Share

Dortheo dan Balas Dendam

Di sebuah kerajaan yang sangat maju dan modern yang hidup dalam kemakmuran dan kesejahteraan. Hari ini, merupakan ulang tahun sang raja yang ke-52 tahun. Sang raja mengumumkan lewat media manapun bahwa ada sebuah perayaan besar untuk merayakan ulang tahun sang raja. Semua rakyat dari latar belakang manapun diundang tanpa terkecuali untuk merayakan bersama.

Perayaan itu akan diadakan minggu depan dan seluruh rakyat penuh antusias mendengar kabar penuh suka cita tersebut. Berbagai sosial media sedang trending karena pengumuman perayaan ulang tahun sang raja.

Orang-orang masih antusias dalam persiapan pesta ulang tahun sang raja. "Apakah kamu ikut merayakan ulang tahun sang raja?" Ujar salah satu siswa yang tengah menikmati waktu makan siang sekolah. Bersama kedua temannya yang tengah sibuk makan yang dibawakan dari rumah mereka. "Tentu saja!! Aku ingin melihat Putri Cecilia."

"Sama!! Aku penasaran tuan putri nanti pakai gaun apa, ya..."

"Bisa-bisa gaun yang beliau kenakan akan populer di media selama 2 minggu." Ketiga siswi itu terus membahas soal Putri Cecilia. Tidak hanya kaum muda, orang-orang dewasa juga membahas soal perayaan besar itu. Mereka tidak sabar untuk pergi ke istana dan menimati makanan-makanan yang paling enak buatan koki paling hebat dan bayarannya yang paling tinggi.

Semua orang masih membahas pesta itu hingga hari sudah tiba. Istana sekarang semakin ramai dengan datangnya seluruh rakyat yang tengah suka cita. Meski gratis dan siapapun boleh datang, penjagaan juga harus ketat dan ada beberapa larangan ketika berada di pesta.

Beberapa saat kemudian, perayaan besar itu akhirnya tiba. Semua tamu yang datang itu menikmati acara dengan penuh sukacita. Dekorasi yang megah, makanan yang enak, dan diiringi dengan alunan musik klasik menambah suasana kebahagiaan di pesta.

Sang raja dan putrinya tiba di tengah acara. Banyak orang yang sudah menantikan dua orang penting itu terpukau dengan ayah-anak itu. Terutama Putri Cecilia. Gaun bewarna kuning pastel dengan berbagai renda sebagai pemanis gaun, serta rambut cokelat terurai dengan indah. Memakai mahkota dari batu kristal langka dan berkulitas tinggi.

Dalam sekejap, penampilan Putri Cecilia menjadi topik yang panas. Apapun tentang sang putri, semua orang akan membahas dia.

"Para hadirin sekalian, terima kasih banyak atas kedatangan kalian semua. Di hari ulang tahun saya ini, semoga kesejahteraan kerajaan kita dan kalian semua selalu diberkati." Sang raja memberikan ucapan sebelum pesta kembali berlanjut.

"Silahkan kalian nikmati acaranya." Acara itu pun kembali meriah dan orang-orang kembali ke aktivitasnya kembali. "Mereka semua terlihat senang, ayah." Ucap Putri Cecilia kepada ayahnya. Sang raja tersenyum lembut ke arah putrinya. "Ayah senang jika mereka senang, nak." Ucap sang raja.

Sang raja melirik ke arah beberapa pemuda dari kalangan bangsawan yang sudah siap menunggu Cecilia untuk berdansa. "Temui mereka, tuan putri. Mereka sudah menunggumu untuk berdansa." Putri Cecilia mengangguk kecil dan segera menghampiri para pemuda yang tengah berdiri untuk menunggu sang putri.

Acara berlangsung meriah dan penuh tawa, namun di luar istana, sebuah pesawat besar dan misterius tiba-tiba muncul dan menghampiri ke area istana. Para penjaga yang sedang bertugas melihat ke arah pesawat asing dan segera melamporkan ke atasan mereka. Namun, sayangnya pesawat tersebut mengeluarkan amunisi peluru besar dan menjatuhkan ke arah bawah.

Amunisi peluru besar itu adalah bom dengan kekuatan yang besar. Dijatuhkan persis ke arah bangunan istana yang megah hingga, menimbulkan ledakan yang besar. Orang-orang yang berada di area istana langsung melarikan diri menyelamatkan dirinya dari ledekan tersebut.

Pesta yabg berlangsung lancar dan megah seketika hancur oleh pesawat besar yang tiba-tiba muncul. "Semuanya!! Kerahkan senjata kalian!!" Para pasukan bersiap menyerang ketika pesawat misterius itu mendarat. "Bawa Putri Cecilia ke tempat aman." Ujar sang raja memyuruh salah satu prajurit untuk membawa putrinya ke tempat aman.

"Ayah.... Tapi-" belum sempat melanjutkan percakapan, para prajurit yang diperintahkan oleh sang raja langsung membawa Putri Cecilia dari ayahnya.

Setelah putrinya menghilang, sang raja berjalan ke depan dan menunggu siapa pelaku yang membuat pesta ulang tahun dirinya itu. Bayangan misterius itu maju menghadap sang raja secara perlahan dan muncul sosok yang membuat sang raja terkejut bukan main. "K-kamu...."

"Lama tidak bertemu, yang mulia." Balas si pelaku dengan tenang. "B-bukannya kamu s-sudah mati-"

"Sepertinya yang mulia menganggapku sudah mati. Anda sungguh jahat sekali..." sang raja masih tidak percaya pelaku yang menghancurkan seluruh area istana bahkan nyawa orang yang sedang menikmati pesta hari ini adalah orang kepercayaan sang raja. Seorang pria muda yang memiliki jabatan tinggi dalam bidang kemiliteran serta sudah dianggap sebagai anak sendiri. Bahkan, sang raja menginginkan pria itu meneruskan tahta dirinya dengan menikahkan anak perempuannya.

"K-kamu... Kenapa kamu melakukan itu..."

"Hm? Apa aku harus menjelaskan sekarang, yang mulia?" Sebuah ledakan terdengar jelas dari luar istana. Tampaknya, seluruh kota kena ledakan dari sang pengkhianat itu. "Tentu saja.... Aku melakukan ini karena KAMU dan semua kerajaan membunuh KELUARGAKU!!"

Pria itu langsung menyerang sang raja dan pasukan dengan cepat. Membuat para pasukan yang bersjaga untuk melindungi sang raja langsung tumbang dan tersisa sang raja sendiri. "Dortheo..." geram sang raja mulai emosi dengan pria bernama Dortheo itu.

Dortheo tertawa kencang seperti orang keserupan. "Apa kamu marah? Tapi sepertinya amarahmu harus tahan." Beberapa selang, muncul anak buah Dortheo membawa Putri Celilia yang berusaha melepaskan dari mereka.

"CECILIA!!"

"Ayah!!" Seru Cecilia benar-benar ketakutan.

"DORTHEO!! APA YANG KAMU LAKUKAN KEPADA PUTRIKU!!" Teriak sang raja kembali marah. Justru, pria bermata merah darah itu hanya tertawa kecil. "Bukannya aku menyuruhmu untuk menahan amarhmu, yang mulia?" Dua pasukan yang membawa Cecilia itu melepaskan dan seketika sebuah sihir gelap mengelilingi sang putri. "Akhhhh.... A-ayahhhh... T-tolongg!!"

"Cecilia!! Beraninya kamu!!" Samg raja langsung mengeluarkan pedangnya dan segera menyerang Dortheo. Keduanya langsung bertempur dengan sengit dan lama hingga akhirnya, kemenangan dipegang oleh Dortheo.

Sementara sang raja terjatuh dengan lemas alubat serangan Dortheo yang semakin kuat. Dengan kekuatan yang tersisa, sang raja langsung mengeluarkan sebuah pertanyaan. "Kenapa kamu melakukan itu kepada kami, Dortheo?"

Memori-memori buruk selama beberapa tahun muncul di otak pria beramnit perak itu. "Apa kamu ingat, yang mulia? 19 tahun lalu... Ada sebuah keluarga yang sangat terpandang di daerah timur kerajaan ini."

"Keluarga ini harmonis dan baik-baik saja, hingga saat musim dingin melanda, pasukan dari kerajaan tiba-tiba menyerang rumah mereka dan memnunuh seluruh manusia yang berada di sana. Termasuk satu keluarga itu juga."

"19 tahun lalu... Daerah timur..." seketika kedua mata sang raja terbuka. Dia teringat dengan peristiwa itu. "J-jangan bilang... Ka-kamu adalah satu-satunya anggota Keluarga Darvagos yang masih hidup, bukan." Dortheo tersenyum kecil dan membernarkan. "Iya. Aku adalah anak dari Profesor Darvagos itu. Kamu memerintahkan para pasukanmu untuk menyerang keluargaku karena menuduh bawah keluargaku adalah keturunan Jorga."

"S-sial..." geram sang raja dan Dortheo pun melanjutkan pembicaraan. "Apa yang mulia ingat kematian Komandan Luha?" Dortheo mendekati ke arah sang raja dan membisikan sesuatu kepadanya. "Aku membunuhnya. Dan juga kebakaran di benteng selatan juga aku yang merencanakannya."

"Dortheo!!" Lelaki itu langsung memberi bungkam ke arah sang raja dengan menginjak wajah sang raja dengan keras. "A-yahh!!" Tiba-tiba suara Cecilia keluar. Dortheo langsung menoleh ke arah tuan putri dan tersenyum kecil. "Ah... Aku lupa denganmu, tuan putri."

Dia menjetikkan jarinya dengan santai dan sihir hitam tersebut langsung menyerbu tubuh Cecilia. "Sebelum aku membunuhmu, alangkah lebih baiknya kalau kita menyaksikan putrimu."

"A-ayah!!" Kekuatan gelap telah menelan hampir seluruh tubuh Cecilia. "Cecil!!" Sang raja yang tidak bisa berbuat apa-apa hanya berteriak saja. "Kamu lihat... anakmu akan mati di depan matamu. Inilah yang aku lihat bagaimana kamu yang membunuh keluargaku!!" Teriakan Cecilia perlahan menghilang setelah kekuatan gelap itu telah menelan seluruh tubuh sang putri. Beberapa saat kemudian, gumpalan gelap yang menelan tubuh sang putri langsung meledak membuat sang raja benar-benar sedih dan marah.

"Sekarang waktunya... Aku akan mengakhiri pembalasanku!!" Dortheo langsung menebas kepala sang raja tanpa pikir panjang. Kini, kepala sang raja terpisah dengan tubuhnya. Dortheo masih memegang kepala sang raja yang terpisah dan berjalan ke arah kursi singgasana. Duduk dengan perlahan dan memandang ke arah lurus dengan tatapan kosong.

Pria bermata merah darah itu mengembangkan senyumannya begitu lebar serta tertawa begitu kencang. Suara ledakan masih terdengar dari luar istana. Seluruh kota terbakar tanpa sisa dan juga seluruh kerajaan juga hangus oleh kebakaran.

"Akhirnya... Pembalasanku telah tercapai..." senyuman jahat masih terukir di wajahnya sambil menatap ke arah sang raja yang telah tewas. "Selamat tinggal, yang mulia." Dia melemparkan kepala sang raja ke arah gumpalan gelap yang dia buat dan melahap hingga tanpa sisa.

"Apa kamu senang sekarang?" Tiba-tiba suara aneh muncul di kedua telinga Dortheo. Lelaki itu menoleh ke seluruh ruangan. Tidak ada apa-apa hanya dirinya saja dan tubuh sang raja tanpa kepala di depannya. "Siapa kamu?!"

Seekor kupu-kupu terbang ke arah lelaki itu dan mendarat ke arah batang hidung sang penjahat itu. Kedua mata merah Dodtheo langsung menatap ke arah kupu-kupu biru bercahaya. "Apa-apaan ini?"

Tiba-tiba sebuah genangan air menyeret kedua kaki lelaki itu untuk masuk ke dalam air yang begitu dalam. Dia mencoba untuk berenang ke atas permukaan laut, namun sayangnya kedua kakinya ditahan oleh sesuatu. Perlahan dia tidak bisa menahan nafas dan butuh oksigen. Kesadaran dirinya mulai turun. Namun sebuah bayangan bentuk manusia menghampiri Dortheo.

Lelaki itu hanya pasrah saja dan tentu saja dia akan menerima jika dirinya mati karena tugas dia untuk membalas dendamnya sudah tercapai.

Tetapi, alam semesta tidak memberikan Dortheo untuk mati begitu saja.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status