Share

Cinta Dibalik Hukum Adat
Cinta Dibalik Hukum Adat
Penulis: Rahayu_NR

Alena

Suara langkah kaki itu semakin terdengar jelas semakin mendekat, langkah kaki yang penuh dengan rasa percaya diri dan ambisi yang sangat tinggi. Langkah kaki yang membuat semua orang yang mendengar nya selalu was-was dan penuh ketakutan.

"Selamat pagi bu Alena," sapa semua orang dalam ruangan sambil sedikit membungkukan badannya.

Alena sedikit pun tak menggubris salam yang diucapkan dari seluruh karyawannya. Dia tetap melanjutkan langkahnya dan mulai membuka sebuah ruangan yang bertuliskan "CEO". Dia meletakan hand bag berwarna nude itu diatas meja, dan dia berdiri tepat di depan standing mirror, dia memperhatian dirinya sendiri, dari sepatu Highheel berwarna hitam dengan tinggi 10 cm. Hari ini dia mengenakan rok pendek berwarna hitam dan blezer berwarna nude. Rambutnya terurai panjang hingga pinggang dan dengan memberikan sedikit sentuhan curly pada ujung-ujung rambut.

"Perfect !" ucapnya di depan cermin.

Tok.. Tok... Tok...

Terdengar ada yang mengetuk pintu ruangan Alena. Dan masuklah seorang perempuan cantik dengan rambut pendek sebahu, dan setelan jas berwarna abu-abu. Dia membawa beberapa map di tangannya.

"Udah cantik loe tuh, nggak perlu ngaca mulu, lama-lama gue buang juga nih cermin di ruangan loe," ucap perempuan itu sambil sedikit tertawa.

"Pagi-pagi uda berisik aja loe," celetuk Alena.

"Nih ada berkas yang loe harus tanda tangan !" ucap Sarah sambil meletakkan beberapa tumpukan map ke atas meja kerja Alena.

Sarah adalah sahabat baik Alena sekaligus sekretaris Alena, mereka sudah bersahabat sudah lebih dari 10 tahun, dari mereka kuliah dulu.

"Minggu ini gue ada jadwal kemana? " tanya Alena.

"Loe minggu ini nggak ada jadwal yang mendesak, ada beberapa kali meeting sama tim marketing Alena Cosmetic tapi itu masih bisa gue handle sendiri !" tegas Sarah.

"Maksud loe gue nggak perlu ikutan meeting? Loe tahu kan gue harus selalu tahu perkembangan tim marketing gue, jadi gue harus ikut!" tegas Alena dengan sedikit menaikan nada suaranya.

" Nggak, kali ini cukup gue yang meeting sama mereka, loe minggu ini harus pulang ke rumah orang tua loe. Uda lama loe nggak balik , nyokap loe juga ngehubungin gue mulu nih, nanya kapan loe bisa balik, loe katanya nggak pernah bisa ngasih kepastian kapan pulang," jelas Sarah

"Iya kan emang gue masih sibuk banget," jawab Alena sambil berjalan menuju kursi dan perlahan mulai duduk di kursi kerjanya sambil membuka beberapa berkas.

"Gue udah urus semua, besok pagi loe harus balik dulu ketemu orang tua loe, tiket semua uda gue siapin !" tegas Sarah.

" Hah, loe seriusan? Tapi kerjaan gue? " tanya Alena.

"Gue yang urus ! " sahut Sarah.

Sarah kemudian meninggalkan ruangan Alena, Alena melamun dan membayangkan kedua orangtuanya, memang benar kata Sarah dia sudah lama tidak pernah bertemu dengan kedua orang tuanya karena terlalu sibuk bekerja.

Keesokan Harinya.

Alena sudah sampai di tempat kelahirannya, dia sudah menempuh perjalanan cukup jauh. Kampung halamannya memang jauh dari ibu kota dan bisa dibilang pedesaan.

Alena turun dari taxi , dia memejamkan matanya dan menghirup udara pedesaan yang masih sangat segar. Udara yang jauh dari udara yang selama ini dia hirup di tengah hiruk pikuk keramaian kota.

"Alena!" terdengar suara teriakan seorang  perempuan paruh baya.

" Ibu!" sahut Alena.

Alena bergegas melepaskan koper yang di tangannya dan segera memeluk erat tubuh perempuan paruh baya itu dengan erat. Alena melihat bahwa sosok perempuan dalam pelukan nya itu sudah semakin menua.

Saat mereka masih saling meluapkan rasa bahagia mereka dalam pelukan hangat itu, datang seoarang laki-laki menggunakan sarung dan kaos oblong Keluar dari dalam rumah yang terbuat dari kayu jati itu.

"Bapak!" teriak Alena.

Alena melepaskan pelukannya dan bergegas menghampiri lelaki itu, dia menjulurkan tangannya dan mencium tangan lelaki yang sangat ia kasihi itu.

"Ayo masuk ! kamu pasti capek," ucap Pak Candra pada putri semata wayangnya itu.

Malam pun tiba, Alena dan kedua orang tuanya terlihat menikmati makan malam itu dengan begitu ceria. Alena begitu merindukan saat-saat seperti malam ini, sebenarnya ia sudah beberapa kali membujuk orang tuanya agar ikut tinggal bersama Alena di kota. Tapi Bapak dan Ibunya menolak, karena mereka nyaman tinggal di kampung sembari mengurus sawah dan beberapa hewan ternak mereka.

"Alena gimana, kamu sudah ada calon suami? " celetuk Pak candra yang membuat Alena tersedak.

" Belum ada Pak, Alena masih belum ada calon," jawab Alena sambil menundukan kepalanya.

" Kamu jangan sibuk kerja terus nak, kamu juga harus memikirkan pendamping kamu,usia kamu sekarang sudah 28 tahun," lanjut Ibu candra.

"Alena pernah sangat mencintai seseorang Pak bu, tapi apa, bapak dan ibu menentang karena suatu hal yang bahkan Alena tidak mengerti sampai sekarang," jawab Alena dengan tangan yang gemetaran.

Alena begitu sakit saat mengingat hari-hari itu, hari dimana cintanya kandas karena adat dan tradisi yang ia tidak tahu kebenarannya.

" Gimana bapak tidak menentang, pacarmu dulu tidak cocok dengan kamu, kalau kalian menikah kalian akan bercerai dan hidup mu akan susah !" tegas Pak candra.

" Dari mana bapak tahu masa depan aku , dari weton? Kenapa bapak sebegitu fanatik nya dengan weton itu? Alena itu hidup di zaman modern Pak bu, nggak ada hal kayak gitu ! " tegas Alena dengan mata yang memerah.

" Alena kita ini orang kampung , ini kepercayaan dari sesepuh kita dulu, ini hal yang harus kita percaya sampai sekarang, semua orang disini menggunakan hitungan ini untuk tahu pasangan kita berjodoh atau tidak dengan kita !" jawab Pak candra yang mulai menaikan nada suaranya.

Alena semakin gemetar mendengar semua ucapan Bapaknya itu, matanya sudah tidak sanggup menahan air mata, semua tumpah . Kepalanya mendadak pusing, ia perlahan melangkahkan kakinya menuju kamar, ia berjalan dengan tertatih-tatih. Sampai di kamar dia merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur, ingatannya kembali kepada masa lalunya.  Luka 2 tahun lalu itu kembali teringat, kembali menghantui pikiran nya. Luka itu kembali menyayat hatinya yang mulai pelan-pelan sembuh.

Ingatan nya mulai melayang, mengingat kisahnya dengan Rama yang begitu pahit. Dulu mereka sempat menjadi dua insan yang paling bahagia dan saling mencintai satu sama lain. Mereka menjalin hubungan lebih dari 3 tahun lamanya. Hingga akhinya mereka memantapkan hati  untuk melangkah ke jenjang lebih serius yaitu pernikahan.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
menarik nih ceritanya.. pengen follow akun sosmed nya tp ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status