Share

Di Paksa Balik Ke Rumah Mertua

Bu Sarti menggenggam tanganku untuk menguatkan, lalu dia berjalan menuju pintu dan membukanya.

“Silakan masuk, Bu Anik,” ucap wanita yang telah banyak berjasa padaku.

Bu Anik pun memasuki ruang tamu diikuti oleh Kak Mila.

“Ada apa datang ke sini, Bu?" Dengan sedikit rasa takut, aku memberanikan diri untuk bertanya terlebih dahulu.

“Ini rumah Bu Sarti, tidak seharusnya kau bertanya, Buluk!” bentaknya.

“Eh, Yati, baru sebentar saja di sini sudah seperti tuan rumah gayamu, ya,” sambung kak Mila.

“Hati-hati, Bu Sarti, mending anak ini diusir saja daripada bikin beban di rumah ini.” Sepertinya tidak puas mungkin rasanya, kalau kedua orang itu tidak menyakiti perasaanku.

Astagfirullah, apalagi mau mereka. Tidak bisakah aku lepas dari mereka dan hidup dengan tenang? batinku menggerutu.

“Sudah, jangan ribut di sini!” sentak Bu Sarti menghentikan ejekan mereka terhadapku.

"Ayo, duduk dulu, Bu Anik, ada apa gerangan datang ke rumah saya malam-malam begini?” tanya Bu Sarti setelah keduanya duduk.

“Begini, Bu ... saya dengar dari orang klinik kalau wanita itu telah hamil, jadi saya harap dia balik lagi ke rumah saya. Karena dia mengandung anak Arjuna berarti itu cucu saya,” katanya tanpa beban sambil menunjuk ke arahku.

What? Mereka menyuruhku balik lagi ke rumah? Ini pasti akal-akalan saja. Mungkin mereka merasakan capeknya mengerjakan semua pekerjaan rumah. Apalagi Bu Anik yang harus menjaga kedua cucunya saat menantu kesayangannya itu bekerja.

Katanya orang kaya, tetapi kenapa tidak mau pakai jasa ART. Lagi pula tidak ada yang mau bekerja di rumah Bu Anik. Pekerjaan menggunung, tetapi bayaran rendah. Belum lagi mulutnya yang super pedas.

Aku pernah mendapat cerita bahwa dulu sebelum aku menikah sama Mas Arjuna beliau sering bergonta-ganti ART karena semua pekerjaan dilakukan tapi dengan gaji yang sedikit. Belum lagi sering dituduh mencuri agar mereka bisa beralasan gajinya dipotong. Sungguh malang sekali nasibku jika harus kembali lagi ke rumah mertua kejam ini.

“Tidak, Bu, tidak akan saya kembali ke sana. Saya akan pulang kampung dalam waktu dekat ini.” Aku berdiri dan menghampiri mereka.

“Eh, Yati ... apa maksudmu? Kau balik ke kampung jadi nanti cucuku jadi orang kampung sepertimu? Kamu itu jangan jadi istri durhaka. Dituntut bisa masuk penjara, kamu!” ancamnya.

“Tidak apa-apa jadi orang kampung, Bu, yang penting berakhlak mulia dan tahu cara memanusiakan manusia,” sindirku pedas.

“Begini, ya, Yati. Kamu masih berstatus istri

Arjuna. Apalagi sekarang mengandung darah dagingnya. Sebaiknya kau pulang saja, jangan bikin malu. Malah menumpang di rumah orang,” ucap Kak Mila.

Aku benar-benar dibuat jengkel dengan ulah mereka yang terus saja memaksaku untuk ikut pulang ke rumahnya. Aku yakin, pasti mereka hanya membutuhkan tenagaku saja.

"Kalian mau memperbudak aku lagi, ‘kan? Kenapa begitu pengennya aku balik ke rumah itu? Kenapa, Kak Mila? Repot, ya, mengurus anak? Dan Ibu kenapa? Nggak ada yang masak? Rumah kotor?” ucapku dengan tegas.

“Halah, tidak usah banyak cerita, kau, Yati, ayo, mana bajumu segera bereskan, dan ikut balik dengan kami,” teriaknya sambil berjalan ke arahku.

Kami semua kaget oleh teriakan Bu Anik. Aku berusaha mencari akal menghindari kedua orang ini.

Seketika Nadya menyuruhku masuk kamar dan aku berlari menuju kamar.

"Kunci kamarnya, Kak!" teriak Nadya.

“Eh, wanita sialan mau ke mana kamu, hah?!” ucap Kak Mila ingin mengejar, tetapi dihadang oleh Nadya.

"Nadya jangan ikut-ikutan, kamu, ya!” Terdengar makian dari Mila di depan pintu. Sementara aku terduduk lemas di pinggir kasur.

“Sudah ... sudah ... jangan bikin keributan di rumah saya, silakan keluar, saya dan keluarga mau istirahat!" perintah Bu Sarti.

"Bu Sarti, saya harap kamu jangan ikut campur dengan masalah keluarga kami,” ucap Bu Anik.

"Tapi ini rumah kami, Bu. Tolong jangan bikin keributan di sini," ucap Nadya

"Bu Sarti, Kamu itu sudah hajjah tapi kelakuanmu tidak mencerminkan gelar hajjahmu, seharusnya kau tidak membiarkan seorang istri durhaka kepada suaminya, apalagi aku mertuanya, berarti orang tuanya juga," seru Bu Anik dengan sedikit menekan kata orang tuanya. Saking kerasnya, suara itu sampai terdengar ke kamar.

"Percuma jilbab ibu panjang-panjang, sering ikut pengajian, tapi hati ibu busuk.” Kali ini Kak Mila yang berbicara. Aku terus menyimak pembicaraan mereka.

Kudengar suara entakkan kaki menuju pintu keluar. Lalu, setelah itu terdengar pintu dibuka dengan paksa. Tak lama berselang, Nadya setengah berteriak meminta kedua tamu tak diundang itu untuk meninggalkan huniannya.

"Jika Ibu dan Kak Mila tidak keluar, saya akan teriak memanggil warga biar semua tahu kalau kalian bikin ribut di sini!" seru Nadya penuh emosi.

Mungkin kalau aku berada di sana bersama mereka, bisa kulihat wajah merah penuh amarah Nadya, karena kedua orang itu telah berani menghina ibunya.

Lalu, tak lama kemudian suara langkah tergesa menuju pintu disertai dengan umpatan dari Bu Anik dan Kak Mila menghiasi indra pendengaranku.

Namun, aku bersyukur, kedua orang itu berhasil keluar dari rumah yang penuh kedamaian ini.

****

Setelah kepergian wanita yang menjadi mertua dan iparku itu pergi, tak dapat kutahan lagi laju air mata yang sedari tadi menggenang di pelupuk mata ini.

Sambil menyembunyikan wajah dengan tangan, aku menumpahkan sesak di dada.

Setelah beberapa saat menumpahkan kekesalan dan kesedihan, otakku terus menyugesti hati agar diriku tetap kuat dan tidak boleh menangisi hal ini. Sudah cukup semua ini. Kalau tidak memandang ini rumah Bu Sarti, sudah kuporak-porandakan mereka berdua dari tadi juga.

Aku Harus secepatnya pulang ke kampung agar tidak jadi bulan-bulanan Bu Anik dan Kak Mila. Bu Sarti menyetujui dan berniat mengantarkanku pulang kampung. Kami berencana berangkat minggu ini berarti dua hari lagi aku akan pulang. Rencana awal aku akan pulang sendiri, akhirnya batal, karena wanita baik itu tak membiarkanku untuk meninggalkan rumah ini sendirian. Namun, berhubung besok beliau ada kepentingan yang tak bisa ditinggal, jadi mau tidak mau aku harus mengikuti waktu santainya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status