Share

BAB 6

Ethan mempercepat langkah kakinya saat pandang Ethan melihat wanita yang sudah lama mengusik pikirannya. Hal yang lebih mengejutkan untuk Ethan saat melihat Evelyn tengah menuntun seorang Anak kecil laki-laki bersamanya.

"Ethan," Alice menahan tangan Ethan saat arah Etha berjalan salah arah.

Ethan menoleh. "Lepas!" tekannya.

"Aku sudah lapar," renggek Alice.

"Kamu masuk terlebih dulu. Aku akan menyusul."

"Aku maunya bersama denganmu."

Ethan yang jengkel dengan sikap Alice menepis tangan Alice yang tengah mengalungkan tangannya di lengan Ethan.

"Pergi sendiri, aku ada urusan." kesal Ethan.

Saat Ethan memutar tubuhnya, ternyata Evelyn sudah tidak ada dari pandangan. Iris mata Ethan liar menjamah keadaan.

"Kemana...—"

Suara Ethan terhenti saat melihat seorang pria merangkul pundak Evelyn. Dari jauh terlihat Evelyn tersenyum kepada pria itu dengan senyum yang begitu bahagia.

"Ternyata sudah ada pria yang lain," Gumamnya Lirih.

Alice menghampiri Ethan lalu menatap kemana pandangan Ethan tertuju dan menatap wajah Ethan secara bergantian. "Kau melihat apa?"

Ethan sedikit tersentak. "Tidak ada," jawabnya.

"Ayo, aku benar-benar sudah lapar." ajak Alice.

Tanpa merespon ucapan Alice, Ethan memutar tubuhnya lalu melangkah yang disusul oleh Alice.

***

Saat ini Evelyn pergi ke pusat kota tidak hanya dengan Raizel. Evelyn juga ditemani oleh Rully. Pria yang menjadi langganan Susu sapi yang diproduksi di tempat peternakan Evelyn.

"Bagaimana, Rai sudah kenyang?" Tanya Rully membuka obrolan.

Raziel menengadahkan wajahnya menatap Rully lalu memengangguk. "Terimakasih, Paman, karena sudah mengajak Rai sama Mama," ucapnya.

Rully mengusap kelapa Raizel dengan gemas. "Sama-sama, Sayang," ucap Rully. "Habis ini, Rai mau kemana lagi? Mumpung kita sedang di Kota. Nanti Paman temani," sambung Rully bertanya.

Raizel menoleh ke arah Evelyn. Karena bocah kecil itu takut jika Evelyn akan memarahinya jika meminta atau melakukan sesuatu yang aneh.

"Rai sudah puas, 'kan jalan-jalannya? Kalau begitu kita pulang, ya," ucap Evelyn.

Sebenarnya tidak ingin jika mereka merepotkan Rully. Apalagi ke kota, mereka menumpang di mobilnya Rully.

"Baik, Ma. Kita pulang saja. Rai juga sudah mengantuk," jawab Raizel yang mengerti maksud Evelyn.

Tiba-tiba Rully menarik tangan Raizel. "Rai, ayo temani Paman ke Wahana permainan." Ajak Rully.

"Tapi Paman, bagaimana dengan Mama?"

"Mama juga ikut—"

"Raizel sama Paman Rully saja, Mama tunggu di sini, ya!" potong Evelyn.

Rully menatap ke arah Evelyn. "Benar kau tidak ikut?"

"Tidak, kalian saja yang pergi. Aku titip Raizel, ya!" uap Evelyn.

"Ya sudah, aku akan pergi bersama Raizel. Jika kamu bosan kamu bisa menyusul kami," ucap Rully.

Evelyn pun tersenyum lalu membungkuk sambil mengusap pipi Raizel. "Sayang, jangan nakal, ya, ingat! Jangan merepotkan Paman Rully." Evelyn mengingatkan.

"Baik," jawab Raizel. "Cup!" satu kecupan singkat Raizel berikan di pipi Evelyn. "Rai, pergi ya, Ma!" pamit Raizel.

"Iya sayang!" jawab Evelyn.

Rully meraih tubuh Raizel ke dalam gendongan lalu membawa tubuh mungil itu. Evelyn menatap punggung dua pria itu dengan senyuman.

'Ethan, lihatlah, Anakmu kini sudah besar,' Evelyn membatin.

Evelyn pun memutuskan untuk menunggu Raizel di sebuah Cafe yang tak jauh dari tempat Evelyn berdiri. Saat sedang melangkah, pandangan Evelyn tertuju pada toko perhiasan.

'Apa aku beli perhiasan untuk jaga-jaga? Jika uang hanya dibiarkan, aku takut kedepannya akan habis tanpa hasil,' Evelyn berpikir sambil iris matanya menatap ke arah toko.

Setelah bergelut dengan kata hati, akhirnya Evelyn memasuki toko perhiasan tersebut. Saat tiba di dalam toko, pandangan Evelyn tertuju ke arah sekumpulan orang.

"Ck, hanya toko kecil seperti ini kalian meremehkanku? Apa kalian ingin memeras pembeli, hah!"

Terdengar seorang wanita sedang memaki. Merasa penasaran apa yang sedang terjadi, Evelyn menuju ke arah kerumunan orang-orang itu.

"Permisi, apa yang terjadi?" tanya Evelyn kepada seseorang di antara kerumunan itu.

Seorang wanita pun menoleh. "Oh, itu ada wanita yang mengamuk karena tidak dapat membayar perhiasan yang akan dibeli," jawab Wanita itu.

Dengan rasa penasaran maksimum, Evelyn kembali menerobos kerumunan karena ingin melihat sosok yang sedang berteriak-teriak seperti seseorang yang sedang kesurupan.

Deg!

Saat tiba di barisan paling depan, pupil mata Evelyn pun melebar. "Ternyata dia," Gumam Evelyn.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Saragih Bonar
malas baca karena semua novelnya putus cerita di tengah jalan, save.
goodnovel comment avatar
Joehana Yulian
huffff putus cerita di tngh jln... padahal sudah asyikkk asyiknya baca 🫣......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status