Share

Ratu Terkutuk

Dortheo tengah berpikir keras. Masih tidak percaya bahwa dia masuk ke dalam tubuh seorang ratu yang terkena kutukan. Tetapi, di sisi lain, dia juga penasaran kenapa wanita ini berada di penjara bawah tanah istana. Bukannya wanita ini adalah ratu? Seharusnya dia harus mempimpin negara, bukan? Siapa yang mengurus kenegaraan kalau bukan wanita ini? Itulah beberapa pertanyaan yang terus Dortheo gali.

Seharusnya, buku harian yang Dortheo temukan itu bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi, tetapi sayangnya, ada beberapa kertas yang luntur, sobek, dan tidak sedikit Dortheo menemukan tulisan-tulisan sang ratu yang makin lama, makin hancur.

Di tengah sibuknya dia berpikir siapakah wanita ini dan kenapa dia bisa masuk ke dalam tubuh asing tersebut, pintu besi berkarat terbuka. Cahaya terang langsung masuk ke dalam ruangan penjara yang penuh gelap dan lembab itu.

Muncul sosok wanita muda berjalan ke arah wanita yang penuh derita. Sebelum dia berbicara, wanita cantik itu menatap tajam dan berdecih tidak suka. "Ternyata kamu masih hidup, ya?"

Sang ratu itu menatap dengan tatapan bingung. Kenapa orang-orang ini menanyakan kapan mati si ratu?

"Apa yang kamu lakukan di sini?" Dengan beraninya, sang ratu menanyakan kepada seorang wanita bangsawan di depan matanya. Tanpa menjawab pertanyaan sang ratu, wanita muda itu langsung menampar wajah sang ratu dengan keras. Wanita berambut gelap kaku menerima tamparan keras dari seorang gadis muda di depan matanya.

"Cih... Berani-beraninya kamu... Mentang-mentang kamu seorang ratu."

Gadis muda itu menendang tubuh perempuan yang malang itu dan menghabisinya. "Seharusnya kamu mati saja dari awal!!" Gadis muda itu terus-menerus memukul dia tanpa henti. Tidak lupa, gadis muda berambut pirang itu mengatakan 'mati' dan 'wanita kutuk' kepadanya.

"Tuan putri..." aktivitasnya terhenti karena salah satu prajurit memanggil dia. "Count dari wilayah timur ingin berbicara dengan anda." Gadis muda yang ternyata seorang putri itu menoleh ke arah prajurit itu. "Sialan... Kenapa harus sekarang?' Dia pun segera berjalan meninggalkan wanita yang malang itu. "Kamu beruntung kali ini..." sang putri itu pun langsung pergi bersamaan dengan pintu penjara tertutup rapat.

Beberapa saat kemudian, wanita itu bangkit dengan penuh luka lebam. 'Wanita iblis!!' Dia berjalan ke arah kasur keras dengan bersusah payah. "Apaan wanita itu!! Kenapa dia tiba-tiba memukulku?!"

Sambil memberikan pertamanya yang seadanya, dia teringat kata-kata si tuan putri tadi. "Dia bilang ratu, bukan?" Kedua matanya langsung melotot lebih lebar. Dia teringat saat dirinya membaca buku harian dari wanita misterius yang dia temukan. Ada beberapa catatan yang berkaitan dengan rakyat serta urusan kerajaan.

Akhirnya, Dortheo menemukan petunjuk baru. Tubuh wanita yang dia masuki adalah seorang ratu. Tetapi, kenapa seorang pemimpin kerajaan berada di penjara yang penuh gelap seperti ini? Apakah sang ratu melakukan kejahatan? Pikiran Dortheo terus berkutat soal pertanyaan barusan, tetapi dengan cepat dia menemukan petunjuk lain.

Kalau tidak salah, dia mendengar si tuan putri brengsek mengucap kata 'wanita terkutuk' kepadanya. Memangnya wanita ini terkutuk? Dia melirik ke buku harian lusuh di sampingnya. Dengan insiatif, Dortheo langsung membaca buku harian milik sang ratu satu per satu. Perkataan tuan putri barusan memang benar. Di beberapa catatan yang ditulis oleh sang ratu, dia mengatakan bahwa jika saja kutukan yang dimasuki oleh tubuhnya tidak ada sejak lahir, dia bisa memimpin kerajaan dengan baik.

"Sekarang aku mengerti..." ujar Dortheo akhirnya paham. Tuan putri bejat yang barusan saja dia habisi adalah adiknya dari pemilik dari tubuh ini. Menurut analisis dari Dortheo, tuan putri ingin menggantikan posisi kakaknya sebagai ratu. Makannya, dia ingin sang ratu mati dan dia bisa menjadi ratu. "Cih... menyebalkan sekali." Gumam Dortheo kesal dan memutuskan untuk beristirahat sejenak.

Meski dirinya sudah mengetahui siapa pemilik tubuh yang dia masuki, tetapi ada satu masalah baginya. Kenapa harus Dortheo yang melakukannya? Apa tujuan sang ratu sebenarnya? Tidak mungkin jika itu kebetulan. Apakah ada campur tangan dari dewa?

*********

"Kenapa suasana di sini terlihat suram?" Ujar seorang pria dewasa melihat sekeliling area istana. Meski terlihat indah dan megah, entah apa yang dirasakan oleh pria itu berbeda dengan pandangannya. "Suram?" Seorang ksatria pribadi itu melihat sekelilingnya. "Tidak terlihat suram sama sekali."

"Jangan pedulikan ucapanku, Ryan." Balas pria itu dan keduanya segera memasuki ke dalam istana. Ketika kedua pria itu berada di lorong istana, mereka berdua bertemu dengan seorang count yang tengah berjalan meninggalkan istana. Tidak lama, tuan putri berjalan ke arah mereka berdua.

"Apakah yang mulia sudah baikan sekarang?" Ujar pria berusia 40-an tersebut. Dengan raut wajah sedih, sang putri berkata, "kesehatannya semakin menurun. Aku ingin sekali menjenguknya, tetapi yang aku bisa lakukan hanya mendengar dari pernyataan dokter saja."

Kedua pria itu saling memandang satu sama lain. Mereka awalnya ingin bertenu sang ratu tentang urusan wilayah utara, sekaligus menjenguk sang ratu yang tiba-tiba jatuh sakit 2 bulan yang lalu. "Begitu, ya..." terpaksa, kedua pria tadi akhirnya pulang dengan tangan kosong.

Di tengah perjalanan pulang, Ryan, ksatria pribadi Duke Cardinbugh itu menanyakan kepadanya. "Apa anda tidak curiga, yang mulia."

"Apa maksudmu?" Ujar pria itu merautkan wajah kebingungan. Ryan tampak berpikir keras sembari berkata kepada tuannya. "Bukannya tugas ratu seharusnya dilimpahkan ke asisten atau orang kepercayaan beliau?"

"Lalu?"

"Aku tidak sengaja melihat Putri Callista sedang sibuk dengan tugas ratu."

"Mungkin saja tuan putri ditunjuk oleh yang mulia untuk mengurusi sebagian."

"Tapi... Aku merasa kalau tuan putri mengambil alih tugas yang mulia." Baik Duke Cardinbugh dan Ryan saling terdiam satu sama lain. Sang duke langsung berpikir sejenak. Ada hal yang aneh selama sang ratu jatuh sakit. Sang ratu tidak bisa dikunjungi, pihak kerajaan pun tidak memberikan pernyataan secara resmi mengenai kondisi kesehatan sang ratu, dan juga beberapa pasukan kerajaan secara tiba-tiba langsung kembali ke ibukota. Padahal sedang ada konflik saat ini.

"Kita harus selidiki tentang sang ratu." Ujar Duke Cardinburg memerintahkan Ryan untuk menyelediki apa yang sebenarnya terjadi. "Baik." Balas Ryan mengangguk paham.

Kembali ke Dortheo di tubuh sang ratu yang penuh kesakitan. Wanita itu mencoba mengatur nafasnya yang cepat. Tiba-tiba saja nafasnya terlalu pendek dan mulai merasakan area tangan, bahu, dan bagian perut kirinya yang panas.

Dortheo menduga kalau dirinya terkena racun. Roti itu... dia yakin kalau roti yang dia makan ada racun di dalamnya. "Sialan... Bocah tengik!!" Ujarnya kesal akan perbuatan Putri Callista. Dia sudah membayangkan wajah sang putri yang tertawa jahat. Apakah dirinya mati untuk kedua kalinya.

Dia mendengus kesal sekaligus pasrah. Mempertanyakan kenapa dirinya mengalami kehidupan yang sangat sulit.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status