Share

Broken
Broken
Author: Aquarius

Masalah

Pagi yang sibuk kembali menyapa Yandi dan keluarganya. Semua anggota keluarga pun sibuk bersiap untuk pergi. “Ma, nanti Yeri ke sekolah bareng sama mama, ya,” pinta Yeri dengan suara imut. 

“Yeri, mama gak bisa antarin kamu ke sekolah. Nanti kamu minta diantarin sama kak Yani atau kak Yandi aja, ya” ucap sang Mama menolak permintaannya.

Namun Yeri tak menyerah dan terus mencoba. “Kalau gitu papa aja, ya.” Kali ini, ia beralih ke papanya. 

“Papa gak bisa. Minta kakak-kakak kamu aja yang antarin.” Hati anak itu langsung hancur saat mendapat penolakan dari kedua orang tuanya.

Wajah Yeri menjadi kusut setelah mendapat penolakan. Ia segera meninggalkan ruang tamu dan bergegas menuju kamarnya sambil menahan air matanya.

Setelah semua orang pergi, kini Yandi bersiap untuk berangkat ke sekolah. Saat sedang bersiap, Yandi mengkhawatirkan adik kecilnya. “Yeri udah ke sekolah belum, ya?” tanya Yandi pada dirinya sambil mengenakan seragam.

“Apa gue cek aja ke kamarnya. Siapa tahu dia masih ngambek kayak kemarin-kemarin.” Yandi yang telah selesai bersiap, segera menuju kamar Yeri yang berjarak beberapa langkah dari kamarnya.

 

“Yer... Yeriii” ucap Yandi sambil mengetuk pintu kamar Yeri, namun tak ada jawab darinya. 

“Yerrr, lo mau ke sekolah gak sih?” Amarah Yandi mulai tak tertahankan saat adiknya tak menjawab panggilannya.

“Gak mau!!” teriak Yeri dari kamarnya. 

Amarah Yandi langsung meledak setelah mendengar jawaban adiknya. Pasalnya Yeri terlalu sering bertingkah seperti hari ini jika keinginannya tak terwujud.“Kenapa lagi, sih?” tanya Yandi kesal. 

“Mama sama papa tuh jahat! Mereka semua gak pernah mau dengarin Yeri! Pokoknya Yeri gak mau sekolah lagi!” teriak Yeri dalam tangisnya.

“Apa-apaan, sih! Gak usah kayak anak kecil bisa, gak! Lo itu udah SMP (Sekolah Menengah Pertama), gak usah kayak anak SD (Sekolah Dasar), deh!” Yandi tak habis pikir mendengar alasan adiknya, karena baginya masalah itu tak ada arti dimatanya.

“Biarin! Pokoknya gak mau sekolah!” teriak Yeri dengan suara seraknya. 

“Ya udah, terserah lo!” ucap Yandi lalu bergegas ke sekolah meninggalkan adiknya. 

Setibanya di sekolah, Yandi segera menuju ruang kelasnya. Seperti biasanya, ia dan kelima temannya selalu saja membuat keributan di kelas sebelum pelajaran dimulai.

Kelakuan Yandi dan teman-temannya tentu saja membuat mereka tidak di sukai oleh teman kelas lainnya. “Issss...” ucap seorang siswi saat melihat Yandi dan teman-temannya dari depan pintu kelas. 

“Kenapa sih, Rit?” tanya seorang siswi. 

“Lo tanya kenapa? Lo gak lihat Din, kelas masih pagi gini udah rusuh banget. Mereka tuh sebenarnya mau ngapain sih ke sini?” Siswi itu menjelaskan dengan penuh amarah kepada temannya-Dinda. 

“Ya udahlah Rit, sabar aja. Kayak lo gak tahu aja kebiasaan mereka,” ujar Dinda. Siswi itu merasa Yandi dan kelima temannya adalah kumpulan orang yang tidak penting, sehingga tak perlu memedulikan apa pun yang mereka lakukan.

“Dinda, teman gue yang paling pintar. Gue tuh bukannya gak tahu, tapi gue tuh emosi banget tiap kali lihat mereka. Emangnya lo gak ngerasa ke ganggu atau apa gitu?” ucap Rita kesal dengan tanggapan temannya.

“Ritaaaa teman gue yang paling cantik, bukannya gue gak ke ganggu tapi gue udah malas tegur mereka. Buang-buang tenaga tahu, gak. Lagian, entar lagi juga kita enggak bakalan lihat muka mereka lagi. Jadi sabar aja,” ucap Dinda lalu mereka pun memutuskan untuk masuk ke ruang kelas.

“Pagiiiii...” teriak Doni menyapa kedua siswi itu.

“Pagi,” balas Rita ketus.

Amarah Yandi langsung timbul saat Rita membalas sapaan temannya. “Lo kenapa? Teman gue nyapa lo baik-baik, loh?” tanya Yandi kesal. 

Amarah gadis itu pun ikut terpancing, saat Yandi menanyakan perihal sapa-menyapa. “Pake nanya lagi? Lo pada sadar gak, kalau lo semua itu rusuh banget. Sadar dong, kalian udah mau lulus,” ujar Rita meninggikan nada bicaranya.

Ucapan Rita pun langsung menyulut amarah Yandi, dan memulai pertengkaran. “Terus?” tanya Yandi bangkit dari duduknya. 

“Eh, Yan. Gue kasih tahu sama lo ya, alasan orang tua lo gak pernah mau datang ke sekolah kalau ada urusan orang tua murid. Lo tahu kenapa? Karena orang tua lo tuh malu punya anak rusuh kayak lo.” ucap Rita menjatuhkan Yandi.

Ucapan Rita benar-benar membuat darah Yandi mendidih. Ia yang tak terima dengan perkataan Rita pun memukul meja dan menunjuk Rita sambil membalas ucapannya. “Tahu apa lo? Lo siapa gue? Mama gue? Lo tuh bukan siapa-siapa gue, jadi gak usah bacot bisa gak! Untung aja lo cewek, kalau bukan udah gue banting lo di sini!” ucap Yandi dengan tegangan tinggi.

“Lo itu gak tahu apa-apa, jadi gak usah sok tahu dan ngomong yang gak jelas. Sekalipun orang tua gue gak suka sama gue, emangnya apa urusannya sama lo! Lo siapa gue? Gue tanya. Jawab! Lo siapa gue? Jawab!” Ucap Yandi mendesak Rita. Ucapannya langsung saja membuat siswi itu membisu dan menundukkan kepalanya.

Tangan Yandi kini mulai bergetar, menandakan emosinya akan segera meledak. Kelima temannya yang menyadari hal itu pun segera mengajaknya keluar dan menenangkannya. “Yan, lo kok emosi banget. Gak kayak biasanya?” tanya Doni. 

“Iya, padahal biasanya juga lo gak marah-marah kayak gini,” tambah Rino. 

“Gue lagi emosi ni, mendingan lo semua diam dulu.” ucap Yandi yang masih panas. 

“Ok,” ucap kelima temannya menyetujui permintaan Yandi.

Setelah menenangkan dirinya, Yandi dan kelima temannya kembali ke ruang kelas dan mengikuti pelajaran. Pelajaran hari ini adalah pelajaran yang dipenuhi dengan rumus-rumus, yaitu pelajaran matematika dan Kimia. 

Saat jam pelajaran sedang berlangsung, Yandi terus menatap ke arah papan tulis dengan tatapan kosong. “Yandi, ulangi pernyataan ibu barusan.” ujar guru yang sedang mengajar saat itu.

“Yandi, kamu dengar nggak?” ucap guru itu mengulangi pertanyaannya, karena Yandi tetap memandangi papan tulis itu tanpa memberi jawab atas pertanyaannya.. 

“Ya... bu?” Bukannya melakukan permintaan guru itu, Yandi malah balik bertanya. 

Hal ini pun memicu amarah guru tersebut “Kamu nggak dengar?” tanya wanita itu kesal.

“Dengar bu.” Dengan santai Yandi menjawab pertanyaan wanita itu. Pernyataan Yandi memanglah tidak salah, karena ia memang mengikuti penjelasannya dari awal. Namun, tatapnya menandakan seperti tak mengikuti penjelasan guru itu. 

Amarah wanita itu memuncak saat Yandi menjawab pertanyaannya. “Kenapa nggak jawab?” tanya wanita itu masih mencoba bersabar. 

“Jawab apa ibu? Kan tadi saya sudah jawab pertanyaan ibu. Terus saya harus jawab apalagi?” jawab Yandi dengan wajah tanpa dosa. 

“Ibu mau kamu ulangi penjelasan ibu dari awal,” ucap guru itu sambil menatap tajam siswanya dengan penuh amarah.

“Gak mau! Saya gak mau ngulang!” balas Yandi tegas.

Para sisiwa di kelas hanya menonton saat perbantahan antara Yandi dan guru itu berlangsung. Tak ada satu siswa pun yang ingin menghentikan perdebatan kedua orang itu, karena mereka tak ingin ikut terseret dalam masalah. 

Kesabaran guru itu kini sudah mencapai batasannya. “Kamu keluar dari kelas sekarang!” Wanita itu mengusir Yandi dari kelas dengan sangat kesal. Mengusir siswa seperti Yandi dari ruang kelas adalah hal yang biasa dilakukan para guru yang tak ingin berbantahan dengannya. Menurut mereka menasihati siswa sepertinya hanyalah membuang waktu, sehingga mereka lebih memilih untuk mengeluarkannya dari kelas. Namun Yandi bukanlah siswa yang akan mematuhi perkataan mereka.

“Kenapa bu? Kan saya mau belajar, bu. Saya bayar uang sekolah buat belajar, bukan buat keluar kelas,” ujar Yandi percaya diri.

Inilah yang harus dihadapi para guru jika ingin mengeluarkan Yandi dari ruang kelas. Berbantahan dengan Yandi memang membutuhkan kesabaran ekstra. “Memangnya kamu dengar semua penjelasan saya?” tanya wanita itu geram. 

“Dengar kok bu.” jawab Yandi santai. Yandi memang mengikuti semua penjelasan terkait materi yang diberikan. Namun ia langsung memblokir pendengarannya, saat guru itu mulai menyelipkan beberapa nasihat dalam penjelasannya.

“Kalau gitu, kamu ulangi semua penjelasan saya dari awal,” ucap guru itu menantang Yandi.

Bukannya menuruti perkataan guru itu, Yandi malah membantahnya dengan wajah tanpa dosa. “Kok gitu, bu? Ibu keterlaluan. Masa aku harus ngulangin lagi?”

Perkataan Yandi benar-benar membuat kesabarannya habis. “Kamu ikut saya ke ruang kepala sekolah sekarang!” Wanita itu langsung berjalan mendekati Yandi yang duduk di pojok kelas.

“Ngapain bu?!” tanya Yandi kesal.

“Ikut ibu sekarang,” ucap wanita itu sambil menarik Yandi keluar bersamanya

Aquarius

Happy readers🤗

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status