Share

Hari Senin

Setelah semua keributan yang terjadi, tak ada satu orang pun yang menghampiri meja makan untuk sarapan, kecuali Yeri. Ya, hanya putra bungsu  keluarga ini saja yang datang untuk menyantap sarapan. 

Di sisi lain rumah itu, semua orang sedang bersiap untuk menjalani rutinitas mereka. Yandi sedang bersiap ke sekolah dan Yani bersiap ke kampus. Sedangkan kedua orang tua mereka sudah berangkat lebih awal untuk bekerja.

“Bi, bibi mau temanin Yeri sarapan gak?” tanya Yeri sambil menahan air matanya. 

Hati Ami langsung luluh, begitu remaja itu menghampirinya yang sedang merapikan dapur. “Iya tuan. Bibi mau temanin, kok,” ujar wanita itu penuh kelembutan.

Tak masalah bagi Yeri jika ia makan berdua bersama Ami, karena yang dibutuhkannya saat ini adalah seseorang yang bisa menemani.

Yandi dan Yani yang tak sengaja melihat pemandangan itu sama sekali tak merasa terganggu. Pasalnya jika kedua orang tua mereka melihat asisten rumah tangga duduk di tempat yang sama dengan mereka, pastinya akan menimbulkan masalah baru. 

“Bi, aku berangkat,” ujar Yandi menyapa bi Ami.

“Loh, ini aja baru jam enam pas loh tuan. Tuan muda yakin mau berangkat sekarang?” tanya Ami.

“Yakin bi. Aku berangkat dulu,” ucap Yandi menjawab pertanyaan Ami dan bergegas berangkat ke sekolah.

“Lo makan yang cepat. Gue tunggu di mobil,” ucap Yani dan ikut berlalu dari ruang makan.

Setelah menghabiskan sarapannya, Yeri pun berangkat ke sekolah bersama Yani. “Bi, aku juga berangkat,” ujar Yeri dan bergegas menemui Yani yang sedang menunggunya di halaman.

Hati Ami terasa sedih saat melihat hal-hal yang terus dialami oleh keluarga ini. “Kasihan banget anak-anak ini. Padahal mereka semua itu anak-anak yang baik. Seandainya aja tuan sama nyonya ngerawat mereka dengan baik, pasti mereka gak bakalan kayak gini,” ucap Ami perlahan meneteskan air matanya.

Sekilas terlintas di pikiran Ami, jika saja ia sudah menjadi asisten rumah tangga keluarga ini sejak lama, pastinya ia bisa merawat mereka dengan baik. Ingin rasanya ia bisa menasihati anak-anak itu, sayangnya hati mereka terlalu keras untuk menerima sebuah nasihat.

                               *********

Hari Senin yang identik dengan upacara datang lagi. Untuk sebagian siswa yang tak suka upacara memang sangat tak menyukai hari ini, dan Yandi adalah salah satunya.  

Yandi yang telah berangkat dari rumah sejak jarum jam menunjukkan pukul enam tepat, tiba di sekolah saat jam delapan tepat. Keterlambatannya pun mendatangkan hukuman baginya. Namun, itulah yang ia inginkan. Ia lebih memilih di hukum dari pada harus mengikuti upacara. 

Yandi yang memang tak ingin mengikuti upacara, sengaja memperlambat langkah kakinya. hal ini dilakukannya, agar ia tak datang tepat waktu atau beberapa saat sebelum upacara akan di mulai. 

Para guru yang bertugas pada hari Senin juga sudah tahu, bahwa Yandi akan terlambat dan tidak mengikuti upacara. Mereka juga merasa bosan menghukumnya, karena hukuman apa pun tak akan membuatnya datang lebih awal saat hari Senin. Mereka juga tahu, bahwa ia jarang datang terlambat di hari lain.

Dengan wajah datarnya yang menggambarkan tak ada semangat hidup, Yandi segera menuju kamar mandi siswa dan membersihkannya. Itulah hukuman yang diterimanya atas keterlambatannya. Tak hanya Yandi kelima temannya, yaitu Doni, Rino, Andi, Andre, dan Agus mendapat hukuman yang sama. Keenam orang itu pun menyelesaikan hukuman mereka bersama.

“Yan, sorry banget, ya. Pas bu Dina marahin kita gak bantuin,” ujar Rino menyesal.

“Kan gue yang suruh lo semua gak usah ikut campur kalau gue dapat masalah. Jadi lo gak perlu minta maaf,” balas Yandi. Yandi memang sengaja meminta teman-temannya tak terlibat dalam masalahnya, karena ia tahu mereka bisa saja dikeluarkan dari sekolah jika terus berbuat onar. Berbeda dengan dirinya, sekalipun ia selalu berbuat onar. Pihak sekolah tak akan mengeluarkannya.

“Lagian lo kenapa sih nyuruh kita kayak gitu?” tanya doni penasaran.

“Entar juga lo pada bakalan tahu,” jawab Yandi semakin membuat kelima temannya penasaran.

Setelah membersihkan kamar mandi, ia dan kelima temannya segera menuju ruang kelas. Saat tiba di ruang kelas, pelajaran telah di mulai, dan lagi-lagi mereka harus menerima hukuman.

“Kenapa baru datang?” tanya bu Rika salah satu guru yang di kenal tak pernah memberi toleransi terhadap keterlambatan.

“Baru selesai bersihin kamar mandi, bu,” jawab Agus santai. 

“Kalian tidak ikut upacara lagi?” Tak heran jika bu Rika memberikan pertanyaan itu, karena mereka memang tak pernah mengikuti upacara sejak kelas XI.

“Yah... gitu bu. Habis mau gimana lagi, bu. Kan kita terlambat.” Pernyataan Andi membuat mereka mendapat hukuman baru. Jika ia tidak menjawab sebenarnya mereka tak akan di hukum, melainkan di larang masuk ke kelas saat pelajaran berlangsung.

Namun apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur. Keenam siswa itu harus menerima hukuman lagi.

“Masuk kalian,” perintah bu Rika. Keenam siswa itu pun menurut dan masuk tanpa tahu maksud yang sebenarnya. 

“Kalian berdiri di depan selama saya mengajar. Jangan lupa angkat satu kaki kalian,” ujar bu Rika memberikan hukuman.

Dengan wajah yang super datar tanpa ekspresi, keenam orang itu pun menyelesaikan hukuman mereka hingga jam pelajaran berakhir.

Setelah jam pelajaran berakhir, ia dan kelima temannya pun melakukan kebiasaan mereka membuat keributan di ruang kelas saat jam istirahat. Padahal baru saja mereka menjalani hukuman berturut-turut. Namun mereka tak peduli dengan apa yang telah terjadi. Bahkan mereka bertingkah seolah semuanya tak pernah terjadi. Mereka sibuk menceritakan apa pun yang terbesit di pikiran mereka dan menertawakannya bersama-sama, entah cerita itu nyata maupun hanya khayalan mereka saja.

Beberapa teman kelas mereka yang memilih diam di kelas ketimbang keluar saat jam istirahat, merasa sangat terganggu dengan tingkah mereka. Mereka yang tak tahan melihat tingkah keenam orang itu, menegur Yandi dan kelima temannya. Tak hanya menegur, bahkan ada yang memukul Agus salah satu temannya karena mereka tak menghiraukan teguran itu.

Amarah Yandi langsung meluap saat temanya mendapat pukulan di wajahnya. Ia pun segera melayangkan tinjunya pada seorang siswa yang memukul temannya. 

Balasan yang diberikan Yandi membuat siswa itu ikut membalas dengan pukulan di wajahnya, namun ia berhasil menahan pukulan siswa itu. Situasi saat itu seketika berubah menjadi perkelahian antara Yandi dan teman sekelasnya. Beberapa siswa sibuk menonton, sedangkan kelima teman Yandi berusaha menahannya. 

Namun mereka tak sanggup menahan Yandi yang sangat berapi-api kala itu. Akhirnya mereka pun ikut larut dalam perkelahian. Beberapa siswa yang ikut menjadi penonton, akhirnya berinisiatif untuk melaporkan kejadian itu pada guru BK (Bimbingan Konseling).

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Adeknya Dreamis💚
jadi ingat pas dulu sklh. psti ada aja yg sering telat dan gak ikut upacara
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status