Share

BAB 4

9 bulan Kemudian....

Suara roda brankar dorong kini beradu dengan lantai. Evelyn menjerit meraung-raung sambil satu tangannya memegangi perut saat tubuh Evelyn kini terbaring menggeliat kesakitan di atas brankar menuju ke ruang persalinan.

"Nak, yang kuat, ya." Diana mencoba memberikan kekuatan kepada Anaknya yang tengah kesakitan.

"Ibu, aduh, sakit, Bu." rintih Evelyn mencengkram tangan Diana disertai peluh yang sudah membanjiri wajahnya.

"Iya, sabar. Kamu yang kuat. Prosesnya memang begini," ucap Diana yang sesekali satu tangannya mengusap peluh pada dahi Evelyn menggunakan tisu.

Hingga brankar tersebut tiba di ruangan. Para tim medis segera menangani Evelyn yang akan segera melahirkan.

Diana dengan setia menemani Anaknya karena hanya dirinya yang menjadi satu-satunya orang yang selalu ada untuk Evelyn.

"Aaa, Bu. Aku mules. Perutku kram. Aduh...," rintih Evelyn.

Diana menatap khawatir, di dalam hatinya tidak henti-hentinya ia panjatkan doa untuk keselamatan Putri dan Cucunya yang akan segera lahir ke dunia.

"Sayang, sakitnya hanya sebentar saja. Rasa sakit itu akan hilang jika kau melihat malaikat munggil yang akan hadir menemanimu," ucap Diana.

"Nyonya Evelyn, apakah anda bisa mengangkat kedua kaki anda dan melebarkannya?" pinta seorang tim Medis.

Evelyn mengikuti perintah Tim Medis itu dengan seluruh tubuhnya yang terasa amat nyeri sampai ke sendi-sendi.

"Serviks sudah masuk pada pembukaan 8-10!" seru Tim medis tersebut.

Tim Medis menatap ke arah Evelyn. "Nyonya, pembukaan ini akan berlangsung sekitar 30 Menit atau lebih. Semoga Nyonya tetap kuat," ucap Tim medis itu.

Evelyn hanya menggeleng lemah. Rasa-rasanya, lubang kawin kini terbuka lebih lebar dengan rasa mulas yang luar biasa yang Evelyn rasakan.

Diana, hanya bisa memberikan semangat kepada putrinya. Hingga waktu pun berlalu dimana Evelyn diperintahkan untuk mendorong perutnya sambil mengambil nafas.

"Nyonya, Ayo, sedikit lagi!" seru Tim medis yang membantu persalinan Evelyn.

Evelyn mengambil nafas dalam-dalam. "Aaaaa!" Evelyn berteriak yang kemudian disusul oleh suara tangisan bayi.

Evelyn seketika terbaring lemah dengan wajah pucat disertai peluh. Diana tersenyum haru menatap Putrinya itu. Sedangkan Tim Medis membawa bayi merah itu untuk segera dibersihkan.

"Selamat, ya. Sayang, kini kamu telah menjadi seorang itu." Diana mengusap dahi Evelyn di sela haru di wajahnya.

Evelyn hanya menanggapi ucapan Ibunya dengan seuntai senyuman di bibir pucat miliknya. Seorang Tim Medis berjalan ke arah Evelyn dengan Bayi Evelyn di dalam gendongan dengan senyum yang lebar.

"Nyonya, selamat. Bayi anda laki-laki." Perawat itu meletakkan Bayi mungil di samping tubuh Evelyn.

Evelyn menatap bayi itu dengan binar mata bahagia bercampur haru. "Ya ampun, kenapa wajahmu mirip sekali dengan Ayahmu, Nak?" Gumam Evelyn mengusap pipi Bayinya.

Diana tersenyum. Tentu saja Diana sangat bahagia melihat cucunya lahir. "Nak, kamu ingin memberikan bayi ini dengan nama siapa?" tanya Diana.

"Raizel Kendrick," Jawab Evelyn sambil tersenyum.

*

*

Di Mansion Ethan....

"Aaaaa!" tiba-tiba Ethan terbangun dari tidur saat dirinya bermimpi bertemu Evelyn.

Alice yang tidur di samping Ethan pun terlonjak kaget ketika melihat Suaminya itu terbangun di jam selarut ini. Sudah hampir 6 bulan lamanya, Ethan selalu terbangun dari tidur sejak Alice menjadi Istrinya.

"Ethan kau kenapa?" tanya Alice dengan khawatir.

"Tidak apa-apa!" jawab Ethan cepat yang segera turun dari Ranjang.

Alice menatap punggung Ethan. Sejak ia menikah dengan Ethan beberapa bulan yang lalu, sikap Ethan menjadi berubah dengan drastis. Ethan yang dulunya hangat, entah mengapa menjadi dingin. Bahkan, Ethan belum pernah menyentuhnya.

Ethan beranjak keluar dari kamar. Ia kemudian melangkah ke arah mini bar yang ada berada di kediamannya.

"Shit, kenapa aku selalu terbayang-bayang wajah wanita sialan itu?" gumam Ethan dengan satu tangannya memegang gelas sloki.

Dengan perasaan resah, Ethan meraih ponselnya. Lalu mencari nomor Asistennya. Setelah menemukan nomor Asistennya, Ethan pun menekan tombol panggil.

[David, bagaimana? Apakah kamu sudah menemukan keberadaan Evelyn?] tanya Ethan saat sambungan teleponnya terhubung.

[Maaf Tuan, aku belum menemukan keberadaan Nyonya Evelyn. Terakhir kabar yang aku dengar, bahwa Nyonya Evelyn diusir dari keluarga Kendrick,] jawab David dari seberang telepon.

[Apa masalahnya Evelyn diusir?] tanya Ethan penasaran.

[Kabarnya, Nyonya Evelyn hamil.]

[Apa!] Ethan begitu terkejut mendengar kabar dari Asistennya itu.

Alice yang mendengar percakapan Suaminya segera melangkah dengan gusar ke arah Ethan. Alice meraih ponsel yang menempel di telinga Ethan. "Plak!" satu tamparan Ethan terima dari Alice.

Ethan yang tidak terima mendapat tamparan dari Alice dengan refleks mencekik leher Alice. "Lancang sekali tangan kotormu menamparku, huh!" Geram Ethan menatap nyalang ke arah Alice.

"Uhuk—uhuk—lepas... Lepaskan tanganmu," pinta Alice sambil memukul-mukul tangan Ethan yang berada di leher.

Ethan melepaskan cengkramannya lalu membuang wajahnya karena tidak ingin emosi dengan sikap Alice.

Alice menggosok-gosok lehernya yang terasa sakit pada bekas cekikan. "Kau diam-diam mencari keberadaan wanita sialan itu? Hah!" geram Alice.

"Aku tidak ingin berdebat," Jawab Ethan acuh.

"Ih, kau menyebalkan. Jadi selama ini kau juga diam-diam memendam rasa kepada wanita jalang itu—"

"Diam! Tidak bisakah kau tidak berisik!" Bentak Ethan.

Alice sontak terdiam mendengar bentakan Ethan yang baru pernah ia dengar selama dirinya menjalani hubungannya dengan Ethan. Dengan kesak, Alice memutar tubuhnya berjalan sambil menghentakkan kakinya kesal dengan sikap Ethan.

*

*

6 Tahun kemudian....

Evelyn yang tengah memerah susu sapi di peternakan yang ia kelola, dikagetkan oleh seorang Anak laki-laki yang berlari ke arahnya.

"Bibi Evelyn! Bibi Evelyn! Raziel berkelahi!" Anak yang berusia sepantaran Raziel itu ter ngap-ngap saat bertemu Evelyn.

Evelyn yang mendengar jika Raziel berkelahi pun segera meninggalkan pekerjaannya. Pekerjaan yang Evelyn geluti saat Evelyn diberhentikan dari pekerjaan karena alasan konyol. Evelyn diberhentikan karena hamil di luar nikah. Saat saat itu, Evelyn membeli beberapa ekor sapi dari sisa uang Ethan dan memulai beternak sapi.

"Raziel berkelahi di mana?" tanya Evelyn panik.

"Di danau, Bibi. Raziel berkelahi dengan cucu Kepala Desa," ujar Anak itu.

Evelyn segera berlari ke arah Danau dimana Raziel senang bermain di padang ilalang yang berdekatan dengan danau untuk menangkap capung atau hanya sekedar bermain dengan Anak-anak seusianya.

Setibanya Evelyn di padang ilalang, Evelyn dapat melihat Anaknya tengah berguling-guling sambil memberikan tinju kepada seorang Anak yang diduga Cucu dari Kepala Desa dimana Evelyn dan Raziel tinggal.

"Pukul Rai, ayo, Hajar! Dia sudah membuang ikanmu!"

"Ayo Rai, pecahkan mulutnya!"

Seru beberapa Anak-anak yang sedang menonton Raizel berkelahi tanpa dari mereka ingin memisahkan.

"Raziel Kendrick!" Evelyn berteriak nyaring.

Semua Anak-anak yang berada di tempat itu pun menoleh ke arah Evelyn saat mereka mendengar suara seperti aungan singa ketika Evelyn berteriak. Sontak mereka pun berlari kocar-kacir.

"Apa yang kamu lakukan?" Tegas Evelyn sambil berjalan menuju ke arah Raizel.

Sepasang mata elang hijau keabu-abuan menatap ke arah Evelyn. "Mama!" panggilnya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ida Darwati
bagus ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status