Share

3.2

Dorong dia Stef!

Tampar pipinya!

Tendang tulang keringnya!

Atau pukul sampai babak belur!

Oke yang terakhir itu aku akui aku terlalu berlebihan, aku tidak mungkin bisa melakukannya. Abaikan saja. Intinya, aku harus marah dan menunjukkan padanya kalau perbuatannya itu sangat kurang ajar. Dia menciummu!

Aku tahu, harusnya aku melakukan salah satu atau dua dari yang ada di otakku. Tapi otak dan tubuhku saat ini benar-benar tidak sinkron. Saraf motorikku seakan berhenti bekerja, mereka menghianatiku dengan membuatku hanya bisa diam dan terpaku menerima segala perbuatan kurang ajar Jason.

Aku bisa merasakan Jason tersenyum di atas bibirku, ia pasti merasa menang karena aku hanya diam tak berkutik. Mata kami beradu, bukannya berhenti, Jason malah memejamkan matanya seakan menikmati ciuman ini. Perasaanku campur aduk, adrenalin berpacu dalam darahku seperti saat naik roller coaster. Telapak tangan Jason yang dingin mendorong tengkukku, pikiranku kosong saat bibirnya mulai bergerak melumat bibirku. Apa yang dia lakukan?!

"Ber... berhenti!" Aku mencoba berbicara di sela ciuman Jason yang semakin panas--aku benci mengakui ini, tapi ciuman Jason memang benar-benar memabukkan. Meskipun tidak banyak pengalaman yang kumiliki, kuakui si brengsek ini seorang good kisser  !, meski mulutku menyuruhnya untuk berhenti tapi sisi lain dan gila dalam diriku menerimanya, bahkan menyukainya hingga hampir terbuai.

"Untuk apa berhenti? " Jason mengecap sudut bibirku. Seringaian menggoda kuyakini tampil di wajahnya. "bukankah ini yang kau inginkan sejak di klinik?"

Aku mendorong dadanya dan berhasil membuat sedikit jarak di antara kami. "Aku sama sekali tidak menginginkan ciumanmu! Kau yang tiba-tiba menciumku!" Tukasku tidak terima. "padahal kau sendiri tadi bilang kalau kau tidak akan tertarik dengan gadis sepertiku. Kenapa kau malah menciumku sekarang, hah?!"

"Menciumu tidak seburuk yang aku pikirkan, dan meskipun kau bilang kau tidak menginginkannya, kau juga tidak menolak, bukan?"

Aku mengerjakan gigi. "Lepaskan aku!" Lelaki ini benar-benar bajingan yang arrogan!

Jason terkekeh. "Apa kau kecewa ketika aku mengatakan tidak akan tertarik pada gadis sepertimu di klinik tadi?" Tangan kirinya masih menahan tengkukku, sementara tangan kanannya ada di pinggangku. Benar-benar membuatku ingin menamparnya detik itu juga.

"Aku bilang lepaskan aku!" Aku mendesis marah, rasa takutku padanya menguap begitu saja, digantikan dengan rasa marah yang meletup-letup. Jason sudah kelewatan, bukan berarti karena dia tampan semua wanita akan bertekuk lutut padanya. Aku merasa direndahkan. Jason terlalu memandang rendah diriku, dia berhasil membuatku muak dan sangat marah.

"Bagaimana jika aku tidak mau?" Jason menyeringai. Seringaian yang terlihat sangat menyebalkan.

"Maka aku yang akan menghajarmu."

Bukan, bukan aku yang mengatakan itu. Aku tidak bisa menghajar Jason meskipun aku ingin. Dia lelaki dan aku perempuan, di tambah lagi dia seorang berandalan yang jago berkelahi. Mana mungkin gadis lemah sepertiku bisa menghajarnya. Yang ada aku nantinya yang terkapar dengan mengenaskan.

Ketika kulihat ekspresinya. Jason nampak sangat marah. Rahangnya mengeras dengan bibir yang menipis, membuat satu garis lurus, tatapan matanya penuh aura permusuhan. Aku mengikuti arah pandang Jason, dia sepertinya sudah lebih dulu menemukan siapa pemilik suara yang menyela barusan. Aku menghembuskan napas, ada perasaan lega ketika aku tahu siapa si pemilik suara yang berani mengatakan akan menghajar Jason.

Rasanya seperti bertemu malaikat penolong!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status