"Ethan, apakah kata-kata berpisah begitu mudah bagimu?" Evelyn memberanikan diri menatap dalam ke manik mata Ethan.
Evelyn hanya dapat menahan sakit di dada setiap mendengar perkataan pria yang ada di hadapannya itu. Jujur saja, selama 2 Tahun, Evelyn sudah menanam rasa kepada Ethan.Berharap pria beku ini dapat mencair walau hanya sedikit. Pada kenyataannya, Ethan masih saja seperti patung Es di Alaska. Bahkan saat Ethan meminta bercerai darinya saja, wajah Ethan begitu dingin."Tentu, karena menikah juga mudah, bukan? Jadi, jika bercerai tentunya juga tidak sulit, 'kan?"Di luar dugaan, ternyata jawaban Ethan sangatlah ringan saat dirinya berucap. Ya, ini adalah pernikahan tanpa didasari rasa cinta. Demi menjaga reputasi Zoldyck, Ethan mau menikahi Evelyn karena mendapat tekanan dari publish. Begitu juga dengan Evelyn yang mendapat cibiran dari orang-orang bahwa dirinya adalah seorang "Jalang" karena mencoba merebut tunangan wanita lain."Berikan aku waktu!" Tekan Evelyn."Kau tidak punya hak bernegosiasi denganku, Evelyn. Segera lakukan kesepakatan! Maka Aku akan memberi kompensasi kepadamu dengan 80 juta dolar selama dua tahun. Bukankah tawaranku sudah cukup berharga? Apakah itu masih kurang?" Ethan memicingkan matanya tajam ke arah Evelyn."Aku tidak mau!""Evelyn, Kau tahu aku ini siapa? Tanda tangan segera! Karena seseorang sudah menungguku!" bentak Ethan."Biarkan dia menunggu!""Kau ingin Alice menunggu berapa lama lagi, hah! Kau mengambil posisinya. Kau benar-benar wanita yang tidak tahu diri, Evelyn." sentak Ethan.Evelyn memutar tubuhnya kemudian berlari meninggalkan Ethan. Ia sungguh tidak ingin bercerai dengan Ethan. Biarpun pria itu begitu sombong, tidak bisa dipungkiri bahwa Evelyn sudah jatuh dalam dekapan pesona Ethan. Ini terdengar sangat egois dan bodoh. Tapi, hati Evelyn tidak dapat berbohong."Sial!" umpat Ethan saat melihat Evelyn meninggalkannya. "Evelyn!" panggil Ethan sambil mengejar.Dengan langkah berlusin, Evelyn mempercepat laju pada kakinya. Mengabaikan setiap teriakan Ethan yang memanggil-manggil namanya.Evelyn membanting pintu kamarnya dengan kuat. Tubuhnya bergetar saat punggungnya bersandar pada daun pintu lalu merosot ke lantai dengan tangis yang pecah."Kenapa aku harus memiliki rasa kepada pria yang tidak mencintaiku? Kenapa, setelah 2 Tahun aku tidak bisa menghapus wanita itu di dalam bayangan Ethan?" lirih Evelyn tergugu sambil kedua telapak tangannya menutupi wajah."Evelyn, buka! Aku tidak bisa menunggu, apakah kau ingin menguji kesabaranku, huh! Buka pintunya!"Suara gedoran pintu di kamar Evelyn terdengar begitu nyaring saat Ethan mencoba memanggil-manggil nama Evelyn. Evelyn tidak bergeming ia hanya duduk diam dan membiarkan Ethan terus berteriak dengan emosi yang meluap-luap di depan pintu kamarnya."Sialan!" Umpat Ethan sambil menendang pintu kamar Evelyn dengan kuat."Brak!"Daun pintu dimana Evelyn bersandar pun terbuka lebar membuat punggung Evelyn terhantam hingga wajahnya tertelungkup mencium lantai.Evelyn meringis kesakitan saat ia menggigit lidahnya hingga berdarah.Ethan yang melihat Evelyn bersujud di atas lantai pun membungkuk lalu menarik rambut Evelyn kemudian menyeretnya."Ethan, sakit! Lepaskan!" Evelyn menjerit kesakitan ketika tubuhnya terseret saat Ethan menarik rambutnya."Kau tahu aku ini pria yang tidak memiliki kesabaran. Mengapa kau selalu memancing emosiku, huh!" geram Ethan yang terus menyeret Evelyn.Teriakan kesakitan Evelyn diabaikan oleh Ethan. Peduli Setan dengan Evelyn yang tengah meraung-raung kesakitan. Ini akibatnya jika Evelyn mencoba memancing kemarahan Ethan.Ethan menghempaskan tubuh Evelyn ke lantai saat tiba di ruang kerjanya. "Tanda tangan!" tekan Ethan mendesak.Evelyn menggeleng dengan mata sembab dan bibir yang masih terdapat bekas darah dari lidah yang ia gigit.Dari arah luar ruangan, Evelyn dapat mendengar suara derap langkah kaki dari High Heels yang beradu dengan lantai menuju ke arah ruangan."Hai, aku menunggumu di bawah terlalu lama. Jadi, aku kemari." Seorang wanita berparas Latin yang terlihat modis berdiri di ambang pintu.Evelyn menoleh. "Alice..." panggilnya dengan suara pelan.Ethan segera menyambut mantan kekasihnya itu. "Sayang, kenapa kesini? Apa kau bosan menungguku di bawah?" Ethan merangkul pinggul ramping wanita yang ada di hadapannya.Iris mata Evelyn bergetar saat air mata kini telah menumpuk di pelupuk mata Evelyn. Dua tahun Evelyn bertahan. Akan tetapi, suara lembut dengan tatapan hangat pria yang ia cintai di hadapannya itu tidak pernah ia dapatkan.Pemandangan ini terlalu menyakitkan. Perlakuan kasar Ethan mungkin bisa Evelyn tahan. Tapi tidak dengan kelembutan yang Ethan tunjukan kepada Alice."Apakah wanita Jalang ini masih tidak ingin bercerai denganmu?" Tanya Alice kepada Ethan."Perempuan yang tidak punya malu memang sulit dikendalikan," Cibir Ethan menatap hina kepada Evelyn.Alice melangkah ke arah Evelyn yang masih terduduk di atas lantai sambil melipat kedua tangannya di dada."Rasakan!" Alice menginjak tangan Evelyn dengan hak sepatunya.Evelyn menjerit mencoba menarik tangannya dari kaki Alice. Namun Alice semakin menekan pinjakannya.Dengan tatapan sinis, Alice pun berkata. "Kau memang berwajah tembok, ya. Seharusnya kau sadar diri dengan posisi rendahan mu. Kau, hanya wanita dari tong sampah yang menjual tubuhnya keatas ranjang tunanganku." desis Alice.Evelyn mengeram kesakitan, dengan sisa tenaganya, Evelyn meraih kaki Alice. "Bruk!" tubuh Alice terhuyung dan jatuh di atas lantai. "Aawww!" Alice meringis.Ethan yang melihat apa yang dilakukan oleh Evelyn membuat emosinya sontak membuat meradang."Kau...," geram Ethan. "Plak!" sebuah tamparan Ethan berikan pada pipi Evelyn. Dengan cepat, Ethan membantu Alice untuk berdiri. "Kau tidak apa-apa?" tanya Ethan Khawatir."Ini sakit..." rengek Alice manja kepada Ethan.Melihat tingkah dua pasangan di hadapannya, Evelyn pun mengulum senyum pahit. Saat melihat perbandingan atas sikap Ethan. Sekarang, Evelyn begitu yakin jika dirinya hanya pengganggu di antara hubungan mereka."Berikan surat perceraiannya, aku akan tanda tangan." Akhirnya Evelyn membuka suara.Ethan dan Alice sontak menoleh ke arah Evelyn. Tidak menyangka jika Evelyn sudah menyerah."Sayang, berikan suratnya. Agar kita segera menikah, Ayah juga sering menanyakan kepastianmu," ucap Alice berbisik.Dengan cepat, Ethan melangkah ke arah meja dan meraih secarik kertas yang menjadi permasalahannya. Evelyn, segera bangkit dari lantai lalu menyusul Ethan ke meja kerjanya."Tanda tangan di sini!" Tekan Ethan sambil menujuk ke arah dimana Evelyn harus menandatanganinya.Tanpa menjawab, Evelyn segera menandatangani surat perceraian itu. "Semoga pernikahan kalian berjalan dengan lancar." Evelyn mencoba menguatkan dirinya.Alice membuka tasnya lalu mengambil sebuah cek. "Ambil itu dan enyahlah dari hadapan kami." Alice melempar lembaran cek tersebut di wajah Evelyn."Ini, sebagai tambahan untuk kamu memesan angkutan. Karena tidak ada yang akan mengantarmu." Ethan melempar sejumlah uang dolar pada wajah Evelyn.Sakit dan terhina tentu Evelyn rasakan saat ini. Tapi, inilah kenyataan yang Evelyn terima. Bertahan, hanya akan menambah luka batin. Lebih baik bercerai karena mental jauh lebih penting."Terimakasih, aku ambil duit yang kalian berikan." Evelyn kemudian memungut duit yang berserakan di atas lantai. Evelyn tidak munafik, ia butuh uang untuk hidup kedepannya. Walaupun terhina, ia tetap menerima uang itu.Setelah semua uang-uang itu terkumpul, Evelyn melangkah melewati tubuh Ethan dan Alice."Oh, iya, Evelyn!" panggil Ethan.Evelyn menghentikan langkah kakinya tanpa menoleh. Ia hanya berdiri tegak tanpa bertanya, karena Evelyn hanya menunggu apa yang akan Ethan ucapkan."Selain barangmu, yang lainnya tidak boleh kau bawa pergi." ucap Ethan penuh penekanan."Nak, kamu kenapa? Apa kamu sakit?" tanya Diana saat melihat Evelyn berlari ke arah kamar mandi.Evelyn menggeleng. "Aku tidak tahu, Bu. Tapi, perutku terasa seperti ada badai. Rasanya sangat tidak enak," jawab Evelyn. Ketika Evelyn terbangun saat pagi menyapa, Evelyn merasakan mual yang luar biasa. Namun saat Evelyn mencoba mengeluarkan isi perutnya, hanya rasa asam yang Evelyn rasakan."Ibu buatkan Teh, bagaimana? Kamu istirahat dulu untuk bekerja hari ini. Kita akan pergi ke kota agar untuk memeriksa keadaanmu," ucap Diana. "Ya, aku akan meminta izin kepada Atasanku untuk libur hari ini," jawab Evelyn sambil melangkah me arah meja makan. Di ceraikan oleh Suami, dan ingin menenangkan diri untuk masalah yang dihadapi, Evelyn harus diusir oleh Ayahnya karena menganggap Evelyn pembuat aib keluarga. Sang Ibu yang tidak ingin melihat Putrinya hidup sendirian, akhirnya menemi Evelyn pergi ke desa yang paling terpelosok. Berkat uang yang diberikan oleh Ethan dan Alice, kini Evelyn bisa
9 bulan Kemudian.... Suara roda brankar dorong kini beradu dengan lantai. Evelyn menjerit meraung-raung sambil satu tangannya memegangi perut saat tubuh Evelyn kini terbaring menggeliat kesakitan di atas brankar menuju ke ruang persalinan. "Nak, yang kuat, ya." Diana mencoba memberikan kekuatan kepada Anaknya yang tengah kesakitan. "Ibu, aduh, sakit, Bu." rintih Evelyn mencengkram tangan Diana disertai peluh yang sudah membanjiri wajahnya. "Iya, sabar. Kamu yang kuat. Prosesnya memang begini," ucap Diana yang sesekali satu tangannya mengusap peluh pada dahi Evelyn menggunakan tisu. Hingga brankar tersebut tiba di ruangan. Para tim medis segera menangani Evelyn yang akan segera melahirkan. Diana dengan setia menemani Anaknya karena hanya dirinya yang menjadi satu-satunya orang yang selalu ada untuk Evelyn. "Aaa, Bu. Aku mules. Perutku kram. Aduh...," rintih Evelyn.Diana menatap khawatir, di dalam hatinya tidak henti-hentinya ia panjatkan doa untuk keselamatan Putri dan Cucunya
Raziel segera melepaskan cengkram pada leher Cucu Kepala Desa tersebut. Raziel menatap ke arah ke arah Ibunya tanpa ada rasa takut saat Evelyn melangkah ke arah Raziel dengan mendengus kesal melihat sikap Anaknya. "Apa yang kau lakukan, Nak? Kau menyakiti temanmu sendiri!" tegur Evelyn. Dengan tatapan polos namun tajam. Raziel menatap tanpa dosa ke arah Evelyn. "Mama, Govan yang bersalah. Dia menginjak-nginjak hasil pancingan aku, Mah," ucap Raziel. Govan, Cucu Kepala Desa itu beranjak dari tanah dimana tempat dirinya dan Raziel bergelinding. "Bohong, dia yang mencari masalah kepadaku!" sergah Govan. Raziel mengalihkan pandangannya ke arah Govan dengan tatapan menusuk. "Kamu yang nakal, dan kamu juga yang berbohong—" "Sudah, jangan berdebat! Sekarang, ikut Mama pulang, segera!" Evelyn memotong ucapan Raziel dengan cepat. Evelyn, dengan geram menjewer telinga Raziel lalu menarik telinga itu untuk ikut pulang bersamanya. Padahal, Evelyn tidak tega jika melakukan hal itu kepada Raz
Ethan mempercepat langkah kakinya saat pandang Ethan melihat wanita yang sudah lama mengusik pikirannya. Hal yang lebih mengejutkan untuk Ethan saat melihat Evelyn tengah menuntun seorang Anak kecil laki-laki bersamanya. "Ethan," Alice menahan tangan Ethan saat arah Etha berjalan salah arah. Ethan menoleh. "Lepas!" tekannya. "Aku sudah lapar," renggek Alice. "Kamu masuk terlebih dulu. Aku akan menyusul." "Aku maunya bersama denganmu." Ethan yang jengkel dengan sikap Alice menepis tangan Alice yang tengah mengalungkan tangannya di lengan Ethan. "Pergi sendiri, aku ada urusan." kesal Ethan. Saat Ethan memutar tubuhnya, ternyata Evelyn sudah tidak ada dari pandangan. Iris mata Ethan liar menjamah keadaan. "Kemana...—" Suara Ethan terhenti saat melihat seorang pria merangkul pundak Evelyn. Dari jauh terlihat Evelyn tersenyum kepada pria itu dengan senyum yang begitu bahagia. "Ternyata sudah ada pria yang lain," Gumamnya Lirih. Alice menghampiri Ethan lalu menatap kemana pandang
"Cih, ternyata wanita ini yang sedang bertengkar dengan karyawan toko," Gumam Evelyn.Pandangan Evelyn tertuju kepada seorang Karyawan yang sedang dimaki-maki. "Rena? Apa dirinya sudah pindah kerja ke toko perhiasan? Kenapa dia dimaki-maki oleh bibiku?" Gumam Evelyn.Wanita yang sedang memaki karyawan itu adalah Elsa Kendrick, Elsa merupakan bibi Evelyn yang telah menjebak Evelyn saat kejadian 2 tahun yang lalu. Saat itu, Evelyn masih bekerja sebagai Cleaning service di sebuah hotel. Malam itu, hotel dimana Evelyn bekerja sedang merayakan pesta pertunangan Ethan dan Alice. Tapi, sebuah insiden yang tak terduga terjadi antara Ethan dan Evelyn hingga skandal satu ranjang antara Evelyn dan Ethan pun tersebar di Media. Hal itu juga yang membuat Alice meninggalkan Ethan dan Ethan yang terpaksa menikahi Evelyn untuk menjaga reputasi nama dari Grup Zoldyck karena desakan publik. Tidak di sangka ternyata itu adalah perbuatan Bibinya yang ingin menjual Evelyn kepada pria tua. Namun Evelyn terb
Evelyn yang tidak terima telinga buah hatinya dijewer oleh Elsa, membuat Evelyn melayangkan sebuah tamparan di pipi Elsa dengan kuat.Hingga suara renyah dari tamparan yang Evelyn berikan membuat semua pengunjung terbelalak menatap ke arah Evelyn.Evelyn menatap Elsa dengan tatapan berapi-api. "Kau siapa? Apa kamu pantas memberikan hukuman kepada Anakku, huh?" pekik Evelyn. "Evelyn kau, berani kau menamparku?" ujar Elsa sambil memegangi pipinya. Evelyn menatap ke arah Raziel. "Nak, kemari!" panggil Evelyn.Raziel pun berlari yang langsung memeluk kaki Evelyn. Evelyn mengalihkan pandangannya kepada Elsa. "Jangan kamu kira aku ini Evelyn yang dulu yang dapat kamu manfaatkan. Jika kau berani menyentuh Anakku, jangankan pipimu, jarimu juga akan aku patahkan, mengerti?" Tekan Evelyn. Evelyn kemudian berjongkok, memeluk tubuh Raziel lalu menangis tersedu-sedu. "Nak, maafin Mama. Karena Ayahmu sudah terlindas truk, Mama harus membesarkan dirimu dengan begitu keras, sehingga orang-orang d
"Aku yang akan membayar perhiasan itu!" Suara bariton, derap langkah pasti dengan badan tegap menerobos kerumunan para pengunjung. Melihat siapa yang datang, para pengunjung yang berada di toko itu segera membungkuk memberi hormat. Begitu juga para karyawan toko. Evelyn, begitu terkejut ketika melihat siapa yang datang. Tidak menyangka jika dirinya harus bertemu dengan lelaki yang tidak ingin dirinya temui. "Ethan Zoldyck?" "Demi apa, Pemimpin Grup Zoldyck berkunjung ke tempat seperti ini?" Bisik-bisik terdengar dari mulut-mulut para pengunjung. Mereka memberi jalan kepada pria yang terlihat angkuh itu berjalan tanpa diperintah. 'Kenapa manusia Es itu berada di sini?' gumam Evelyn memutar tubuhnya. Mencoba menyembunyikan wajahnya dari Ethan. Rully yang menyadari perubahan sikap Evelyn pun bertanya. "Apa kamu mengenal pemimpin Grup dengan saham terbesar yang berdiri di sana?" Evelyn menggeleng. "Aku tidak mengenalinya. Ayo, pergi dari sini." Evelyn menarik tangan Rully yang masi
Kedatangan Alice membuat Ethan melepaskan cengkraman dari pergelangan tangan Evelyn. Evelyn yang tidak menyia-nyiakan kesempatan, segera berlari dengan cepat meninggalkan Ethan. "Evelyn...—" Saat Ethan berteriak, suaranya tercekat di tenggorokan saat Alice menahan pergelangan tangan Ethan. Ethan melihat punggung Evelyn sudah menjauh dari pandangannya membuat Ethan mengeram emosi. Ethan mengalihkan pandangannya ke arah Alice. "Sudah ku katakan, tunggu aku di mobil! Lantas, kenapa kamu kemari?" Bentak Ethan kepada Alice. "Ethan, aku ini Istrimu. Bisakah kau tidak berteriak di depan wajahku? Kau pergi hanya mencari wanita sialan itu, huh!" Kesal Alice. "Iya, kau memang Istriku. Tapi, semakin lama, kau menjadi seorang Istri yang sungguh menyebabkan!" Sentak Ethan berlalu dari Alice. "Ethan, Tunggu!" Alice mencoba menahan lengan Suaminya. Alih-alih menoleh, Ethan malah menepis tangan Alice dengan kasar. Sudah 6 Tahun lamanya, sejak Alice menikah dengan Ethan namun Ethan yang Alice