"Nak, kamu kenapa? Apa kamu sakit?" tanya Diana saat melihat Evelyn berlari ke arah kamar mandi.
Evelyn menggeleng. "Aku tidak tahu, Bu. Tapi, perutku terasa seperti ada badai. Rasanya sangat tidak enak," jawab Evelyn.Ketika Evelyn terbangun saat pagi menyapa, Evelyn merasakan mual yang luar biasa. Namun saat Evelyn mencoba mengeluarkan isi perutnya, hanya rasa asam yang Evelyn rasakan."Ibu buatkan Teh, bagaimana? Kamu istirahat dulu untuk bekerja hari ini. Kita akan pergi ke kota agar untuk memeriksa keadaanmu," ucap Diana."Ya, aku akan meminta izin kepada Atasanku untuk libur hari ini," jawab Evelyn sambil melangkah me arah meja makan.Di ceraikan oleh Suami, dan ingin menenangkan diri untuk masalah yang dihadapi, Evelyn harus diusir oleh Ayahnya karena menganggap Evelyn pembuat aib keluarga. Sang Ibu yang tidak ingin melihat Putrinya hidup sendirian, akhirnya menemi Evelyn pergi ke desa yang paling terpelosok.Berkat uang yang diberikan oleh Ethan dan Alice, kini Evelyn bisa membeli rumah di sebuah Desa yang jauh dari kota dan hanya hidup bersama dengan Ibunya."Duduklah dulu, Ibu akan segera membuatkan Teh untukmu." Setelah berucap demikian, Diana segera menuju ke dapur.Sambil menunggu Diana kembali, Evelyn meraih ponsel yang terselip di saku celananya. Ia kemudian menghubungi atasannya untuk meminta izin satu hari karena dua bulan yang lalu, saat Evelyn tiba di Desa ini, Evelyn bekerja di sebuah kantor kecil bagian surat kabar hanya untuk mengisi waktu senggang.Waktu ke Dokter pun tiba. Diana dan Evelyn kini sudah tiba di ruang tunggu Rumah Sakit untuk mendapatkan giliran pemeriksaan."Evelyn, bagaimana perasaanmu?" tanya Diana khawatir saat mereka sedang duduk menunggu antrian.Tentu Diana begitu khawatir sebab, dari pagi Evelyn mengalami mual dan muntah yang hebat. Sampai-sampai, Wajah Evelyn terlihat begitu pucat akibat muntah-muntah yang Evelyn alami."Aku tidak apa-apa, Bu. Hanya tubuhku terasa sedikit lemas," jawab Evelyn mencoba tersenyum."Nyonya Evelyn Kendrick!"Diana menepuk punggung tangan Evelyn. "Kamu sudah dipanggil, ayo!" Ajak Diana.Dengan lemas dibantu Diana, Evelyn melangkah ke ruangan dimana Dokter Umum itu bekerja. Pasalnya, Evelyn tidak berpikir jika dirinya hamil. Mengingat ia hanya melakukannya dengan Ethan 2x, saat dijebak namun saat itu, Evelyn tidak hamil. Bagaimana bisa, dua bulan lalu hanya sekali bercocok tanam seketika tumbuh benih?"Keluhan apa yang anda rasakan Nyonya, Evelyn?" Tanya Dokter saat Evelyn dan Diana sudah duduk saling bertatap."Anakku dari pagi mengalami mual yang hebat, Dok," Diana menjawab."Terakhir kali Nyonya Evelyn berhubungan badan itu, kapan?" tanya Dokter.Evelyn dan Diana saling berpandangan. "Apa setelah pergi dari kediaman Zoldyck, kau berhubungan badan dengan Tuan Ethan?" bisik Diana bertanya."Iya, tapi... Aku tidak yakin jika aku hamil. Karena aku melakukannya hanya sekali.""Katakan saja apa yang terjadi."Evelyn mengangguk menanggapi ucapan Ibunya kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Dokter."Dua bulan yang lalu, Dokter. Aku berhubungan dengan mantan Suamiku," ucap Evelyn.Dokter di hadapan Evelyn tersenyum. "Nyonya, lebih baik, anda pergi ke Dokter kandungan. Itu akan lebih jelas." saran Dokter itu."Haa… Baik, Dok. Terima Kasih!" Ucap Diana sambil beranjak.Ibu—Anak itu kini berada di luar ruangan. Mereka segera menuju ke tempat dimana Dokter kandungan berada. Tidak butuh waktu lama, Hasil USG pun keluar. Dan ternyata, ada makhluk kecil yang berbentuk seperti Anak cicak di dalam perut Evelyn."Bu, aku hamil!" seru Evelyn saat mengetahui jika dirinya mengandung Anak Ethan.Wajah Diana tiba-tiba berubah sedih. "Nak, apa kau yakin, akan membesarkan Anak ini sendirian?" tanya Diana."Tentu saja, dia tumbuh di dalam rahimku. Sudah tentu Tuhan mempercayakan Bayi ini kepadaku, jadi aku harus menjaganya dengan baik," jawab Evelyn dengan raut bahagia bercampur haru. Karena dirinya sebentar lagi akan menjadi seorang Ibu.Dokter yang melihat kebahagiaan Evelyn pun ikut tersenyum. "Nyonya Evelyn, kandungan anda telah memasuki usia 5 Minggu. Ku harap, Nyonya tidak bekerja begitu keras. Dan lagi, usahakan Nyonya jangan sampai stres. Aku akan membuatkan resep Nyonya, Nyonya dapat mengambilnya di bagian Apoteker," ucap Dokter dengan tangan yang sibuk menuliskan beberapa resep untuk Evelyn.Evelyn mengangguk penuh semangat. Bibir plumnya tak lepas dari senyum bahagia. Walaupun cintanya tidak terbalas, setidaknya dirinya kini mempunyai hasil buah cinta bersama Ethan.Di tempat berbeda, di sebuah butik. Alice dan Ethan tengah memilih gaun pengantin yang akan mereka gunakan untuk acara pernikahan mereka yang akan berlangsung satu bulan lagi.Kini Alice terlihat sedang sibuk melihat beberapa katalog model gaun yang akan ia kenakan di hari berbahagianya nanti. Sesekali, Alice mencoba beberapa gaun yang terpajang di etalase kaca hanya untuk menunjukkan kepada Ethan."Sayang, lihat, apakah ini cocok dengan tubuhku?" tanya Alice saat dirinya mencoba sebuah gaun.Ethan tidak menanggapi pertanyaan Alice. Dirinya terlalu Fokus dengan pemikiran sendiri. Entah di dasar palung hati, ada rasa gelisah yang tidak tahu disebabkan oleh apa. Tiba-tiba saja, mood Ethan berubah menjadi tidak semangat. Padahal, sebelumnya ia begitu menggebu-gebu saat mengajak Alice untuk mencoba Gaun pengantin."Ethan! Apa yang kau pikirkan? Aku dari tadi bertanya!" bentak Alice ketika melihat Ethan sedari tadi hanya melamun dengan pandangan kosong.Ethan tersentak ketika Alice berteriak begitu nyaring. Sontak Ethan gelagapan dengan cepat menoleh ke arah Alice."Maaf, aku sedikit tidak fokus," Ucap Ethan dengan kikuk."Bunny, kau sedang memikirkan apa? Kenapa tiba-tiba wajahmu begitu muram?" selidik Alice."Tidak ada apa-apa. Mungkin aku sedang banyak pekerjaan sehingga membuatku tidak fokus." kilah Ethan.Alice yang masih menggunakan gaun yang ia coba pun duduk disamping Ethan. "Katakan, kita sebentar lagi akan menikah. Dan kau tidak ingin terbuka kepadaku?" desak Alice.Ethan menatap ke arah Alice dengan keraguan yang terlihat jelas diraut wajah Ethan. "Dear, sepertinya pernikahan kita, kita tunda dulu," ujar Ethan berkilah.Bola mata Alice membulat. "Apa! Kita sudah sampai di sini, bagaimana bisa kau membatalkannya? Kamu juga sudah berbicara mengenai pernikahan kita kepada Orangtuaku. Lantas, aku harus memberikan alasan apa kepada mereka?"Alice terlihat panik saat Ethan akan menunda pernikahan mereka. Sejak Ethan menceraikan Evelyn, dan Evelyn pergi dari kediaman Zoldyck, Ethan terlihat berbeda. Ethan sering kali melamun dan sering hilang fokus saat Ethan sedang bersama dengan Alice.Ethan yang melihat Alice begitu panik, segera menangkup kedua pipi Alice. "Kita akan tetap menikah. Namun untuk saat ini, kita harus menundanya terlebih dahulu." ucap Ethan mencoba menengkan Alice."Apa kau memikirkan wanita Jalang yang telah merebutmu dariku? Huh!" ketus Alice dengan rasa cemburu.9 bulan Kemudian.... Suara roda brankar dorong kini beradu dengan lantai. Evelyn menjerit meraung-raung sambil satu tangannya memegangi perut saat tubuh Evelyn kini terbaring menggeliat kesakitan di atas brankar menuju ke ruang persalinan. "Nak, yang kuat, ya." Diana mencoba memberikan kekuatan kepada Anaknya yang tengah kesakitan. "Ibu, aduh, sakit, Bu." rintih Evelyn mencengkram tangan Diana disertai peluh yang sudah membanjiri wajahnya. "Iya, sabar. Kamu yang kuat. Prosesnya memang begini," ucap Diana yang sesekali satu tangannya mengusap peluh pada dahi Evelyn menggunakan tisu. Hingga brankar tersebut tiba di ruangan. Para tim medis segera menangani Evelyn yang akan segera melahirkan. Diana dengan setia menemani Anaknya karena hanya dirinya yang menjadi satu-satunya orang yang selalu ada untuk Evelyn. "Aaa, Bu. Aku mules. Perutku kram. Aduh...," rintih Evelyn.Diana menatap khawatir, di dalam hatinya tidak henti-hentinya ia panjatkan doa untuk keselamatan Putri dan Cucunya
Raziel segera melepaskan cengkram pada leher Cucu Kepala Desa tersebut. Raziel menatap ke arah ke arah Ibunya tanpa ada rasa takut saat Evelyn melangkah ke arah Raziel dengan mendengus kesal melihat sikap Anaknya. "Apa yang kau lakukan, Nak? Kau menyakiti temanmu sendiri!" tegur Evelyn. Dengan tatapan polos namun tajam. Raziel menatap tanpa dosa ke arah Evelyn. "Mama, Govan yang bersalah. Dia menginjak-nginjak hasil pancingan aku, Mah," ucap Raziel. Govan, Cucu Kepala Desa itu beranjak dari tanah dimana tempat dirinya dan Raziel bergelinding. "Bohong, dia yang mencari masalah kepadaku!" sergah Govan. Raziel mengalihkan pandangannya ke arah Govan dengan tatapan menusuk. "Kamu yang nakal, dan kamu juga yang berbohong—" "Sudah, jangan berdebat! Sekarang, ikut Mama pulang, segera!" Evelyn memotong ucapan Raziel dengan cepat. Evelyn, dengan geram menjewer telinga Raziel lalu menarik telinga itu untuk ikut pulang bersamanya. Padahal, Evelyn tidak tega jika melakukan hal itu kepada Raz
Ethan mempercepat langkah kakinya saat pandang Ethan melihat wanita yang sudah lama mengusik pikirannya. Hal yang lebih mengejutkan untuk Ethan saat melihat Evelyn tengah menuntun seorang Anak kecil laki-laki bersamanya. "Ethan," Alice menahan tangan Ethan saat arah Etha berjalan salah arah. Ethan menoleh. "Lepas!" tekannya. "Aku sudah lapar," renggek Alice. "Kamu masuk terlebih dulu. Aku akan menyusul." "Aku maunya bersama denganmu." Ethan yang jengkel dengan sikap Alice menepis tangan Alice yang tengah mengalungkan tangannya di lengan Ethan. "Pergi sendiri, aku ada urusan." kesal Ethan. Saat Ethan memutar tubuhnya, ternyata Evelyn sudah tidak ada dari pandangan. Iris mata Ethan liar menjamah keadaan. "Kemana...—" Suara Ethan terhenti saat melihat seorang pria merangkul pundak Evelyn. Dari jauh terlihat Evelyn tersenyum kepada pria itu dengan senyum yang begitu bahagia. "Ternyata sudah ada pria yang lain," Gumamnya Lirih. Alice menghampiri Ethan lalu menatap kemana pandang
"Cih, ternyata wanita ini yang sedang bertengkar dengan karyawan toko," Gumam Evelyn.Pandangan Evelyn tertuju kepada seorang Karyawan yang sedang dimaki-maki. "Rena? Apa dirinya sudah pindah kerja ke toko perhiasan? Kenapa dia dimaki-maki oleh bibiku?" Gumam Evelyn.Wanita yang sedang memaki karyawan itu adalah Elsa Kendrick, Elsa merupakan bibi Evelyn yang telah menjebak Evelyn saat kejadian 2 tahun yang lalu. Saat itu, Evelyn masih bekerja sebagai Cleaning service di sebuah hotel. Malam itu, hotel dimana Evelyn bekerja sedang merayakan pesta pertunangan Ethan dan Alice. Tapi, sebuah insiden yang tak terduga terjadi antara Ethan dan Evelyn hingga skandal satu ranjang antara Evelyn dan Ethan pun tersebar di Media. Hal itu juga yang membuat Alice meninggalkan Ethan dan Ethan yang terpaksa menikahi Evelyn untuk menjaga reputasi nama dari Grup Zoldyck karena desakan publik. Tidak di sangka ternyata itu adalah perbuatan Bibinya yang ingin menjual Evelyn kepada pria tua. Namun Evelyn terb
Evelyn yang tidak terima telinga buah hatinya dijewer oleh Elsa, membuat Evelyn melayangkan sebuah tamparan di pipi Elsa dengan kuat.Hingga suara renyah dari tamparan yang Evelyn berikan membuat semua pengunjung terbelalak menatap ke arah Evelyn.Evelyn menatap Elsa dengan tatapan berapi-api. "Kau siapa? Apa kamu pantas memberikan hukuman kepada Anakku, huh?" pekik Evelyn. "Evelyn kau, berani kau menamparku?" ujar Elsa sambil memegangi pipinya. Evelyn menatap ke arah Raziel. "Nak, kemari!" panggil Evelyn.Raziel pun berlari yang langsung memeluk kaki Evelyn. Evelyn mengalihkan pandangannya kepada Elsa. "Jangan kamu kira aku ini Evelyn yang dulu yang dapat kamu manfaatkan. Jika kau berani menyentuh Anakku, jangankan pipimu, jarimu juga akan aku patahkan, mengerti?" Tekan Evelyn. Evelyn kemudian berjongkok, memeluk tubuh Raziel lalu menangis tersedu-sedu. "Nak, maafin Mama. Karena Ayahmu sudah terlindas truk, Mama harus membesarkan dirimu dengan begitu keras, sehingga orang-orang d
"Aku yang akan membayar perhiasan itu!" Suara bariton, derap langkah pasti dengan badan tegap menerobos kerumunan para pengunjung. Melihat siapa yang datang, para pengunjung yang berada di toko itu segera membungkuk memberi hormat. Begitu juga para karyawan toko. Evelyn, begitu terkejut ketika melihat siapa yang datang. Tidak menyangka jika dirinya harus bertemu dengan lelaki yang tidak ingin dirinya temui. "Ethan Zoldyck?" "Demi apa, Pemimpin Grup Zoldyck berkunjung ke tempat seperti ini?" Bisik-bisik terdengar dari mulut-mulut para pengunjung. Mereka memberi jalan kepada pria yang terlihat angkuh itu berjalan tanpa diperintah. 'Kenapa manusia Es itu berada di sini?' gumam Evelyn memutar tubuhnya. Mencoba menyembunyikan wajahnya dari Ethan. Rully yang menyadari perubahan sikap Evelyn pun bertanya. "Apa kamu mengenal pemimpin Grup dengan saham terbesar yang berdiri di sana?" Evelyn menggeleng. "Aku tidak mengenalinya. Ayo, pergi dari sini." Evelyn menarik tangan Rully yang masi
Kedatangan Alice membuat Ethan melepaskan cengkraman dari pergelangan tangan Evelyn. Evelyn yang tidak menyia-nyiakan kesempatan, segera berlari dengan cepat meninggalkan Ethan. "Evelyn...—" Saat Ethan berteriak, suaranya tercekat di tenggorokan saat Alice menahan pergelangan tangan Ethan. Ethan melihat punggung Evelyn sudah menjauh dari pandangannya membuat Ethan mengeram emosi. Ethan mengalihkan pandangannya ke arah Alice. "Sudah ku katakan, tunggu aku di mobil! Lantas, kenapa kamu kemari?" Bentak Ethan kepada Alice. "Ethan, aku ini Istrimu. Bisakah kau tidak berteriak di depan wajahku? Kau pergi hanya mencari wanita sialan itu, huh!" Kesal Alice. "Iya, kau memang Istriku. Tapi, semakin lama, kau menjadi seorang Istri yang sungguh menyebabkan!" Sentak Ethan berlalu dari Alice. "Ethan, Tunggu!" Alice mencoba menahan lengan Suaminya. Alih-alih menoleh, Ethan malah menepis tangan Alice dengan kasar. Sudah 6 Tahun lamanya, sejak Alice menikah dengan Ethan namun Ethan yang Alice
Seorang wanita berusia 60 Tahun turun dari semua mobil saat seorang pria membukakan pintu mobil tersebut. Wanita dengan penampilan mentereng melangkahkan kaki menuju ke arah bangunan di hadapannya. "Selamat datang Nyonya Besar!" para pelayan di Mansion Zoldyck memberi hormat. Rosalie Zoldyck, adalah Nenek dari Ethan Zoldyck. Wanita sepuh yang memegang kendali atas nama Grup Zoldyck yang kini dipimpin oleh Ethan."Dimana Cucuku? Panggil Cucu tidak tahu diri itu. Apakah, dia tidak ingin menyambut Neneknya?" Celetuk Rosalie. "Tuan Muda sedang berada di dalam ruang kerjanya, Nyonya. Silahkan anda duduk terlebih dulu. Saya akan memanggil Tuan untuk segera menemui Nyonya," Ucap Asisten Ethan. Rosalie, menjatuhkan tubuhnya di atas sofa. Selang beberapa menit, beberapa pelayan datang membawakan minuman kepada Nyonya Tua yang kini sedang duduk."Panggil segera, aku ingin bicara dengannya," ucap Rosalie. David membungkuk. "Baik, Nyonya." David pun berlalu. Sedangkan di ruangan yang memilik