Raziel segera melepaskan cengkram pada leher Cucu Kepala Desa tersebut. Raziel menatap ke arah ke arah Ibunya tanpa ada rasa takut saat Evelyn melangkah ke arah Raziel dengan mendengus kesal melihat sikap Anaknya.
"Apa yang kau lakukan, Nak? Kau menyakiti temanmu sendiri!" tegur Evelyn.Dengan tatapan polos namun tajam. Raziel menatap tanpa dosa ke arah Evelyn. "Mama, Govan yang bersalah. Dia menginjak-nginjak hasil pancingan aku, Mah," ucap Raziel.Govan, Cucu Kepala Desa itu beranjak dari tanah dimana tempat dirinya dan Raziel bergelinding."Bohong, dia yang mencari masalah kepadaku!" sergah Govan.Raziel mengalihkan pandangannya ke arah Govan dengan tatapan menusuk. "Kamu yang nakal, dan kamu juga yang berbohong—""Sudah, jangan berdebat! Sekarang, ikut Mama pulang, segera!" Evelyn memotong ucapan Raziel dengan cepat.Evelyn, dengan geram menjewer telinga Raziel lalu menarik telinga itu untuk ikut pulang bersamanya. Padahal, Evelyn tidak tega jika melakukan hal itu kepada Raziel. Namun karena Raziel berkelahi membuat Evelyn harus tegas kepada Raziel."Mama, ampun, Ma. Rai minta maaf, Rai janji tidak akan nakal lagi, Ma," Raziel meringis saat Evelyn terus menarik telingannya.Govan menatap Raziel dengan senyum penuh kemenangan saat Evelyn memarahi Raziel."Mama sudah katakan, jika ada yang mencari masalah, Rai tidak perlu menanggapi. Jika Rai menanggapi, Rai sama saja seperti Anak-anak nakal itu," omel Evelyn."Tapi Mama, ikan itu, Rai mau berikan untuk Mama. Semalam Rai mendengar jika Mama ingin makan ikan."Mendengar ucapan Raizel, Evelyn melepaskan tangannya pada telinga Raizel. Evelyn memutar tubuhnya kemudian berjongkok mencoba menyesuaikan tinggi badan Raizel.Evelyn menatap sendu ke wajah Anaknya. "Sayang, Mama minta maaf, jika Mama sudah menyakitimu. Mama bukan bermaksud demikian. Karena Rai sudah janji sama Mama kalau Rai tidak akan nakal lagi, 'kan? Karena Rai sudah berkelahi, Rai harus menerima hukuman," ucap Evelyn lembut sambil mengusap pipi Chubby milik Raizel.Raizel berhambur ke dalam pelukan Evelyn. "Maafin Rai, Ma. Kalau Rai sudah menjadi Anak yang Nakal," sesal Raizel dibalik tubuh Evelyn.Evelyn mengusap sayang kepala Raizel. "Iya, Sayang. Lain kali jangan begitu, ya. Sekarang, ayo Mama mandikan. Habis itu, kita jalan-jalan ke kota," ucap Evelyn.Raizel melepaskan pelukannya. "Benar, Ma. Kita akan ke Kota?" tanya Raizel bersemangat.Evelyn mengangguk. "Ayo!" Ajak Evelyn sambil berdiri.Raizel menggenggam tangan Evelyn lalu melangkah beriringan menuju ke arah rumah sambil bersenda-gurau."Mama, Papa Rai sekarang ada di mana?" tanya Raizel saat kaki mungilnya mengimbangi kaki Evelyn saat melangkah."Hmmm... Papa, ya. Saat itu sudah malam, langit begitu gelap dan berangin. Papa berubah menjadi kembang api dan terbang ke awan," Evelyn mencoba memberikan penjelasan konyol mengenai sosok seorang Ayah. Karena Raziel belum saatnya tahu mengenai Ethan.Raizel tampak berpikir saat Evelyn menjelaskan sosok Ayah yang begitu Absurd itu. "Jadi, Mama, Papa meladak ya, saat Papa terbang ke awan?" tanya Raziel."Iya, meledak! Duar! Hingga hancur berkeping-keping," sahut Evelyn."Terus, Papa itu seperti apa?" Tanya Raizel lagi.Evelyn hanya mendengus setiap kali Raizel bertanya. Karena jika Raizel sudah melontarkan pertanyaan, hal yang akan dipertanyakan tidak akan ada habisnya."Papa itu seperti kotak kardus. Datar, tanpa Ekspresi dan kaku seperti ranting pohon." lagi-lagi Evelyn menjelaskan bentuk mantan Suaminya itu seperti sesuatu yang Absurd kepada sang Anak."Astaga, berarti Papa adalah batu kali!" Sahut Raizel sambil membayangkan bentuk wajah Ayahnya."Nah, mungkin seperti itu," ucap Evelyn.Hingga Anak—Ibu itu pun tiba di rumah. Sesampainya Raizel di rumah, Raizel segera berlari ke halaman belakang dengan semangat."Mama, Rai mau mandi di dalam baskom!" Serunya.**Di Perusahaan Zoldick, Ethan yang sedang memeriksa beberapa berkas pun harus terhenti karena saat ia tiba di dalam perusahaan, Ethan selalu mengosok-gosok hidungnya yang gatal."Huaacim!"Untuk kesekian kalinya Ethan harus bersin. "Aduh, siapa yang terus menerus menyebut namaku, hah!" kesal Ethan sambil menggosok hidungnya.Tok! Tok! Tok!Mendengar bunyi ketukan pintu membuat fokusnya hilang dan mengalihkan pandangannya ke arah pintu. "Masuk!" titah Ethan.Seorang pria berparas Western membuka pintu lalu berjalan masuk ke arah Ethan. "Tuan, Nyonya Alice ingin bertemu denganmu. Katanya, ia ingin mengajak anda untuk makan siang. Nyonya sedang menunggu anda di bawah," lapor David."Katakan padanya aku sibuk," Sahut Ethan yang sudah mengalihkan pandangannya ke arah layar monitor.Sejak Ethan mengetahui Evelyn diusir saat hamil, Ethan terus mencari keberadaan Evelyn. Sejak 6 Tahun terakhir, Ethan selalu kepikiran dengan mantan Istrinya itu.Sikap Ethan yang berubah, membuat Alice selalu cemburu dan berlaku posesif selama 6 Tahun ini. Hal tersebutlah yang membuat Ethan merasa jenggah."Tapi, Tuan, Nyonya Alice mengatakan, jika anda tidak turun menemuinya, Nyonya akan membuat masalah," Ucap David.Ethan mendengus dengan kesal. Ethan kemudian beranjak duduk dari kursi kerjanya lalu melangkah ke arah pintu."Ish, lepasin! Aku mau bertemu dengan Suamiku. Tolong, jangan sentuh aku dengan tangan kotor kalian," Pekik Alice saat beberapa petugas keamanan mencoba menahan pergelangan tangan Alice.Lagi-lagi Ethan harus berhadapan dengan situasi menjengkelkan seperti ini saat melihat Alice yang membuat masalah di perusahaannya.Alice berhambur dalam pelukan Ethan saat Ethan sudah berdiri di ambang pintu. "Bunny, tolong ajarkan bawahanmu yang tidak tahu aturan ini. Aku ini Istrimu. Kenapa mereka tidak mengijinkan aku masuk?" kesal Alice mengadu."Apa yang kau lakukan di sini? Sudah ku katakan berapa kali, jika kau tidak perlu datang mengunjungiku," ucap Ethan datar tanpa membalas pelukan Alice."Tapi aku datang karena ingin mengajakmu makan—"Kalimat Alice terpotong saat Ethan berlalu begitu saja. Sikap, Ethan membuat Alice menggerutu kesal saat Ethan selalu bersikap acuh tak acuh saat menikah dengan Alice. Jika memaksa, pertengkaran yang akan terjadi."Bunny, tunggu!" Alice berteriak menyusul Ethan yang sudah berada di dalam lift."Bunny, kita makan siangnya dimana?" tanya Alice saat ia dan Ethan sudah berada di dalam lift.Dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana, Ethan pun menjawab. "Bisakah kau tidak membuat otakku sakit dengan suara dan pertanyaan konyol mu, huh?" Desis Ethan tanpa mengalihkan pandangannya yang tetap lurus ke depan.Alice pun terdiam tidak ingin menjawab. Hingga pintu lift itu pun terbuka di bagian lantai Basement. Ethan dan Alice segera menuju ke arah mobil."Ke Restoran xxx," Titah Ethan saat dirinya dan Alice sudah berada di dalam mobil.Mobil pun melaju menuju Restoran. Selama perjalanan, Alice dan Ethan hanya saling berdiam diri. Tidak ada dari mereka yang membuka pembicaraan. Hingga mobil yang ditumpangi oleh Ethan pun menepi di sebuah Restoran mewah.Ethan pun turun dari mobil. Saat melangkah menuju ke arah Restoran, sorot mata Ethan menangkap sosok yang sangat Ethan kenal, sedang menggandeng tangan Anak kecil."Evelyn?" Gumam Ethan.Ethan mempercepat langkah kakinya saat pandang Ethan melihat wanita yang sudah lama mengusik pikirannya. Hal yang lebih mengejutkan untuk Ethan saat melihat Evelyn tengah menuntun seorang Anak kecil laki-laki bersamanya. "Ethan," Alice menahan tangan Ethan saat arah Etha berjalan salah arah. Ethan menoleh. "Lepas!" tekannya. "Aku sudah lapar," renggek Alice. "Kamu masuk terlebih dulu. Aku akan menyusul." "Aku maunya bersama denganmu." Ethan yang jengkel dengan sikap Alice menepis tangan Alice yang tengah mengalungkan tangannya di lengan Ethan. "Pergi sendiri, aku ada urusan." kesal Ethan. Saat Ethan memutar tubuhnya, ternyata Evelyn sudah tidak ada dari pandangan. Iris mata Ethan liar menjamah keadaan. "Kemana...—" Suara Ethan terhenti saat melihat seorang pria merangkul pundak Evelyn. Dari jauh terlihat Evelyn tersenyum kepada pria itu dengan senyum yang begitu bahagia. "Ternyata sudah ada pria yang lain," Gumamnya Lirih. Alice menghampiri Ethan lalu menatap kemana pandang
"Cih, ternyata wanita ini yang sedang bertengkar dengan karyawan toko," Gumam Evelyn.Pandangan Evelyn tertuju kepada seorang Karyawan yang sedang dimaki-maki. "Rena? Apa dirinya sudah pindah kerja ke toko perhiasan? Kenapa dia dimaki-maki oleh bibiku?" Gumam Evelyn.Wanita yang sedang memaki karyawan itu adalah Elsa Kendrick, Elsa merupakan bibi Evelyn yang telah menjebak Evelyn saat kejadian 2 tahun yang lalu. Saat itu, Evelyn masih bekerja sebagai Cleaning service di sebuah hotel. Malam itu, hotel dimana Evelyn bekerja sedang merayakan pesta pertunangan Ethan dan Alice. Tapi, sebuah insiden yang tak terduga terjadi antara Ethan dan Evelyn hingga skandal satu ranjang antara Evelyn dan Ethan pun tersebar di Media. Hal itu juga yang membuat Alice meninggalkan Ethan dan Ethan yang terpaksa menikahi Evelyn untuk menjaga reputasi nama dari Grup Zoldyck karena desakan publik. Tidak di sangka ternyata itu adalah perbuatan Bibinya yang ingin menjual Evelyn kepada pria tua. Namun Evelyn terb
Evelyn yang tidak terima telinga buah hatinya dijewer oleh Elsa, membuat Evelyn melayangkan sebuah tamparan di pipi Elsa dengan kuat.Hingga suara renyah dari tamparan yang Evelyn berikan membuat semua pengunjung terbelalak menatap ke arah Evelyn.Evelyn menatap Elsa dengan tatapan berapi-api. "Kau siapa? Apa kamu pantas memberikan hukuman kepada Anakku, huh?" pekik Evelyn. "Evelyn kau, berani kau menamparku?" ujar Elsa sambil memegangi pipinya. Evelyn menatap ke arah Raziel. "Nak, kemari!" panggil Evelyn.Raziel pun berlari yang langsung memeluk kaki Evelyn. Evelyn mengalihkan pandangannya kepada Elsa. "Jangan kamu kira aku ini Evelyn yang dulu yang dapat kamu manfaatkan. Jika kau berani menyentuh Anakku, jangankan pipimu, jarimu juga akan aku patahkan, mengerti?" Tekan Evelyn. Evelyn kemudian berjongkok, memeluk tubuh Raziel lalu menangis tersedu-sedu. "Nak, maafin Mama. Karena Ayahmu sudah terlindas truk, Mama harus membesarkan dirimu dengan begitu keras, sehingga orang-orang d
"Aku yang akan membayar perhiasan itu!" Suara bariton, derap langkah pasti dengan badan tegap menerobos kerumunan para pengunjung. Melihat siapa yang datang, para pengunjung yang berada di toko itu segera membungkuk memberi hormat. Begitu juga para karyawan toko. Evelyn, begitu terkejut ketika melihat siapa yang datang. Tidak menyangka jika dirinya harus bertemu dengan lelaki yang tidak ingin dirinya temui. "Ethan Zoldyck?" "Demi apa, Pemimpin Grup Zoldyck berkunjung ke tempat seperti ini?" Bisik-bisik terdengar dari mulut-mulut para pengunjung. Mereka memberi jalan kepada pria yang terlihat angkuh itu berjalan tanpa diperintah. 'Kenapa manusia Es itu berada di sini?' gumam Evelyn memutar tubuhnya. Mencoba menyembunyikan wajahnya dari Ethan. Rully yang menyadari perubahan sikap Evelyn pun bertanya. "Apa kamu mengenal pemimpin Grup dengan saham terbesar yang berdiri di sana?" Evelyn menggeleng. "Aku tidak mengenalinya. Ayo, pergi dari sini." Evelyn menarik tangan Rully yang masi
Kedatangan Alice membuat Ethan melepaskan cengkraman dari pergelangan tangan Evelyn. Evelyn yang tidak menyia-nyiakan kesempatan, segera berlari dengan cepat meninggalkan Ethan. "Evelyn...—" Saat Ethan berteriak, suaranya tercekat di tenggorokan saat Alice menahan pergelangan tangan Ethan. Ethan melihat punggung Evelyn sudah menjauh dari pandangannya membuat Ethan mengeram emosi. Ethan mengalihkan pandangannya ke arah Alice. "Sudah ku katakan, tunggu aku di mobil! Lantas, kenapa kamu kemari?" Bentak Ethan kepada Alice. "Ethan, aku ini Istrimu. Bisakah kau tidak berteriak di depan wajahku? Kau pergi hanya mencari wanita sialan itu, huh!" Kesal Alice. "Iya, kau memang Istriku. Tapi, semakin lama, kau menjadi seorang Istri yang sungguh menyebabkan!" Sentak Ethan berlalu dari Alice. "Ethan, Tunggu!" Alice mencoba menahan lengan Suaminya. Alih-alih menoleh, Ethan malah menepis tangan Alice dengan kasar. Sudah 6 Tahun lamanya, sejak Alice menikah dengan Ethan namun Ethan yang Alice
Seorang wanita berusia 60 Tahun turun dari semua mobil saat seorang pria membukakan pintu mobil tersebut. Wanita dengan penampilan mentereng melangkahkan kaki menuju ke arah bangunan di hadapannya. "Selamat datang Nyonya Besar!" para pelayan di Mansion Zoldyck memberi hormat. Rosalie Zoldyck, adalah Nenek dari Ethan Zoldyck. Wanita sepuh yang memegang kendali atas nama Grup Zoldyck yang kini dipimpin oleh Ethan."Dimana Cucuku? Panggil Cucu tidak tahu diri itu. Apakah, dia tidak ingin menyambut Neneknya?" Celetuk Rosalie. "Tuan Muda sedang berada di dalam ruang kerjanya, Nyonya. Silahkan anda duduk terlebih dulu. Saya akan memanggil Tuan untuk segera menemui Nyonya," Ucap Asisten Ethan. Rosalie, menjatuhkan tubuhnya di atas sofa. Selang beberapa menit, beberapa pelayan datang membawakan minuman kepada Nyonya Tua yang kini sedang duduk."Panggil segera, aku ingin bicara dengannya," ucap Rosalie. David membungkuk. "Baik, Nyonya." David pun berlalu. Sedangkan di ruangan yang memilik
[Aku hanya ingin menyampaikan ini padamu. Jika kau mengerti, aku akan menunggu kedatanganmu di Pesta acara ulang tahun Bibi yang akan diadakan 2 hari lagi.] Setelah berucap demikian, Elsa memutuskan sambungan teleponnya tanpa menunggu tanggapan dari Evelyn. Beberapa saat Evelyn tak bergeming, saat perasaan ketakutan kini menelusup di diri Evelyn. Diana segera berdiri dari kursi, menghampiri Evelyn yang masih terdiam. "Nak, siapa yang menolongmu? Kenapa wajahmu terlihat begitu panik?" tanya Diana. Evelyn tersentak dengan cepat menoleh. "Bu, Elsa menelponku," ucap Evelyn. "Bagaimana dia mendapatkan nomor ponselmu?" Evelyn menggeleng. "Aku tidak tahu. Elsa memintaku untuk datang ke acara ulang tahun Bibi ke-2. Aku takut jika Rai akan dimanfaatkan," ucap Evelyn. Raziel yang sedang mewarnai buku gambarnya pub berdiri saat melihat wajah Ibunya bersedih. Ia pun memeluk kaki Evelyn. "Mama, apa yang terjadi?" tanya Raizel sambil mendongakkan wajahnya menatap Evelyn. Evelyn berjongkok,
"Ayo Nak, segera sarapan! Kamu harus ke sekolah!" Evelyn berteriak dari arah tangga. "I'm Coming, Mom!" Raziel dengan kaki mungilnya berlari. "Hati-hati, Sayang jangan sampai jatuh." Raizel sudah tiba di depan Evelyn. Evelyn menggenggam tangan mungil Raziel, menuntun tangan itu ke arah meja makan. "Mama, kenapa aku baru tahu, kalau Mama itu seorang wanita perkasa." Ucapan Raziel membuat Evelyn menghentikan langkahnya lalu menatap buah hatinya saat dirinya sedang menggandeng tangan mungil itu. "Maksud Rai seperti apa? Kenapa mengatakan Mama wanita perkasa?" "Iya, karena kalau di sekolah, Rai suka dipaksa sama Bu Guru untuk menulis dan menjawab pertanyaan darinya.""Jadi maksud Rai, Rai tidak suka belajar?" "Bukan, Ibu guru itu Wanita pemaksa dan Mama adalah wanita perkasa karena tidak memaksa." "Hahaha... Ya ampun Rai, jadi hanya masalah itu? Mama pikir karena Mama suka memarahimu. Jadi ku mengatakan Mama ini Wanita perkasa. Ya sudah, ayo kita sarapan." ajak Evelyn. Ibu—Anak