Cinta Pengganti

Cinta Pengganti

Oleh:  Kanietha  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
26 Peringkat
70Bab
41.7KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Karena satu penolakan, Saskiya Syahputri menutup rapat-rapat masa lalunya dari semua orang. Mengubah prioritas hidupnya hanya untuk uang, dan anak semata wayangnya.

Lihat lebih banyak
Cinta Pengganti Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Eli Juita
keren banget..
2023-12-06 20:07:48
2
user avatar
Indri saputra
baguusss ceritanya, cerita Thor yg terpendek dan ringan ......
2023-11-03 09:37:09
2
user avatar
Erni Erniati
akhirnya cerita ini harus end. padahal masih pengen lihat kisah kisah mas Gilang Ama mbk Kiya. makasih ya beib buat cerita ini.
2023-10-31 21:19:00
2
user avatar
Nury
bagus banget............
2023-10-05 05:34:21
4
user avatar
Nurul Shuhada Chad
Teruskan lagi mbak
2023-09-02 15:53:44
1
user avatar
Viet Cahaya Fitriana
Belum up juga nih
2023-08-28 23:02:52
0
user avatar
Mulya Purnama
keren ceritanya
2023-08-28 18:44:00
2
default avatar
mmbak6658
satu lagi cerita yg bagus ...
2023-08-09 18:16:12
2
user avatar
Aisha Arkana
Disaat Gilang si buaya darat mengejar cintanya, disinilah yang membaca gregetan...
2023-08-08 08:03:47
3
user avatar
Amalia Hayuningtyas
selalu ditunggu kelanjutannya
2023-08-03 15:29:03
1
user avatar
Nury
luar biasaaaaa
2023-07-30 17:26:01
1
user avatar
Najat Qarina Agustin
kok blm up mbak beb...
2023-07-23 22:59:42
1
user avatar
NuNa
mas Gilang buaya darat ...
2023-07-19 22:28:49
2
user avatar
siti rahmah
Berarti Mas Gilang ini masih la jutan dari Bukan istri sah, sama the real Ceo.
2023-07-12 22:06:47
2
user avatar
siti rahmah
Udah banyak Bab nya nih, mba beb
2023-07-08 20:50:48
1
  • 1
  • 2
70 Bab
1. Tetap Tenang
"Seharusnya, kamu bilang dari awal kalau sudah pernah nikah, dan punya anak." Bumi berdecak kesal dan kecewa. Tatapannya berlari sejenak, pada seorang wanita paruh baya yang tengah menggandeng seorang bocah. Perkiraan Bumi, anak laki-laki tersebut baru berusia sekitar satu tahun, karena masih belum lancar berjalan. Kiya menghela panjang. “Aku sudah punya rencana mau bilang, tapi—“ “Rencana?” putus Bumi kembali berdecak, sambil mengacak-acak rambut cepak yang baru saja dipotongnya. “Kalau aku nggak ada liputan di sekitar sini, aku nggak yakin kamu bakal bilang itu semua.” “Mi, dengerin—“ “Aku kecewa, Ki.” Bumi kembali memutus ucapan Kiya, tanpa mau mendengar ucapan gadis itu. “Aku nggak tahu, apalagi yang kamu sembunyikan selain ini.” “Nggak ada,” jawab Kiya cepat. “Aku berani sumpah!” “Kemana ayahnya? Suamimu?” “Dia … ada,” jawab Kiya menelan ludah. “Kami sudah cerai dan—“ “Aku nggak mau …” Lidah Bumi kembali berdecak, lalu membuang kasar napasnya. “Lebih baik, kita instropeks
Baca selengkapnya
2. Tidak Sabar
“Duta …” Kiya berdehem. Memasukkan ponselnya ke dalam saku blazer. Kendati jantungnya saat ini berdetak begitu cepat, tetapi Kiya harus menjaga emosinya. “Kenapa saya harus jelasin itu ke Mas Gilang? Oh iya, Mas tadi minta arsip notulen rapat direksi, ya? Dari bulan berapa, Mas?” Gilang berdecak karena Kiya mengabaikan pertanyaannya. “Duta itu siapa?” “Duta itu siapa, saya rasa nggak ada hubungannya dengan Mas Gilang, kan?” Kiya tersenyum sopan sembari mengangguk. “Saya ke dalam dulu, Mas. Mau nyiapin arsip notulen. Permisi.” “Nggak usah!” Gilang berseru sambil berjalan mendahului Kiya yang baru saja hendak mengayunkan kaki. “Gue udah nggak mood lihat kerjaan, jadi, lo boleh pulang.” Kiya berbalik. Senyum manis itu mendadak terlukis sempurna di wajahnya. “Beneran, ya, Mas? Saya pulang, ni, ya? Jangan mendadak di telepon di tengah jalan, terus suruh balik lagi ke sini.” “Pergi sekarang, atau lo balik malam,” ancam Gilang. “Eh! Bentar, bentar!” panggil Gilang saat Kiya hendak berba
Baca selengkapnya
3. Titik
Penasaran. Hal itulah, yang membuat Gilang sampai masuk ke dalam sebuah pusat perbelanjaan. Ia mengekori Kiya, dan sempat kehilangan gadis itu di antara kemacetan lalu lintas. Namun, keberuntungan kali ini sepertinya berpihak pada Gilang. Ia kembali dipertemukan dengan sosok Kiya dan bocah seumuran keponakannya, di salah satu toko sepatu ternama. Gilang melihat gadis itu tengah berjongkok, dan memasangkan sepatu pada bocah laki-laki itu. Akan tetapi, tatapan Gilang teralihkan pada sosok gadis lain, yang tengah bergandengan tangan dengan seorang pria. Langkah Gilang yang sudah tidak sempurna itu pun, reflek terayun mengikuti gadis itu.Sampai akhirnya, Gilang melihat gadis dengan perut buncit itu masuk ke dalam sebuah kafe. Gilang segera memasukinya dan menyerobot kursi yang akan diduduki oleh pria yang datang bersama gadis itu.“Masih ada kursi kosong di sini, jadi pindah sebelum aku panggil pelayan buat nyeret kamu keluar dari sini,” ucap sang pria dengan tatapan dan ucapan dingin
Baca selengkapnya
4. Pikirkan Lagi
Panik. Kedua tangan Kiya sampai gemetar, karena pemecatan sepihak yang dilakukan Gilang. Bukan maksud Kiya untuk berbohong, tetapi keadaanlah yang memaksanya. Dulu, demi mendapatkan pekerjaan sebagai asisten Elok, Kiya harus berbohong tentang statusnya saat wawancara. Membuat beberapa alasan, dan sempat memalsukan beberapa dokumen penting. Kiya tahu itu semua salah. Namun, demi menghidupi keluarganya dan memberikan mereka kehidupan yang layak, Kiya harus melakukan semua itu. “Duta …” Karena mempertimbangkan putranya, maka Kiya tidak bisa mengejar Gilang saat itu juga. “Kita pulang sekarang, ya!” “Apa, Bund?” Kekesalan Duta semakin bertambah. Saat sang ayah tidak kunjung mengangkat panggilan videonya, kini Kiya mengajaknya pulang dengan mendadak. “Tapi kita belum dapat sepatu, belum lihat-lihat sepeda juga!” “Bunda ditelpon orang kantor.” Hanya satu alasan itu, yang bisa membuat Duta tidak membantah. “Ada kerjaan mendadak, tapi nggak lama. Nanti sore, atau malam kita jalan lagi
Baca selengkapnya
5. Empat Mata
Gilang tidak punya jalan keluar, selain kembali ke rencana awal. Jika dibandingkan dengan Kiya, jelas saja papanya itu lebih percaya pada wanita itu daripada Gilang sendiri. Ulah Gilang selama inilah, yang membuat seluruh kepercayaan Adi hilang kepadanya. Karena itulah, Gilang butuh orang seperti Kiya untuk meyakinkan Adi, dirinya saat ini sudah berubah dan bisa diberi kepercayaan untuk masuk ke jajaran direksi Jurnal.“Kalau suka, dilamar, Jangan tunggu jadi CEO, baru dinikahin.”Gilang sontak membeku beberapa saat. Lamunannya tentang Kiya menguap detik itu juga. Kemudian, ia menoleh pelan pada Elok yang tersenyum, dengan pandangan yang tertuju ke halaman rumah. Apa kakaknya tahu mengenai perjanjian yang telah disepakatinya dengan Kiya? Atau, hal tersebut hanyalah sindiran semata, tanpa ada maksud apa-apa.Lantas, Gilang pun terkekeh hambar untuk menanggapi ucapan Elok tersebut. “Lagi ngomongin siapa, Mbak?” tanyanya pura-pura tidak tahu.“Kamu, sama Kiya?” todong Elok tanpa ingin be
Baca selengkapnya
6. Tidak Sia-sia
“Bokap gue mau ngomong.” Gilang menarik paksa Kiya, ke sudut ruang tersembunyi di bawah tangga. “Gue barusan bilang mau balik ke Jurnal, tapi bokap minta ketemu sama lo dulu.”“Kenapa Mas Gilang nggak berunding sama saya dulu,” ujar Kiya bicara dengan perlahan. “Harusnya—““Bilang ke bokap, kalau gue sudah siap,” putus Gilang terburu. “Terus, masalah hubungan kita, bilang juga sudah selesai, karena kita lebih cocok jadi partner kerja. Nggak lebih dari itu. Paham, lo?”Kiya mengangguk. “Lain kali, semua masalah harus dibicarakan dan direncanakan—““Ki, mending lo diam, terus masuk ke ruang kerja.” Gilang sudah tidak sabar menunggu keputusan Adi. “Pokoknya lo bilang, seperti yang sudah gue kasih tahu barusan. Ngerti, kan, lo? Entar gue tambahin gajian lo bulan ini. Jangan khawatir.”Mentang-mentang Kiya melakukan semua hal demi uang, bukan berarti Gilang lantas memperlakukannya seperti sekarang. “Mas, ini bukan Cuma masalah uang. Tapi—““Udahlah nggak usah muna,” putus Gilang lagi. “Lo
Baca selengkapnya
7. Pecat Aja
“Sekali lagi saya ingatkan, jangan perlakukan Gilang dengan istimewa,” pesan Adi saat berhenti di depan meja Kiya. “Gilang Mahardika bukan anak pemilik Jurnal, dan dia di sini CUMA karyawan biasa. Tiga bulan bulan pertama, anggap dia anak magang dan jangan mau diperintah sama dia. Paham, Kiya?”Kiya yang sudah berdiri dari kursinya segera mengangguk. “Baik, Pak.”“Pagi semuaaa.” Elok menahan tawa saat melihat Gilang berdiri di balik mejanya. Ia menghampiri sang adik, lalu berdiri di sebelah Gilang dan merangkulnya. “CEO, kan?” bisiknya di telinga Gilang, sambil menepuk keras dada pria itu. “Semangat!”Hanya itu, kemudian Elok melepas tawa sambil berlalu menuju ruangannya. Sekilas, Elok memberi anggukan formal pada Adi, tetapi tidak berniat berhenti melangkah ataupun menegur sang papa.Sementara Gilang, spontan memegang dadanya yang nyeri karena ulah Elok barusan. Akhirnya, daripada harus kembali mengurus Event Organizer miliknya, Gilang memilih menjadi asisten Kiya. Bersabar selama sa
Baca selengkapnya
8. Orang Pertama
Kiya menelan ludah. Menatap Adi dan Elok yang berada di depannya secara bergantian. Kemudian, ia tertunduk dan menghela panjang karena memikirkan nasibnya saat ini. Gilang sungguh keterlaluan, karena sudah membongkar rahasia yang selama ini Kiya simpan rapat-rapat. Hanya satu harapan Kiya saat ini, jangan sampai kedua orang itu memecatnya. Banyak hal yang belum Kiya selesaikan, termasuk biaya sekolah Duta yang memang tidak murah. Karena ingin memberi semua yang terbaik, maka Kiya juga menyekolahkan putranya di tempat yang terbaik pula. “Jadi Ki, saya mau dengar semuanya dari mulut kamu sendiri,” pinta Elok. “Pak Adi dan saya di sini, sudah nganggap kamu itu seperti keluarga sendiri, jadi, ceritakan semuanya dan nggak perlu sungkat.” “Dan jangan ada lagi yang ditutupi,” tambah Adi bersedekap tegak menatap Kiya. Sulit dipercaya, bila Kiya memang benar sudah memiliki suami dan seorang putra. Bahkan, usia putranya lebih tua satu tahun daripada Kasih. Sementara itu, selama ini Kiya sela
Baca selengkapnya
9. Omong Kosong
Gilang menutup pintu ruangan Elok dengan kasar, sehingga membuat sang kakak yang baru saja duduk di kursinya kembali berdiri dan menghardik pria itu.“Apa-apaan, sih, Lang!” Elok menghela panjang, sambil mengusap perutnya dengan kedua tangan. “Belum waktunya lahiran, aku sudah brojol duluan gara-gara kamu!” “Itu!” Gilang menghampiri Elok, sembari mengarahkan telunjuk ke arah luar ruangan. “Si Kiya itu makin besar kepala gara-gara papa nggak mecat dia!”“Lang.” Elok membuang napas kecil, lalu kembali duduk di kursinya. Ia bersandar pelan, kemudian menyalakan perangkat komputer di mejanya. “Setelah aku sama papa ngobrol empat mata, yang bermasalah di sini itu sebenarnya kamu, bukan Kiya.”“Aku?” Gilang menunjuk wajahnya sendiri. Ia menarik kursi yang berseberangan dengan Elok, kemudian menghempas kasar tubuhnya di sana. “Aku nggak ada masalah, Mbak. Tapi Kiya sudah bohongin keluarga kita selama ini.”“Dan dia punya alasan untuk itu.” Elok berusaha sabar, kerena sudah membahas permasala
Baca selengkapnya
10. Profesionalisme Kerja
“Siang, Pak Pemred,” sapa Elok menghampiri Bumi lalu mengulurkan tangan lebih dulu. “Lama kita nggak bersua, ya! Apa kabar? Antariksa baik, kan? Pak Dewa gimana? Galak, nggak?”Bumi segera berdiri, lalu menyambut jabat tangan Elok dengan suka Cita. Ia juga memberi kekehan, karena Elok langsung mencecarnya dengan berbagai pertanyaan. “Lebih galak dari Bu Elok.”Elok tertawa kecil, lalu mempersilakan Bumi untuk duduk kembali. Ia melihat secangkir kopi yang sudah ada di hadapan, dan tersenyum. Satu langkah kecil ini, bisa membuat Gilang sedikit menurunkan egonya di hadapan semua orang.“Tapi bukan pak Dewa yang ngurus Antariksa, Bu,” lanjut Bumi seraya duduk dengan perlahan. “Pak Reno! Kabar awalnya bu Rindu yang diminta masuk Antariksa, tapi beliau nggak mau karena sibuk ngurus anak sama kuliah.”“Ah! Ya, ya, ya.” Elok jadi memikirkan permintaan Lex untuk berhenti bekerja, setelah anak mereka lahir nantinya. Namun, Elok masih bernegosiasi agar bisa tetap bekerja membantu sang papa di Ju
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status