Share

BAB 3

"Nak, kamu kenapa? Apa kamu sakit?" tanya Diana saat melihat Evelyn berlari ke arah kamar mandi.

Evelyn menggeleng. "Aku tidak tahu, Bu. Tapi, perutku terasa seperti ada badai. Rasanya sangat tidak enak," jawab Evelyn.

Ketika Evelyn terbangun saat pagi menyapa, Evelyn merasakan mual yang luar biasa. Namun saat Evelyn mencoba mengeluarkan isi perutnya, hanya rasa asam yang Evelyn rasakan.

"Ibu buatkan Teh, bagaimana? Kamu istirahat dulu untuk bekerja hari ini. Kita akan pergi ke kota agar untuk memeriksa keadaanmu," ucap Diana.

"Ya, aku akan meminta izin kepada Atasanku untuk libur hari ini," jawab Evelyn sambil melangkah me arah meja makan.

Di ceraikan oleh Suami, dan ingin menenangkan diri untuk masalah yang dihadapi, Evelyn harus diusir oleh Ayahnya karena menganggap Evelyn pembuat aib keluarga. Sang Ibu yang tidak ingin melihat Putrinya hidup sendirian, akhirnya menemi Evelyn pergi ke desa yang paling terpelosok.

Berkat uang yang diberikan oleh Ethan dan Alice, kini Evelyn bisa membeli rumah di sebuah Desa yang jauh dari kota dan hanya hidup bersama dengan Ibunya.

"Duduklah dulu, Ibu akan segera membuatkan Teh untukmu." Setelah berucap demikian, Diana segera menuju ke dapur.

Sambil menunggu Diana kembali, Evelyn meraih ponsel yang terselip di saku celananya. Ia kemudian menghubungi atasannya untuk meminta izin satu hari karena dua bulan yang lalu, saat Evelyn tiba di Desa ini, Evelyn bekerja di sebuah kantor kecil bagian surat kabar hanya untuk mengisi waktu senggang.

Waktu ke Dokter pun tiba. Diana dan Evelyn kini sudah tiba di ruang tunggu Rumah Sakit untuk mendapatkan giliran pemeriksaan.

"Evelyn, bagaimana perasaanmu?" tanya Diana khawatir saat mereka sedang duduk menunggu antrian.

Tentu Diana begitu khawatir sebab, dari pagi Evelyn mengalami mual dan muntah yang hebat. Sampai-sampai, Wajah Evelyn terlihat begitu pucat akibat muntah-muntah yang Evelyn alami.

"Aku tidak apa-apa, Bu. Hanya tubuhku terasa sedikit lemas," jawab Evelyn mencoba tersenyum.

"Nyonya Evelyn Kendrick!"

Diana menepuk punggung tangan Evelyn. "Kamu sudah dipanggil, ayo!" Ajak Diana.

Dengan lemas dibantu Diana, Evelyn melangkah ke ruangan dimana Dokter Umum itu bekerja. Pasalnya, Evelyn tidak berpikir jika dirinya hamil. Mengingat ia hanya melakukannya dengan Ethan 2x, saat dijebak namun saat itu, Evelyn tidak hamil. Bagaimana bisa, dua bulan lalu hanya sekali bercocok tanam seketika tumbuh benih?

"Keluhan apa yang anda rasakan Nyonya, Evelyn?" Tanya Dokter saat Evelyn dan Diana sudah duduk saling bertatap.

"Anakku dari pagi mengalami mual yang hebat, Dok," Diana menjawab.

"Terakhir kali Nyonya Evelyn berhubungan badan itu, kapan?" tanya Dokter.

Evelyn dan Diana saling berpandangan. "Apa setelah pergi dari kediaman Zoldyck, kau berhubungan badan dengan Tuan Ethan?" bisik Diana bertanya.

"Iya, tapi... Aku tidak yakin jika aku hamil. Karena aku melakukannya hanya sekali."

"Katakan saja apa yang terjadi."

Evelyn mengangguk menanggapi ucapan Ibunya kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Dokter.

"Dua bulan yang lalu, Dokter. Aku berhubungan dengan mantan Suamiku," ucap Evelyn.

Dokter di hadapan Evelyn tersenyum. "Nyonya, lebih baik, anda pergi ke Dokter kandungan. Itu akan lebih jelas." saran Dokter itu.

"Haa… Baik, Dok. Terima Kasih!" Ucap Diana sambil beranjak.

Ibu—Anak itu kini berada di luar ruangan. Mereka segera menuju ke tempat dimana Dokter kandungan berada. Tidak butuh waktu lama, Hasil USG pun keluar. Dan ternyata, ada makhluk kecil yang berbentuk seperti Anak cicak di dalam perut Evelyn.

"Bu, aku hamil!" seru Evelyn saat mengetahui jika dirinya mengandung Anak Ethan.

Wajah Diana tiba-tiba berubah sedih. "Nak, apa kau yakin, akan membesarkan Anak ini sendirian?" tanya Diana.

"Tentu saja, dia tumbuh di dalam rahimku. Sudah tentu Tuhan mempercayakan Bayi ini kepadaku, jadi aku harus menjaganya dengan baik," jawab Evelyn dengan raut bahagia bercampur haru. Karena dirinya sebentar lagi akan menjadi seorang Ibu.

Dokter yang melihat kebahagiaan Evelyn pun ikut tersenyum. "Nyonya Evelyn, kandungan anda telah memasuki usia 5 Minggu. Ku harap, Nyonya tidak bekerja begitu keras. Dan lagi, usahakan Nyonya jangan sampai stres. Aku akan membuatkan resep Nyonya, Nyonya dapat mengambilnya di bagian Apoteker," ucap Dokter dengan tangan yang sibuk menuliskan beberapa resep untuk Evelyn.

Evelyn mengangguk penuh semangat. Bibir plumnya tak lepas dari senyum bahagia. Walaupun cintanya tidak terbalas, setidaknya dirinya kini mempunyai hasil buah cinta bersama Ethan.

Di tempat berbeda, di sebuah butik. Alice dan Ethan tengah memilih gaun pengantin yang akan mereka gunakan untuk acara pernikahan mereka yang akan berlangsung satu bulan lagi.

Kini Alice terlihat sedang sibuk melihat beberapa katalog model gaun yang akan ia kenakan di hari berbahagianya nanti. Sesekali, Alice mencoba beberapa gaun yang terpajang di etalase kaca hanya untuk menunjukkan kepada Ethan.

"Sayang, lihat, apakah ini cocok dengan tubuhku?" tanya Alice saat dirinya mencoba sebuah gaun.

Ethan tidak menanggapi pertanyaan Alice. Dirinya terlalu Fokus dengan pemikiran sendiri. Entah di dasar palung hati, ada rasa gelisah yang tidak tahu disebabkan oleh apa. Tiba-tiba saja, mood Ethan berubah menjadi tidak semangat. Padahal, sebelumnya ia begitu menggebu-gebu saat mengajak Alice untuk mencoba Gaun pengantin.

"Ethan! Apa yang kau pikirkan? Aku dari tadi bertanya!" bentak Alice ketika melihat Ethan sedari tadi hanya melamun dengan pandangan kosong.

Ethan tersentak ketika Alice berteriak begitu nyaring. Sontak Ethan gelagapan dengan cepat menoleh ke arah Alice.

"Maaf, aku sedikit tidak fokus," Ucap Ethan dengan kikuk.

"Bunny, kau sedang memikirkan apa? Kenapa tiba-tiba wajahmu begitu muram?" selidik Alice.

"Tidak ada apa-apa. Mungkin aku sedang banyak pekerjaan sehingga membuatku tidak fokus." kilah Ethan.

Alice yang masih menggunakan gaun yang ia coba pun duduk disamping Ethan. "Katakan, kita sebentar lagi akan menikah. Dan kau tidak ingin terbuka kepadaku?" desak Alice.

Ethan menatap ke arah Alice dengan keraguan yang terlihat jelas diraut wajah Ethan. "Dear, sepertinya pernikahan kita, kita tunda dulu," ujar Ethan berkilah.

Bola mata Alice membulat. "Apa! Kita sudah sampai di sini, bagaimana bisa kau membatalkannya? Kamu juga sudah berbicara mengenai pernikahan kita kepada Orangtuaku. Lantas, aku harus memberikan alasan apa kepada mereka?"

Alice terlihat panik saat Ethan akan menunda pernikahan mereka. Sejak Ethan menceraikan Evelyn, dan Evelyn pergi dari kediaman Zoldyck, Ethan terlihat berbeda. Ethan sering kali melamun dan sering hilang fokus saat Ethan sedang bersama dengan Alice.

Ethan yang melihat Alice begitu panik, segera menangkup kedua pipi Alice. "Kita akan tetap menikah. Namun untuk saat ini, kita harus menundanya terlebih dahulu." ucap Ethan mencoba menengkan Alice.

"Apa kau memikirkan wanita Jalang yang telah merebutmu dariku? Huh!" ketus Alice dengan rasa cemburu.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Irma
Terlalu banyak berteletele
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status