Share

BAB 2

"Ethan, apakah kata-kata berpisah begitu mudah bagimu?" Evelyn memberanikan diri menatap dalam ke manik mata Ethan.

Evelyn hanya dapat menahan sakit di dada setiap mendengar perkataan pria yang ada di hadapannya itu. Jujur saja, selama 2 Tahun, Evelyn sudah menanam rasa kepada Ethan.

Berharap pria beku ini dapat mencair walau hanya sedikit. Pada kenyataannya, Ethan masih saja seperti patung Es di Alaska. Bahkan saat Ethan meminta bercerai darinya saja, wajah Ethan begitu dingin.

"Tentu, karena menikah juga mudah, bukan? Jadi, jika bercerai tentunya juga tidak sulit, 'kan?"

Di luar dugaan, ternyata jawaban Ethan sangatlah ringan saat dirinya berucap. Ya, ini adalah pernikahan tanpa didasari rasa cinta. Demi menjaga reputasi Zoldyck, Ethan mau menikahi Evelyn karena mendapat tekanan dari publish. Begitu juga dengan Evelyn yang mendapat cibiran dari orang-orang bahwa dirinya adalah seorang "Jalang" karena mencoba merebut tunangan wanita lain.

"Berikan aku waktu!" Tekan Evelyn.

"Kau tidak punya hak bernegosiasi denganku, Evelyn. Segera lakukan kesepakatan! Maka Aku akan memberi kompensasi kepadamu dengan 80 juta dolar selama dua tahun. Bukankah tawaranku sudah cukup berharga? Apakah itu masih kurang?" Ethan memicingkan matanya tajam ke arah Evelyn.

"Aku tidak mau!"

"Evelyn, Kau tahu aku ini siapa? Tanda tangan segera! Karena seseorang sudah menungguku!" bentak Ethan.

"Biarkan dia menunggu!"

"Kau ingin Alice menunggu berapa lama lagi, hah! Kau mengambil posisinya. Kau benar-benar wanita yang tidak tahu diri, Evelyn." sentak Ethan.

Evelyn memutar tubuhnya kemudian berlari meninggalkan Ethan. Ia sungguh tidak ingin bercerai dengan Ethan. Biarpun pria itu begitu sombong, tidak bisa dipungkiri bahwa Evelyn sudah jatuh dalam dekapan pesona Ethan. Ini terdengar sangat egois dan bodoh. Tapi, hati Evelyn tidak dapat berbohong.

"Sial!" umpat Ethan saat melihat Evelyn meninggalkannya. "Evelyn!" panggil Ethan sambil mengejar.

Dengan langkah berlusin, Evelyn mempercepat laju pada kakinya. Mengabaikan setiap teriakan Ethan yang memanggil-manggil namanya.

Evelyn membanting pintu kamarnya dengan kuat. Tubuhnya bergetar saat punggungnya bersandar pada daun pintu lalu merosot ke lantai dengan tangis yang pecah.

"Kenapa aku harus memiliki rasa kepada pria yang tidak mencintaiku? Kenapa, setelah 2 Tahun aku tidak bisa menghapus wanita itu di dalam bayangan Ethan?" lirih Evelyn tergugu sambil kedua telapak tangannya menutupi wajah.

"Evelyn, buka! Aku tidak bisa menunggu, apakah kau ingin menguji kesabaranku, huh! Buka pintunya!"

Suara gedoran pintu di kamar Evelyn terdengar begitu nyaring saat Ethan mencoba memanggil-manggil nama Evelyn. Evelyn tidak bergeming ia hanya duduk diam dan membiarkan Ethan terus berteriak dengan emosi yang meluap-luap di depan pintu kamarnya.

"Sialan!" Umpat Ethan sambil menendang pintu kamar Evelyn dengan kuat.

"Brak!"

Daun pintu dimana Evelyn bersandar pun terbuka lebar membuat punggung Evelyn terhantam hingga wajahnya tertelungkup mencium lantai.

Evelyn meringis kesakitan saat ia menggigit lidahnya hingga berdarah.

Ethan yang melihat Evelyn bersujud di atas lantai pun membungkuk lalu menarik rambut Evelyn kemudian menyeretnya.

"Ethan, sakit! Lepaskan!" Evelyn menjerit kesakitan ketika tubuhnya terseret saat Ethan menarik rambutnya.

"Kau tahu aku ini pria yang tidak memiliki kesabaran. Mengapa kau selalu memancing emosiku, huh!" geram Ethan yang terus menyeret Evelyn.

Teriakan kesakitan Evelyn diabaikan oleh Ethan. Peduli Setan dengan Evelyn yang tengah meraung-raung kesakitan. Ini akibatnya jika Evelyn mencoba memancing kemarahan Ethan.

Ethan menghempaskan tubuh Evelyn ke lantai saat tiba di ruang kerjanya. "Tanda tangan!" tekan Ethan mendesak.

Evelyn menggeleng dengan mata sembab dan bibir yang masih terdapat bekas darah dari lidah yang ia gigit.

Dari arah luar ruangan, Evelyn dapat mendengar suara derap langkah kaki dari High Heels yang beradu dengan lantai menuju ke arah ruangan.

"Hai, aku menunggumu di bawah terlalu lama. Jadi, aku kemari." Seorang wanita berparas Latin yang terlihat modis berdiri di ambang pintu.

Evelyn menoleh. "Alice..." panggilnya dengan suara pelan.

Ethan segera menyambut mantan kekasihnya itu. "Sayang, kenapa kesini? Apa kau bosan menungguku di bawah?" Ethan merangkul pinggul ramping wanita yang ada di hadapannya.

Iris mata Evelyn bergetar saat air mata kini telah menumpuk di pelupuk mata Evelyn. Dua tahun Evelyn bertahan. Akan tetapi, suara lembut dengan tatapan hangat pria yang ia cintai di hadapannya itu tidak pernah ia dapatkan.

Pemandangan ini terlalu menyakitkan. Perlakuan kasar Ethan mungkin bisa Evelyn tahan. Tapi tidak dengan kelembutan yang Ethan tunjukan kepada Alice.

"Apakah wanita Jalang ini masih tidak ingin bercerai denganmu?" Tanya Alice kepada Ethan.

"Perempuan yang tidak punya malu memang sulit dikendalikan," Cibir Ethan menatap hina kepada Evelyn.

Alice melangkah ke arah Evelyn yang masih terduduk di atas lantai sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Rasakan!" Alice menginjak tangan Evelyn dengan hak sepatunya.

Evelyn menjerit mencoba menarik tangannya dari kaki Alice. Namun Alice semakin menekan pinjakannya.

Dengan tatapan sinis, Alice pun berkata. "Kau memang berwajah tembok, ya. Seharusnya kau sadar diri dengan posisi rendahan mu. Kau, hanya wanita dari tong sampah yang menjual tubuhnya keatas ranjang tunanganku." desis Alice.

Evelyn mengeram kesakitan, dengan sisa tenaganya, Evelyn meraih kaki Alice. "Bruk!" tubuh Alice terhuyung dan jatuh di atas lantai. "Aawww!" Alice meringis.

Ethan yang melihat apa yang dilakukan oleh Evelyn membuat emosinya sontak membuat meradang.

"Kau...," geram Ethan. "Plak!" sebuah tamparan Ethan berikan pada pipi Evelyn. Dengan cepat, Ethan membantu Alice untuk berdiri. "Kau tidak apa-apa?" tanya Ethan Khawatir.

"Ini sakit..." rengek Alice manja kepada Ethan.

Melihat tingkah dua pasangan di hadapannya, Evelyn pun mengulum senyum pahit. Saat melihat perbandingan atas sikap Ethan. Sekarang, Evelyn begitu yakin jika dirinya hanya pengganggu di antara hubungan mereka.

"Berikan surat perceraiannya, aku akan tanda tangan." Akhirnya Evelyn membuka suara.

Ethan dan Alice sontak menoleh ke arah Evelyn. Tidak menyangka jika Evelyn sudah menyerah.

"Sayang, berikan suratnya. Agar kita segera menikah, Ayah juga sering menanyakan kepastianmu," ucap Alice berbisik.

Dengan cepat, Ethan melangkah ke arah meja dan meraih secarik kertas yang menjadi permasalahannya. Evelyn, segera bangkit dari lantai lalu menyusul Ethan ke meja kerjanya.

"Tanda tangan di sini!" Tekan Ethan sambil menujuk ke arah dimana Evelyn harus menandatanganinya.

Tanpa menjawab, Evelyn segera menandatangani surat perceraian itu. "Semoga pernikahan kalian berjalan dengan lancar." Evelyn mencoba menguatkan dirinya.

Alice membuka tasnya lalu mengambil sebuah cek. "Ambil itu dan enyahlah dari hadapan kami." Alice melempar lembaran cek tersebut di wajah Evelyn.

"Ini, sebagai tambahan untuk kamu memesan angkutan. Karena tidak ada yang akan mengantarmu." Ethan melempar sejumlah uang dolar pada wajah Evelyn.

Sakit dan terhina tentu Evelyn rasakan saat ini. Tapi, inilah kenyataan yang Evelyn terima. Bertahan, hanya akan menambah luka batin. Lebih baik bercerai karena mental jauh lebih penting.

"Terimakasih, aku ambil duit yang kalian berikan." Evelyn kemudian memungut duit yang berserakan di atas lantai. Evelyn tidak munafik, ia butuh uang untuk hidup kedepannya. Walaupun terhina, ia tetap menerima uang itu.

Setelah semua uang-uang itu terkumpul, Evelyn melangkah melewati tubuh Ethan dan Alice.

"Oh, iya, Evelyn!" panggil Ethan.

Evelyn menghentikan langkah kakinya tanpa menoleh. Ia hanya berdiri tegak tanpa bertanya, karena Evelyn hanya menunggu apa yang akan Ethan ucapkan.

"Selain barangmu, yang lainnya tidak boleh kau bawa pergi." ucap Ethan penuh penekanan.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Alfi Setiawan
evelyn kok bodoh ya? klw jadi aku, sudah ku lepas manusia seperti ethan ini ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status