Share

Lomba Cerdas Cermat

Hari ini Yandi pulang bersama sebuah surat cinta dari sekolah, namun tak ada yang memedulikannya. Ia meletakan surat itu begitu saja di atas meja kamar kedua orang tuanya. Tetapi, tak seorang pun dari kedua orang tuanya yang menyentuh surat itu, apalagi melihatnya.

Sesaat sebelum makan malam tiba, Yena melihat surat itu. Namun, ia malah membuangnya tanpa membaca. “Gak mungkin ada kabar baik kalau Yandi dapat surat.” Ia menuju meja makan setelah membuang surat itu, di tempat sampah yang berada di samping meja itu.

“Bi Ami, tolong siapin makan malamnya sekarang,” ucap Yena sambil memainkan ponselnya.

“Baik nyonya,” ucap wanita berambut pendek itu segera menyiapkan malam.

Aroma sedap kini mulai bermunculan saat menu makan malam telah tersedia di atas meja. Mulai dari Ayam Woku, Ayam Geprek, Ayam Bakar Madu, dan Ayam Kecap menghiasi meja makan malam itu.

“Bi, ini kok menunya ayam semua? Bibi gak salah masak, kan?” tanya Yani heran saat melihat meja makan yang dipenuhi oleh segala jenis ayam.

“Enggak non. Bibi masakin ini semua sesuai permintaannya tuan muda Yeri, non,” jawab bi Ami dengan senyum tipis di bibirnya. Ia takut jika dirinya akan dimarahi karena mengikuti keingingan Yeri.

“Oh... oke. Makasih bi,” ujar Yani singkat. Baginya tak masalah makanan apa pun yang disediakan, asalkan makanan itu dapat diterima tubuhnya.

Yani memang memiliki masalah pada beberapa makanan. Sehingga ia terlihat seperti orang yang terlalu pemilih dalam hal makanan. Namun kenyataan tak seperti itu, gadis ini pun ingin memakan apa pun tanpa harus memilih-milih terlebih dahulu. Tetapi ia terlalu mudah alergi terhadap suatu makanan.

Berbeda dengan reaksi putri sulungnya, Yudi justru bereaksi berlebihan saat melihat menu makan malam itu. “Bi, ini ayam semua? Bibi gimana sih? Kok masak ayam sebanyak ini?” teriak Yudi begitu ia tiba di depan meja makan.

Tak seorang pun yang mau menanggapi perkataan papa mereka, kecuali Yandi. Yeri dan Yani sudah menyantap makanan itu dengan tenang. Sedangkan Yena asyik memainkan ponselnya sambil sesekali menyuapi makanan ke dalam mulutnya.

Yandi yang baru tiba di meja makan pun langsung menanggapi perkataan papanya. “Yaelah... tinggal makan aja repot banget sih, pa. Kalau papa gak mau makan semua, ya makan yang papa mau makan aja. Lagian gak ada yang nyuruh papa buat makan semuanya, kan?” ujar Yandi sambil menarik kursi di sebelah kiri Yani dan segera bersiap makan.

“Lagian papa kan gak kayak kak Yani. Ngapain rempong banget perkara makanan doang, sih?” ucap Yandi di sela-sela suapannya.

Tak ada yang bermasalah dengan menu makan malam hari ini, baik itu Yena dan ketiga anaknya. Yudi yang merasa kesal saat melihat semua menu makan malam pun berjalan keluar meninggalkan rumah. Ia lebih memilih untuk makan di luar rumah.

Kepergian tuan besarnya, membuat wanita berusia tiga puluh tahun itu benar-benar merasa bersalah. Namun, ia ingin menghibur tuan muda keluarga itu yang sedang bersedih hatinya.

Makan malam kini telah berakhir, dan seperti biasanya semuanya kembali dengan teratur ke kamar mereka masing-masing. Yudi yang memilih untuk makan di luar pun kini telah kembali. 

“Bi, lain kali kalau masak yang benar! Ngerti?” ujar Yudi memberi peringatan.

“Pa, kalau papa mau marah, marahin Yeri sana. Kan bibi cuma ikutin apa maunya anak itu. Bibi gak masak sesuka hatinya bibi. Papa jangan marah-marah sembarang dong,” ujar Yandi menanggapi perkataan papanya. Menurutnya bi Ami tak pantas disalahkan, karena ia hanya melakukan semuanya sesuai permintaan Yeri.

“Lagian kalau papa gak suka, ya tinggal minta bibi masak yang lain. Gitu aja kok repot. Lagian cuma perkara makanan doang juga, dipermasalahin segitunya banget.” Mulut Yandi rasanya sangat gatal mengomeli papanya. Ia pun terus melanjutkan omelannya.

“Nanti kalau bi Ami gak masak yang diminta Yeri, entar salah. Udah dimasak juga salah. Terus papa tuh maunya apa? Papa sama mama sendiri yang bilang di bi Ami, kalau bi Ami harus turutin permintaan kita. Nah, makanan tadi kan hasil dari omongan papa sama mama. Terus ngapain salahin bibi. Salahin diri sendiri dong.” Nafas Yandi begitu panjang saat menceramahi papanya. Ia pun membuat Yudi hanya terdiam, karena dirinya tak memberi jeda agar Yudi membalas ucapannya.

Ucapan putranya langsung membuat pria itu kesal. Ia langsung meninggalkan bi Ami dan Yandi di dapur, dan menuju ke kamarnya.

“Makasih ya, tuan. Tapi tuan harusnya gak usah belaiin saya,” ujar Ami merasa tak enak hati.

“Saya gak ngebelain siapa-siapa, bi. Saya cuma ngomong yang sebenarnya doang, kok,” ujar Yandi santai.

“Kalau gitu aku tidur dulu, bi. Bibi juga buruan tidur,” ujar Yandi lalu berlalu menuju kamarnya.

Beberapa saat setelah ia beranjak menuju kamarnya, Yandi kembali lagi ke dapur karena rasa haus yang tak tertahankan. Setibanya di dapur, ia melihat ponsel bi Ami terus bergetar.

Yandi langsung berteriak-teriak memanggil bi Ami, namun wanita itu tak menjawab panggilannya. Tangan Yandi pun langsung bergegas mengambil ponsel bi Ami yang terus saja bergetar sedari tadi. Ia melihat begitu banyak panggilan tak terjawab dengan nama Reina. Yandi langsung menjawab panggilan itu, ketika nomor yang sama kembali menelepon bi Ami.

Saat ia menjawab panggilan itu, terdengar suara seorang wanita yang merdu sedang menyanyikan sebuah lagu, yang pastinya ditujukan pada Ami. “Selamat ulang tahun... selamat ulang tahun... selamat ulang tahun mama... selamat ulang tahun. Selamat ulang tahun untuk mamaku...” Beberapa saat Yandi terdiam mendengarkan suara merdu wanita itu. Entah mengapa hatinya merasa tenang saat mendengar suara merdu itu.

“Ha... halo?” ucap Yandi yang tiba-tiba gugup tanpa alasan.

“Halo? Kok cowok ya? Ini siapa?” tanya wanita itu melalui sambungan telepon.

“Saya anak di tempat mama kamu kerja,” jawab Yandi.

“Oh... ya ampun. Ma... maaf banget,” ucap wanita itu terbata-bata.

“Gak, gak. Harusnya aku yang minta maaf. Aku udah main angkat aja. Soalnya dari tadi aku udah manggil-manggil bi Ami tapi gak dijawab, jadi aku angkat aja,” ujar Yandi menjelaskan alasannya.

“Oh... gak papa kok.”

“Ya udah, nanti aku kasih tahu ke bi Ami,” ucap Yandi dan segera mengakhiri panggilan telepon itu.

Sesaat setelah panggilan telepon itu berakhir, asisten rumah tangga keluarga itu menampakkan dirinya. “Bi, hari ini bibi ulang tahun?” tanya Yandi begitu wanita itu berjalan mendekatinya.

“Iya tuan. Tuan tahu dari mana?” tanya Ami penasaran.

“Tadi ada yang nelepon bibi, terus nyanyiin lagu selamat ulang tahun. Sebenarnya tadi aku gak mau angkat, tapi HP bibi getar mulu. Terus pas aku lihat ada sekitar dua belas panggilan, bi. Maaf ya, bi,” ujar Yandi panjang lebar memberi penjelasan.

“Gak papa kok, tuan muda. Pasti itu anak bibi yang nelepon. Soalnya kalau pagi, dia pasti sibuk sekolah. Jadi malam baru dia bisa telepon bibi.”

“Tapi ini kan udah jam sepuluh, bi.”

“Tapi belum lewat loh, tuan,” ujar bi Ami diikuti anggukan Yandi.

“Selamat ulang tahun ya, bi,” ucap Yandi singkat memberi selamat, dan segera berlalu dari dapur.

Senyum di wajah wanita itu pun tak tertahankan saat mendengar ucapan selamat dari Yandi. Wanita itu pun segera menghubungi putrinya setelah Yandi memberitahu perihal telepon tersebut.

                                    *******

Pagi ini semua anggota keluarga meninggalkan kediaman mereka tanpa menyantap sarapan. Entah apa yang terjadi saat malam, hingga membuat semua anggota keluarga itu bangun terlambat. Inilah yang menyebabkan meja makan tak disinggahi seorang pun karena terburu-buru.

Beberapa menit sebelum berangkat sekolah, Yandi mencoba mengecek ponsel untuk memastikan bahwa dirinya belum terlambat. Begitu ia membuka ponselnya, ia mendapat sebuah pesan tak terduga dari kepala sekolah yang menyetujui semua permintaannya, asalkan dirinya mau mengikuti perlombaan itu.

Ternyata pesan itu telah dikirim oleh pimpinan sekolah itu sejak kemarin sore, hanya saja Yandi tak mengecek ponselnya. Ia merasa senang saat membaca pesan tersebut. Dengan senyum kemenangan di wajahnya, Yandi langsung berangkat dengan terburu-buru.

Yandi yang sudah terlambat mempercepat langkah kakinya. Namun seberapa kuat pun ia berlari, ia akan tetap terlambat. Yandi akhirnya memutuskan untuk menggunakan angkutan umum, agar ia tak membuang tenaganya. 

Pilihan Yandi menggunakan angkutan umum sangat tepat. Ia tiba di sekolah tepat sebelum tanda masuk dibunyikan.

Setibanya di sekolah, Yandi langsung diarahkan oleh satpam menuju aula sekolah. Setibanya di aula, tampak semua siswa yang menjadi peserta lomba dan guru pendamping sedang berkumpul.

Kepala sekolah juga ikut berkumpul di aula. Ia juga memberikan beberapa kata-kata untuk menyemangati peserta lomba cerdas cermat hari ini. Begitu pimpinan sekolah itu selesai berbicara, para peserta lomba dan guru pendamping bergegas berangkat menggunakan bus sekolah.

Tak hanya peserta dan para gur pendamping yang berada dalam bus itu. Beberapa siswa yang dipilih dari tiap kelas pun berada dalam bus itu. Siswa-siswa itu bertugas sebagai penyemangat untuk peserta lomba hari ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status