Saat aku melihat sekeliling, posisi tempat yang dulu, ternyata rumah orang tuaku yang dulu sudah tidak ada. Kini, berubah menjadi bangunan yang di depannya tertulis Rumah Potong Ayam.Kaki ini melangkah mendekati rumah tersebut, Bu Sarti mengikuti dari belakang. Terlihat beberapa orang sedang melakukan aktivitas pekerjaan dan terlihat ada mesin pembersih ayam dan yang lainnya. "Permisi, Mas ... maaf mau bertanya, yang punya rumah ini dulu ke mana, ya? Pak Darminto," ucapku dengan sopan pada salah seorang pria yang berada di tempat itu."Maaf. Saya tidak tahu," jawab pria itu sekenanya, sepertinya, terganggu akan kedatanganku, mereka terus fokus bekerja.Aku mencoba keliling. Seribu pertanyaan bersarang di hati ini, tetapi entah kenapa, perasaanku mengatakan ada sesuatu yang terjadi.Ya Allah ke mana orang tuaku. Dan, ke mana rumah dimasa kecilku? Pertanyaan itu seperti bergema di hati ini."Ayo, Yati, coba kita tanya beberapa tetangga sekitar sini, tidak mungkin mereka tidak tahu. Pas
Bu Sarti Dan Bu Isur memapah tubuh ringkih ini untuk duduk di kursi yang berada dalam ruang tamu rumah ini.Dengan tergesa Bu Isur pergi ke arah dapur dan kembali lagi dengan memegang segelas teh hangat lalu diberikan padaku. "Bu, di mana makam Bapak dan Ibu," ucapku lemah setelah meminum sedikit, teh hangat yang diberikan Bu Isur tadi. "Setelah makan siang, Ibu akan mengantarkan kamu ke sana, sekarang kamu istirahat dulu," ucap Bu Isur sambil menatapku iba dan penuh kasih sayang. "Iya Yati, kamu istirahat dulu, apalagi kamu sedang mengandung, perhatikan juga kesehatan kamu dan janin yang sedang kamu kandung," timpal Bu Sarti. Rasanya kaki ini ingin segera pergi melangkah ke tempat peristirahatan Bapak dan Ibu yang terakhir. Namun, apa yang dikatakan Bu Sarti dan Bu Isur ada benarnya, aku tidak boleh egois, ada janin yang sedang kukandung dan harus diperhatikan kondisinya. Sejak tadi, tegang dan sakit yang kurasai pada perut dan bagian punggung ini, mungkin ini alarm tubuh untuk
Terima-kasih buat kalian yang sudah mau membuka kunci, semoga Allah memberikan rezeki berlimpah buat kamu ya, sehat selalu dan sukses selalu buat kita semua. Selamat Membaca. Malam itu aku bertamu ke rumah Pak Salman. Ingin menanyakan perihal rumah kedua orang tuaku yang dibelinya melalui Mas Arjuna.Aku berangkat ditemani Pak Darwin dan Bu Isur, sedangkan Bu Sarti atas saranku beliau istirahat dulu karena besok pagi kembali ke kota. Aku tidak ingin orang yang sudah kuanggap ibu bagiku jatuh sakit karena terlalu capek."Assalamualaikum, Pak," ucap Darwin."Waalaikumsalam, silakan masuk, Pak Darwin. Ada apa, nih malam-malam bertamu ke rumah bersama istri dan––“ Dia menghentikan ucapannya saat melihatku. "Yati? Kamu, Yati, ‘kan, anak almarhum Pak Darminto?”"Iya, Pak" jawabku sopan sambil membungkukkan badan tanda hormat kepada beliau."Ayo. Ayo, silakan duduk ...," ucapnya.“Dengan tidak mengurangi rasa hormat, saya ingin bertanya kepada Bapak, perihal rumah almarhum kedua orang tua
Setelah siuman aku menangis sejadi-jadinya di depan Pak Hakim agar gugatanku diterima. Bu Sarti juga memberikan saksi dan kubongkar semua kedok Mas Arjuna dan aku siap memberikan bukti kalau dia sudah menipuku.Saat itu aku mengingat Pak Salman yang akan memenjarakan Mas Arjuna.Pasangan ibu dan anak itu kaget saat kubongkar penipuan yang dilakukan Mas Arjuna terhadap peninggalan almarhum kedua orang tuaku. Akhirnya hakim memutuskan sidang tahap dua akan dilakukan.Di luar pengadilan entah setan apa yang merasuki Bu Anik, wanita separuh baya itu meludahi wajah Bu Sarti dan didorongnya hingga jatuh tersungkur. Usia yang tidak muda lagi, membuat wanita berhati emas itu tidak bisa menyeimbangkan tubuh saat diserang secara membabi buta."Kamu sudah naik haji, tapi kelakuanmu seperti Dajal, ya. Tidak usah ikut campur urusan keluarga kami!" ucapnya" Hei, sekali lagi kamu berbuat kasar pada Bu Sarti, awas kamu ya, wanita iblis! Bu Sarti sekarang menjadi keluarga saya, dan ibu, kita sudah ti
Pov: ArjunaYati si gadis kampung. Aku pertama kali melihatnya saat tugas pekerjaan di kampung halamannya. Dia begitu sederhana dan bersahaja.Saat itu, aku baru saja putus dengan kekasihku yang sudah lima tahun terjalin. Tiara, gadis kota yang cantik dan memesona, berasal dari keluarga berada.Hubungan kami kandas saat kedua orang tuanya tidak merestui, dan Tiara akhirnya dijodohkan dengan anak Walikota pada saat itu dan Tiara menyetujuinya, dan aku ditinggalkan.Aku frustrasi dan meminta kepada perusahaan kalau ada pekerjaan ke luar kota biar aku saja yang ditugaskan.Kembali lagi Ke Yati. Wanita ini sungguh menarik perhatianku dengan keluguan dan kepolosannya.Setiap berjalan selalu menunduk dan saat disapa tubuhnya gemetaran grogi, geli sekali aku melihatnya.Berbeda dengan gadis kota pada umumnya yang selama ini kukenal. Namun, di balik sikap polosnya, ada daya tarik tersendiri yang mampu membuatku terpana.Pernah suatu hari ketika aku mencuri kesempatan untuk mengajaknya makan d
Gawaiku berdering, kulihat dari layar nama Pak Salman yang sedang menghubungi."Assalamualaikum, Pak," jawabku sopan."Waalaikumsalam, Yati. Kamu apa kabar, Nak?” tanyanya dari seberang telepon."Alhamdulillah, baik, Pak.""Begini, Nak, Bapak sudah memasukkan surat laporan penipuan Arjuna. Jadi Bapak butuh kerja sama denganmu, Nak. Bapak butuh surat pernyataan kamu." Beliau menceritakan semua prosesnya."Baik, Pak, apa yang harus saya lakukan?” tanyaku setelah mendengar penjelasan dari lelaki yang telah membeli rumah peninggalan orang tuaku itu."Besok kamu datang ke kantor pengacara Bapak di kota. Nanti alamatnya Bapak SMS kamu, ya.""Baik, Pak." Telepon pun terputus, dan SMS datang sesaat setelah perbincangan melalui telepon itu berakhir, berisikan sebuah alamat. ***Pagi itu aku berangkat menuju kantor pengacara ditemani oleh Bu Sarti mengendarai taksi online, karena aku masih belum hafal betul dengan kota ini. Bu Sarti menemaniku, agar wanita itu tidak bosan juga di rumah. Itu a
Aku mendapat surat panggilan dari kepolisian terkait kasus penipuan yang dilakukan Mas Arjuna. Sebelumnya Pak Salman sudah memberi tahu, polisi hanya menanyakan beberapa pertanyaan saja.Aku mendatangi kantor polisi ditemani oleh Nadya. Seperti yang diucapkan Pak Salman, pihak kepolisian hanya mengajukan beberapa pertanyaan kepadaku dan kujawab dengan sejujurnya.Beberapa hari kemudian sepulang dari tempat kursus, aku mendengar kabar bahwa Mas Arjuna ditahan untuk sementara waktu sampai jadwal pengadilan tiba. Baru bisa ditentukan berapa lama Mas Arjuna harus berada di tahanan. Mungkin bisa lima tahun bahkan sepuluh tahun.Dengan ditahannya Mas Arjuna, mungkin bisa meringankan gugatan perceraianku karena bukti alasan untuk berpisah dengannya sudah sangat kuat. Aku menunggu saat pengadilan agama menyatakan secara resmi dan tertulis bahwa kami bercerai. Agar lebih tenang dan fokus menata masa depan dengan calon bayi yang ada dalam kandunganku.Biarlah kami hidup berdua saja, mungkin set
Siang itu anak keduaku––Arjuna menelepon. Dia ingin menikah dengan gadis kampung. Aku sangat terkejut dengan kabar yang disampaikannya. Begitu frustrasinya dia setelah putus dari Tiara. Sampai ingin menikahi gadis yang berasal dari desa.Impianku mempunyai besan dari keluarga terpandang pupus sudah. Awalnya Arjuna mempunyai kekasih bernama Tiara berasal dari keluarga berada. Orang tuanya memiliki pabrik batik dan Tiara merupakan keponakan Walikota. Aku membayangkan jika Arjuna menikah dengan gadis itu, pasti pestanya meriah dan dihadiri oleh Bapak Wali Kota. Betapa bangganya aku, yang bisa pamer kepada ibu-ibu di sini dan teman-teman arisanku.Ah, pasti derajat ini naik dan bisa berjalan sambil menaikkan dagu sambil memandang rendah orang lain. Anakku, Arjuna yang ganteng dan sudah bekerja di sebuah perusahaan ternama, harus mendapatkan jodoh yang sempurna.Dulu dia memperkenalkan wanita cantik itu sebagai kekasihnya. Bisa kulihat dari penampilannya sangat berkelas sekali memakai tas