Ethan mempercepat langkah kakinya saat pandang Ethan melihat wanita yang sudah lama mengusik pikirannya. Hal yang lebih mengejutkan untuk Ethan saat melihat Evelyn tengah menuntun seorang Anak kecil laki-laki bersamanya.
"Ethan," Alice menahan tangan Ethan saat arah Etha berjalan salah arah.Ethan menoleh. "Lepas!" tekannya."Aku sudah lapar," renggek Alice."Kamu masuk terlebih dulu. Aku akan menyusul.""Aku maunya bersama denganmu."Ethan yang jengkel dengan sikap Alice menepis tangan Alice yang tengah mengalungkan tangannya di lengan Ethan."Pergi sendiri, aku ada urusan." kesal Ethan.Saat Ethan memutar tubuhnya, ternyata Evelyn sudah tidak ada dari pandangan. Iris mata Ethan liar menjamah keadaan."Kemana...—"Suara Ethan terhenti saat melihat seorang pria merangkul pundak Evelyn. Dari jauh terlihat Evelyn tersenyum kepada pria itu dengan senyum yang begitu bahagia."Ternyata sudah ada pria yang lain," Gumamnya Lirih.Alice menghampiri Ethan lalu menatap kemana pandangan Ethan tertuju dan menatap wajah Ethan secara bergantian. "Kau melihat apa?"Ethan sedikit tersentak. "Tidak ada," jawabnya."Ayo, aku benar-benar sudah lapar." ajak Alice.Tanpa merespon ucapan Alice, Ethan memutar tubuhnya lalu melangkah yang disusul oleh Alice.***Saat ini Evelyn pergi ke pusat kota tidak hanya dengan Raizel. Evelyn juga ditemani oleh Rully. Pria yang menjadi langganan Susu sapi yang diproduksi di tempat peternakan Evelyn."Bagaimana, Rai sudah kenyang?" Tanya Rully membuka obrolan.Raziel menengadahkan wajahnya menatap Rully lalu memengangguk. "Terimakasih, Paman, karena sudah mengajak Rai sama Mama," ucapnya.Rully mengusap kelapa Raizel dengan gemas. "Sama-sama, Sayang," ucap Rully. "Habis ini, Rai mau kemana lagi? Mumpung kita sedang di Kota. Nanti Paman temani," sambung Rully bertanya.Raizel menoleh ke arah Evelyn. Karena bocah kecil itu takut jika Evelyn akan memarahinya jika meminta atau melakukan sesuatu yang aneh."Rai sudah puas, 'kan jalan-jalannya? Kalau begitu kita pulang, ya," ucap Evelyn.Sebenarnya tidak ingin jika mereka merepotkan Rully. Apalagi ke kota, mereka menumpang di mobilnya Rully."Baik, Ma. Kita pulang saja. Rai juga sudah mengantuk," jawab Raizel yang mengerti maksud Evelyn.Tiba-tiba Rully menarik tangan Raizel. "Rai, ayo temani Paman ke Wahana permainan." Ajak Rully."Tapi Paman, bagaimana dengan Mama?""Mama juga ikut—""Raizel sama Paman Rully saja, Mama tunggu di sini, ya!" potong Evelyn.Rully menatap ke arah Evelyn. "Benar kau tidak ikut?""Tidak, kalian saja yang pergi. Aku titip Raizel, ya!" uap Evelyn."Ya sudah, aku akan pergi bersama Raizel. Jika kamu bosan kamu bisa menyusul kami," ucap Rully.Evelyn pun tersenyum lalu membungkuk sambil mengusap pipi Raizel. "Sayang, jangan nakal, ya, ingat! Jangan merepotkan Paman Rully." Evelyn mengingatkan."Baik," jawab Raizel. "Cup!" satu kecupan singkat Raizel berikan di pipi Evelyn. "Rai, pergi ya, Ma!" pamit Raizel."Iya sayang!" jawab Evelyn.Rully meraih tubuh Raizel ke dalam gendongan lalu membawa tubuh mungil itu. Evelyn menatap punggung dua pria itu dengan senyuman.'Ethan, lihatlah, Anakmu kini sudah besar,' Evelyn membatin.Evelyn pun memutuskan untuk menunggu Raizel di sebuah Cafe yang tak jauh dari tempat Evelyn berdiri. Saat sedang melangkah, pandangan Evelyn tertuju pada toko perhiasan.'Apa aku beli perhiasan untuk jaga-jaga? Jika uang hanya dibiarkan, aku takut kedepannya akan habis tanpa hasil,' Evelyn berpikir sambil iris matanya menatap ke arah toko.Setelah bergelut dengan kata hati, akhirnya Evelyn memasuki toko perhiasan tersebut. Saat tiba di dalam toko, pandangan Evelyn tertuju ke arah sekumpulan orang."Ck, hanya toko kecil seperti ini kalian meremehkanku? Apa kalian ingin memeras pembeli, hah!"Terdengar seorang wanita sedang memaki. Merasa penasaran apa yang sedang terjadi, Evelyn menuju ke arah kerumunan orang-orang itu."Permisi, apa yang terjadi?" tanya Evelyn kepada seseorang di antara kerumunan itu.Seorang wanita pun menoleh. "Oh, itu ada wanita yang mengamuk karena tidak dapat membayar perhiasan yang akan dibeli," jawab Wanita itu.Dengan rasa penasaran maksimum, Evelyn kembali menerobos kerumunan karena ingin melihat sosok yang sedang berteriak-teriak seperti seseorang yang sedang kesurupan.Deg!Saat tiba di barisan paling depan, pupil mata Evelyn pun melebar. "Ternyata dia," Gumam Evelyn."Cih, ternyata wanita ini yang sedang bertengkar dengan karyawan toko," Gumam Evelyn.Pandangan Evelyn tertuju kepada seorang Karyawan yang sedang dimaki-maki. "Rena? Apa dirinya sudah pindah kerja ke toko perhiasan? Kenapa dia dimaki-maki oleh bibiku?" Gumam Evelyn.Wanita yang sedang memaki karyawan itu adalah Elsa Kendrick, Elsa merupakan bibi Evelyn yang telah menjebak Evelyn saat kejadian 2 tahun yang lalu. Saat itu, Evelyn masih bekerja sebagai Cleaning service di sebuah hotel. Malam itu, hotel dimana Evelyn bekerja sedang merayakan pesta pertunangan Ethan dan Alice. Tapi, sebuah insiden yang tak terduga terjadi antara Ethan dan Evelyn hingga skandal satu ranjang antara Evelyn dan Ethan pun tersebar di Media. Hal itu juga yang membuat Alice meninggalkan Ethan dan Ethan yang terpaksa menikahi Evelyn untuk menjaga reputasi nama dari Grup Zoldyck karena desakan publik. Tidak di sangka ternyata itu adalah perbuatan Bibinya yang ingin menjual Evelyn kepada pria tua. Namun Evelyn terb
Evelyn yang tidak terima telinga buah hatinya dijewer oleh Elsa, membuat Evelyn melayangkan sebuah tamparan di pipi Elsa dengan kuat.Hingga suara renyah dari tamparan yang Evelyn berikan membuat semua pengunjung terbelalak menatap ke arah Evelyn.Evelyn menatap Elsa dengan tatapan berapi-api. "Kau siapa? Apa kamu pantas memberikan hukuman kepada Anakku, huh?" pekik Evelyn. "Evelyn kau, berani kau menamparku?" ujar Elsa sambil memegangi pipinya. Evelyn menatap ke arah Raziel. "Nak, kemari!" panggil Evelyn.Raziel pun berlari yang langsung memeluk kaki Evelyn. Evelyn mengalihkan pandangannya kepada Elsa. "Jangan kamu kira aku ini Evelyn yang dulu yang dapat kamu manfaatkan. Jika kau berani menyentuh Anakku, jangankan pipimu, jarimu juga akan aku patahkan, mengerti?" Tekan Evelyn. Evelyn kemudian berjongkok, memeluk tubuh Raziel lalu menangis tersedu-sedu. "Nak, maafin Mama. Karena Ayahmu sudah terlindas truk, Mama harus membesarkan dirimu dengan begitu keras, sehingga orang-orang d
"Aku yang akan membayar perhiasan itu!" Suara bariton, derap langkah pasti dengan badan tegap menerobos kerumunan para pengunjung. Melihat siapa yang datang, para pengunjung yang berada di toko itu segera membungkuk memberi hormat. Begitu juga para karyawan toko. Evelyn, begitu terkejut ketika melihat siapa yang datang. Tidak menyangka jika dirinya harus bertemu dengan lelaki yang tidak ingin dirinya temui. "Ethan Zoldyck?" "Demi apa, Pemimpin Grup Zoldyck berkunjung ke tempat seperti ini?" Bisik-bisik terdengar dari mulut-mulut para pengunjung. Mereka memberi jalan kepada pria yang terlihat angkuh itu berjalan tanpa diperintah. 'Kenapa manusia Es itu berada di sini?' gumam Evelyn memutar tubuhnya. Mencoba menyembunyikan wajahnya dari Ethan. Rully yang menyadari perubahan sikap Evelyn pun bertanya. "Apa kamu mengenal pemimpin Grup dengan saham terbesar yang berdiri di sana?" Evelyn menggeleng. "Aku tidak mengenalinya. Ayo, pergi dari sini." Evelyn menarik tangan Rully yang masi
Kedatangan Alice membuat Ethan melepaskan cengkraman dari pergelangan tangan Evelyn. Evelyn yang tidak menyia-nyiakan kesempatan, segera berlari dengan cepat meninggalkan Ethan. "Evelyn...—" Saat Ethan berteriak, suaranya tercekat di tenggorokan saat Alice menahan pergelangan tangan Ethan. Ethan melihat punggung Evelyn sudah menjauh dari pandangannya membuat Ethan mengeram emosi. Ethan mengalihkan pandangannya ke arah Alice. "Sudah ku katakan, tunggu aku di mobil! Lantas, kenapa kamu kemari?" Bentak Ethan kepada Alice. "Ethan, aku ini Istrimu. Bisakah kau tidak berteriak di depan wajahku? Kau pergi hanya mencari wanita sialan itu, huh!" Kesal Alice. "Iya, kau memang Istriku. Tapi, semakin lama, kau menjadi seorang Istri yang sungguh menyebabkan!" Sentak Ethan berlalu dari Alice. "Ethan, Tunggu!" Alice mencoba menahan lengan Suaminya. Alih-alih menoleh, Ethan malah menepis tangan Alice dengan kasar. Sudah 6 Tahun lamanya, sejak Alice menikah dengan Ethan namun Ethan yang Alice
Seorang wanita berusia 60 Tahun turun dari semua mobil saat seorang pria membukakan pintu mobil tersebut. Wanita dengan penampilan mentereng melangkahkan kaki menuju ke arah bangunan di hadapannya. "Selamat datang Nyonya Besar!" para pelayan di Mansion Zoldyck memberi hormat. Rosalie Zoldyck, adalah Nenek dari Ethan Zoldyck. Wanita sepuh yang memegang kendali atas nama Grup Zoldyck yang kini dipimpin oleh Ethan."Dimana Cucuku? Panggil Cucu tidak tahu diri itu. Apakah, dia tidak ingin menyambut Neneknya?" Celetuk Rosalie. "Tuan Muda sedang berada di dalam ruang kerjanya, Nyonya. Silahkan anda duduk terlebih dulu. Saya akan memanggil Tuan untuk segera menemui Nyonya," Ucap Asisten Ethan. Rosalie, menjatuhkan tubuhnya di atas sofa. Selang beberapa menit, beberapa pelayan datang membawakan minuman kepada Nyonya Tua yang kini sedang duduk."Panggil segera, aku ingin bicara dengannya," ucap Rosalie. David membungkuk. "Baik, Nyonya." David pun berlalu. Sedangkan di ruangan yang memilik
[Aku hanya ingin menyampaikan ini padamu. Jika kau mengerti, aku akan menunggu kedatanganmu di Pesta acara ulang tahun Bibi yang akan diadakan 2 hari lagi.] Setelah berucap demikian, Elsa memutuskan sambungan teleponnya tanpa menunggu tanggapan dari Evelyn. Beberapa saat Evelyn tak bergeming, saat perasaan ketakutan kini menelusup di diri Evelyn. Diana segera berdiri dari kursi, menghampiri Evelyn yang masih terdiam. "Nak, siapa yang menolongmu? Kenapa wajahmu terlihat begitu panik?" tanya Diana. Evelyn tersentak dengan cepat menoleh. "Bu, Elsa menelponku," ucap Evelyn. "Bagaimana dia mendapatkan nomor ponselmu?" Evelyn menggeleng. "Aku tidak tahu. Elsa memintaku untuk datang ke acara ulang tahun Bibi ke-2. Aku takut jika Rai akan dimanfaatkan," ucap Evelyn. Raziel yang sedang mewarnai buku gambarnya pub berdiri saat melihat wajah Ibunya bersedih. Ia pun memeluk kaki Evelyn. "Mama, apa yang terjadi?" tanya Raizel sambil mendongakkan wajahnya menatap Evelyn. Evelyn berjongkok,
"Ayo Nak, segera sarapan! Kamu harus ke sekolah!" Evelyn berteriak dari arah tangga. "I'm Coming, Mom!" Raziel dengan kaki mungilnya berlari. "Hati-hati, Sayang jangan sampai jatuh." Raizel sudah tiba di depan Evelyn. Evelyn menggenggam tangan mungil Raziel, menuntun tangan itu ke arah meja makan. "Mama, kenapa aku baru tahu, kalau Mama itu seorang wanita perkasa." Ucapan Raziel membuat Evelyn menghentikan langkahnya lalu menatap buah hatinya saat dirinya sedang menggandeng tangan mungil itu. "Maksud Rai seperti apa? Kenapa mengatakan Mama wanita perkasa?" "Iya, karena kalau di sekolah, Rai suka dipaksa sama Bu Guru untuk menulis dan menjawab pertanyaan darinya.""Jadi maksud Rai, Rai tidak suka belajar?" "Bukan, Ibu guru itu Wanita pemaksa dan Mama adalah wanita perkasa karena tidak memaksa." "Hahaha... Ya ampun Rai, jadi hanya masalah itu? Mama pikir karena Mama suka memarahimu. Jadi ku mengatakan Mama ini Wanita perkasa. Ya sudah, ayo kita sarapan." ajak Evelyn. Ibu—Anak
Terbangun dari tidur, pria Arogan itu menuju ke arah dapur meminta para pelayan untuk membuatkan kopi dan segera diantar ke ruang kerjanya. Selama berjalan ke arah dapur, Ethan tidak menemukan keberadaan Alice. "Hei, kalian, apa kalian melihat Alice?" tanya Ethan kepada para pelayan sebelum dirinya melangkah ke ruang kerjanya. "Nyonya, Alice? Sepertinya pagi-pagi sekali Nyonya sudah pergi, Tuan," jawab pelayan itu. Ethan mengerutkan alisnya. "Pergi? Tidak biasanya wanita manja itu bangun pagi," gumam Ethan yang kemudian melangkah. Ethan dan Alice, walaupun sudah menikah setelah beberapa bulan Ethan menceraikan Evelyn, mereka berdua tidaklah sekamar. Sebab, pertengkaran selalu terjadi di antara mereka berdua hanya karena Alice selalu mengungkit masalah Ethan dan Evelyn.Alice, selalu membanding-bandingkan dirinya dengan Evelyn. Membuat Ethan kerap kali berlaku kasar kepada Alice. Tidak tahan dengan sikap Alice, Ethan akhirnya memisahkan diri dari Evelyn. Kini Ethan mulai menyalakan