenak dan barulah anggukan kecil ia berikan pada atasannya. "Pak Agung sudah dua kali menannyakan hal ini kepada saya. Apakah ada yang salah, Pak? Apakah wajah saya seperti mirip seseorang?" tanya Althea beruntun, sedikit memancing Agung Permana, laki-laki yang masih dianggapnya sebagai suami.Agung Permana terdiam, tak menimpali tanya demi tanya yang diberikan oleh Althea. "Tidak-tidak ada," timpalnya Agung Permana dengan cepat sembari mengalihkan pandangannya ke arah gudang."Ayo kita turun! Kita sudah sampai," imbuh Agung mengalihkan pembicaraan.Althea mengangguk kecil, sedangkan di benaknya masih memikirkan jawaban Agung Permana sesaat lalu. 'Apakah kamu mengingat Arum Kenanga?' batin Althea kemudian sudut bibirnya terangkat kecil.Langkah jenjang Althea berjalan menyejajarkan dengan Agung Permana menuju ke area gudang yang dipenuhi dengan segala properti dari perusahaan Agung, laki-laki yang masih dianggap suami oleh Althea itu.Satu per satu, Althea hanya fokus dengan bagaimana Agung berbicara dengan salah satu staff gudang di sana. Althea tidak mengalihkan pandangannya sedikit pun, perempuan itu kian dibuat jatuh hati dengan Agung Permana, dengan cara bicaranya, wajahnya yang tegas, maniknya yang indah dan semuanya yang ada pada Agung Permana."Jangan lupa cek semuanya, Aldi. Saya tidak ingin ada cacat dengan barang yang akan dikirimkan kepada klien.""Baik, Pak. Saya akan pastikan barang-barang yang akan dikirimkan kondisinya aman, Pak.""Bagus! Kalau begitu lanjutkan pekerjaanmu, Aldi. Aku akan kembali ke kantor setelah ini.""Baik, Pak."Aldi, staff utama gudang sekaligus orang kepercayaan Agung itu pun melenggang pergi dan menyisakan Agung Permana juga Althea di sana.Helaan napas panjang Agung keluar begitu saja, laki-laki itu menoleh ke arah berlawanan dengan Althea dan pandangannya dikejutkan Althea yang rupanya tengah memandanginya secara lekat."Althea?" Suara Agung seketika menyentak Althea, menyebabkan perempuan yang tengah melamun itu segera mengerjapkan maniknya dan mengalihkan maniknya ke arah lain, menghindari kontak dengan Agung Permana."I-Iya, Pak?""Ada apa kamu memandangi saya seperti itu? Apakah ada yang salah dengan wajah saya? Ada kotoran di wajah saya?" cecar Agung Permana sembari sedikit mendekatkan wajahnya pada Althea, bahkan hanya tersisa sejengkal jarak antara keduanya.Althea kembali tersentak, perempuan itu diliputi debar jantungnya yang tak karuan. "Ti-Tidak, Pak. Tidak ada yang salah dengan wajah Pak Agung," timpal Althea sedikit takut."Lalu kenapa kamu memandangiku seperti itu?"Althea seketika menoleh dan menatap Agung lekat-lekat. Ia terdiam sepersekian detik dan hanya memandangi wajah yang ia rindukan, wajah yang sudah sangat lama tak ia pandangi."Pak Agung tampan," ujar Althea dengan jujur.Agung seketika terkekeh kecil, laki-laki itu menarik tubuhnya yang hanya berjarak sejengkal dari Althea. "Entah kamu orang ke berapa yang mengatakan itu kepadaku," pungkas Agung kemudian kembali menguarkan tawa renyahnya."Tetapi terima kasih atas pujiannya, Althea. Sekarang sebaiknya kita ke kantor lagi, karena istri dan anakku sudah menunggu," imbuh Agung lagi.Bagai disambar petir siang bolong, Althea tersentak usai mendengar pernyataan tak terduga dari laki-laki yang masih dianggapnya sebagai suami itu.Althea sangat tahu bahwa Agung Permana telah menikah lagi, setelah 7 bulan usai kabar kepergiannya. Tetapi Alteha alias Arum Kenanga itu sama sekali tidak menduga jika Agung Permana memiliki anak dari Vera Indilia.'Se-Secepat itukah kamu bisa menyentuh sahabatku, Mas? Sedangkan aku, istrimu sendiri yang kamu kira sudah mati, sebelumnya tidak pernah kamu sentuh,' batin Althea runyam seketika.Althea seketika banyak diam usai mendengar pernyataan mengejutkan dari Agung Permana, kekecewaannya meradang. Ia kecewa dengan Agung Permana yang rupanya sudah memiliki momongan dengan Vera Indilia, ia kecewa dengan Agung Permana yang terlihat sudah melupakan tentangnya, tentang Arum Kenanga."Althea?" Suara Agung seketika menyentak lamunan Althea, menyebabkan perempuan itu tersentak."Iya, Pak? Ada apa?""Setelah sampai nanti, bisa kamu buatkan kopi untukku? Aku harus minum kopi untuk menahan kantukku," pungkas Agung."Baik, Pak. Nanti akan saya buatkan untuk Pak Agung," timpal Althea bersikap sopan pada laki-laki yang merupakan atasannya itu.Mobil silver yang ditumpangi Agung Permana dan Althea akhirnya pun tiba kembali di kantor. Keduanya melenggangkan kakinya ke gedung berukuran cukup luas itu dan pemandangan pertama yang ada di manik Althea adalah keberadaan Vera Indilia."Sayang?" Perempuan bernama Vera Indilia, sahabat sekaligus perempuan yang telah merebut suami Althea alias Arum Kenanga itu mendekap Agung Permana. Perempuan itu juga menggendong bayi yang usianya masih cukup kecil, sekitar 5 bulanan."Sudah lama menungguku?" tanya Agung teduh."Sudah, untungnya kamu segera datang. Jika tidak, aku sudah kembali lagi ke rumah," timpal Vera Indilia.Agung Permana terkekeh sejenak, laki-laki itu mengusak surai legam Vera Indilia dengan gemas. "Maaf, aku sibuk sekali, Sayang."Muak! Sudah muak, Althea melihat keromantisan Agung Permana pada Vera Indilia itu. Althea cemburu, Althea kesal, dan harusnya Althea lah yang ada di posisi Vera Indilia. Harusnya Althea yang merasakan cinta kasih suaminya, bukanlah Vera Indilia, sahabatnya.Dan sialnya, Vera Indilia melakukan hal keji demi menggantikannya sebagai suami Agung Permana. Sialan! Sungguh sialan!"Ekhem! Pak, saya permisi dulu ya! Nanti kopinya saya antarkan ke ruangan Pak Agung," celetuk Althea memecah keromantisan Vera Indilia dan Agung Permana."Eh? Iya, Althea. Terima kasih banyak.""Sama-sama, Pak."Althea dengan cekatan melenggang, meninggalkan Agung Permana dan Vera Inidilia. Dengan kesal langkah Althea menuju ke dapur yang ada di kantor tersebut, penuh kecamuk dan muak.Selepas kepergian Althea, Vera Indilia, istri dari Agung Permana itu seketika mengerutkan keningnya heran. "Itu tadi siapa, Sayang?" tanyanya pada sang suami."Itu sekretaris baruku, namanya Althea.""Oh? Pantas saja baru pertama aku melihatnya di sini," timpal Vera Indilia sedikit lirih.'Tetapi kenapa wajahnya terlihat tidak asing ya? Aku seperti sudah pernah melihatnya, tetapi di mana?' batin Vera Indilia bertanya-tanya gusar.***Agung Permana berkutat lagi di depan laptopnya, usai kepulangan Vera Indilia yang hanya menghampirinya sesaat. Laki-laki itu menyiapkan beberapa berkas untuk menemui kliennya.Tok..Tok...Pintu ruangan Agung Permana seketika diketuk, menyebabkan laki-laki itu mengalihkan fokusnya sejenak."Masuk!"Rupanya Althea yang mengetuk pintu, perempuan itu datang dengan secangkir kopi yang sudah ia buat untuk Agung Permana."Ini kopinya, Pak!" Althea meletakan kopi buatannya di meja Agung Permana."Maaf lama ya, Pak. Di dapur cukup antre," pungkas Althea."Tidak apa-apa, Althea. Aku tidak terburu-buru untuk segera minum kopi," ujar Agung Permana."Omong-omong, duduklah dulu! Aku ingin memberikanmu berkas yang disiapkan untuk menemani klienku," lanjut Agung, kemudian menjeda sejenak pekerjaannya di laptop berwarna silver itu.Althea mengangguk patuh kemudian barulah ia duduk di depan Agung. Sedangkan Agung, dengan segera menyambar kopi buatan Althea."Aku akan meminumnya ya, mataku sudah tidak b
Althea berulang kali membaca berkas yang diberikan oleh Agung Permana untuk memastikan nama Joan Alexander adalah laki-laki yang ia kenal dan sialnya, segalanya benar. Joan Alexander, klien Agung Permana itu adalah seorang CEO yang sudah menolongnya setahun silam."Arum Kenanga?"Tubuh Althea seketika menegang hebat usai mendengar namanya dipanggil, maniknya melebar sempurna dan pandangannya seketika mengarah pada sosok si pemanggil.Althea seketika bangkit dari duduknya dan mendapati Joan Alexander di hadapannya. "Joan? A-Apaan-apaan kamu?" Althea seketika menarik Joan untuk ke ruangannya dan menutup pintu ruangannya dengan cekatan usai memastikn tidak ada seorang pun yang melihatnya."Surprise!!" ujar Joan dengan senyum sumringahnya, pandangannya pun penuh binar menatap perempuan yang sudah memiliki identitas baru juga wajah baru itu."Surprise apa-apaan ini, Jo? Kenapa kamu tiba-tiba menjadi klien dari Mas Agung? Kenapa kamu tidak mengatakannya kepadaku? Hum?" cecar Althea panjang
Althea telah membulatkan tekadnya untuk membalaskan semua dendamnya, setelah ia dipertemukan kembali dengan mertuanya dulu dan juga sahabat baiknya yang sudah menusuknya dari belakang. Kini Althea melenggang menuju ruangan Agung Permana, di tangannya membawa beberapa berkas yang mesti ditandatangani. Althea perlahan mengetuk pintu coklat tua yang merupakan ruangan Agung Permana. "Masuk!" Althea mendengar suara Agung memintanya masuk dan segeralah ia melenggang ke dalam ruangan Agung tersebut. "Selamat siang, Pak!" "Siang, Althea. Ada apa?" "Ada beberapa berkas yang harus Pak Agung tandatangani," pungkas Althea sembari menyerahkan beberapa berkas yang ada di tangannya itu. "Baiklah." Laki-laki bernama lengkap Agung permana itu pun segera membubuhkan tandatangannya di lembar demi lembar yang Althea serahkan. "Apakah ada lagi, Althea?" tanya laki-laki itu. "Tidak ada, Pak." "Baguslah."Althea manggut-manggut. "Kalau begitu saya permisi dulu, Pak." "Tunggu, Althea!" Agung deng
"Apakah kamu memang sengaja menumpahkan kopi di bajuku?" Suara Vera Indilia yang tanpa permisi seketika menyapa indera pendengaran Althea, menyebabkan perempuan yang tengah berkutat di depan laptop itu tersentak. "Bu Vera?" Althea seketika beranjak dari duduknya dan menghampiri perempuan yang masuk tanpa permisi itu. "Ada perlu apa Bu Vera sampai ke sini?" tanya Althea sopan tetapi malah mendapatkan sambutan yang kurang sedap dari Vera. Perempuan itu malah mendengus tak suka. "Sudah! Tidak perlu basa-basi! Jawab saja pertanyaanku tadi!" titah Vera Indilia dengan ketus. "Kamu sengaja kan menumpahkan kopi di bajuku?" imbuh Vera lagi. Althea seketika menggeleng. "Tidak, Bu. Saya sama sekali tidak sengaja melakukannya," pungkas Althea masih tetap sopan. Halah! Mengaku saja kalau kamu memang sengaja menumpahkan kopi di bajuku agar aku mendapatkan omelan dari suamiku. Benar kan?" lanjut Vera Indilia kembali berujar dengan nada yang sengit. Althea menghela napasnya panjang, ia memutar
Agung Permana mengetuk pelan pintu sekretarisnya, Althea Agung Permana. Ia sebetulnya cukup gelisah untuk bertemu dengan Althea apalagi setelah kejadian memalukan sebelumnya. Sungguhlah, ia sebagai suami dari Vera Indilia merasa prihatin dengan apa yang terjadi kepada Althea. "Pa-Pak Agung? Pak Agung ada apa repot-repot datang ke ruangan saya? Apakah Bapak butuh bantuan? Biasanya Pak Agung menelepon," pungkas Althea yang kebingungan dengan keberadaan Agung yang tiba-tiba di depan ruangannya itu. Memanglah Agung tak pernah menginjakan kakinya ke ruangan sekretaris dan itulah untuk kali pertamanya ia menginjakan kakinya ke ruangan tersebut. "Boleh saya masuk dulu, saya ingin berbicara denganmu," pungkas Agung. Althea seketika terdiam sepersekian detik sebelum ia menimpali apa yang Agung utarakan. Perempuan itu lantas manggut-manggut mengiyakan usai mencerna apa yang Agung utarakan, "Bo-boleh, Pak." Althea lantas mempersilakan Agung ke dalam ruangan sekretaris miliknya. Perempuan i
"Ini rumah kamu?" Agung Permana berceletuk sembari menoleh ke arah kediaman megah nan luas, bahkan lebih megah dari kediamannya dan sang istri, Vera Indilia. "Em... bisa dibilang begitu, Pak," timpal Althea kemudian mengembangkan senyum tipisnya. Sesaat lalu, Althea hendak beranjak ke kediamannya itu, tetapi perempuan itu tak sengaja berpapasan dengan Agung Permana dan berakhirlah Althea diantar oleh laki-laki itu. Agung Permana pun bersikukuh untuk mengantarkan Althea, untuk menghalau rasa bersalahnya atas apa yang sudah dilakukan istrinya sesaat lalu, mempermalukan Althea di depan umum. Althea sudah menolak permintaan Agung Permana itu, tetapi apa daya? Agung Permana tetap memaksanya dan berakhirlah laki-laki itu mengantarnya pulang. "Pak Agung ingin mampir dulu?" imbuh Althea sembari melepaskan sabuk pengamannya. "Ti-tidak. Lain kali saja, kebetulan ini sudah sore, anak dan istriku pasti merisaukanku karena belum pulang, Al," ujar Agung. "Ah... Pak Agung benar. Kalau begitu t
"Datang juga kamu?" Vera Indilia tersenyum sinis, ketika mendapati kedatangan Althea. Althea memutar bola matanya malas, perempuan itu cukup terkejut ketika melihat Vera Indilia di depan kantor. Althea sama sekali tidak menduga jika ia harus berhadapan dengan Vera Indilia lagi, padahal baru saja sebelumnya Vera Indilia membuat perasaannya runyam. "Aku sudah menunggumu sejak tadi," lanjut Vera Indilia setelah Althea tiba di hadapannya. Althea mengerutkan keningnya keheranan. "Pasti ada suatu hal yang penting sampai seorang istri CEO perusahaan ini di sini pagi-pagi demi bertemu dengan sekretaris rendahan seperti saya," pungkas Althea dengan berani. Mendengar apa yang dituturkan Alteha, Vera Indilia menarik sudut bibirnya, perempuan itu pun mengeluarkan decihannya kesal. "To the point saja..." Vera Indilia menjeda ucapannya barang sejenak, tatapannya kian tajam pada Althea. "Mundur dari pekerjaan ini," imbuh Vera yang seketika menyebabkan Althea membulatkan manik legamnya. "Janga
Agung Permana menatap resah menatap layar laptopnya padahal jam sudah tengah hari. Sudah semestinya Agung Permana beristirahat tetapi laki-laki itu masih enggan juga. Hingga akhirnya, suara ketukan pintu secara perlahan memecah kefokusannya. “Masuk!” titahnya. Tak lama setelah suara Agung tersebut, Althea melenggang ke dalam ruangan tersebut sembari membawa dua buah berkas di tangannya. Perempuan itu pun mengembangkan senyum manisnya. “Apakah saya mengganggu Pak Agung?” Althea berujar sopan. “Ah... tidak, Althea. Duduklah! Apakah ada yang harus aku tanda-tangani?”“Benar, Pak.” Althea lantas menyerahkan dua berkas yang ia bawa pada Agung Permana.“Apa jadwalku setelah ini, Althea?” Agung bertanya sembari membubuhkan tandatangannya di lembaran yang dibawa Althea. “Setelah jam makan siang, Pak Agung ada temu dengan klien.”“Setelah jam makan siang?” Agung menjeda sejenak ucapannya sembari mengingat-ingat janji temunya. “Astaga!! Kenapa aku bisa lupa.” Agung lantas melirik jam tan