Share

Because You Are Mine
Because You Are Mine
Penulis: sansuris27

[01] - Prolog

BISMILLAH

__________

“Semuanya sudah dimasukkan kedalam koper? Intinya jangan ada yang tertinggal, karena kita harus berangkat sekarang. Taksi onlinenya udah datang. Jangan sampai kita ketinggalan kereta!” ucap Ilham memperingati Adel yang masih duduk termenung menerawang jauh di depan jendela kamarnya.

Namun, sepertinya perempuan itu tidak mengindahkan perkataan abangnya. Dia hanya menatap Gunung Tangkuban Perahu yang jauh di sana. Sementara, kelopak matanya terlihat sembab. Mungkin karena tangisnya semalam sehabis dari pemakaman.

Kemarin adalah hari ke tujuh sepeninggal ibunya. Dan rencananya, setelah hari itu mereka akan tinggal di Yogyakarta dan memulai hidup baru di sana.  Semoga saja, keputusan yang dia tempuh bisa membuat kehidupannya bahagia di kampung halaman Ridwan – ayahnya.

Ilham balik badan dan menatap adik semata wayangnya yang belum bergerak sama sekali. Ia menghela napas pelan dan kembali berjalan menghampiri Adel, dan langsung memegang kedua bahu adiknya.

“Del! Kita berangkat sekarang. Taksi onlinenya sudah datang, kita harus cepat, jangan sampai ketinggalan kereta,” ujarnya pelan namun sempat membuat Adel terkejut akibat tangan kakaknya yang tiba-tiba nangkring di atas bahunya.

Adel mendongakkan wajahnya, dan tersenyum kepada Ilham. Lalu, dia bangkit dan berkata, “Ayo, Bang.”

Ilham meninggalkan kamar adiknya dan berjalan keluar lebih dahulu dan kembali mengecek barang-barang yang akan dibawa. Jangan sampai ada yang tertinggal. Kemudian ia membawanya keluar dan memasukkannya ke bagasi taksi yang sudah dipesannya,  dan dibantu oleh sopir taksi.

Adel bergegas meninggalkan kamarnya. Ketika melewati nakas, teringat kembali kejadian-kejadian yang pernah dia lakukan di sana. Semuanya terasa indah, dan sangat sulit dia lupakan. Lalu, dia menghampiri pintu dan mulai meraih gagangnya dan menutupnya pelan. Pintu itulah yang selalu menjadi saksi bisu kisah-kisah yang telah dia rasakan di kamar tersayangnya itu, tetapi sekarang dengan berat hati dia harus meninggalkan semuanya.

Keluar ke ruang keluarga, sofa empuk berwana kecoklatan terlihat sangat nyaman kini hanya menjadi sorotan netra-nya yang terasa mulai buram. Sofa itulah yang menjadi saksi bisu, saat bersama keluarga kecilnya. Mama, papa, Bang Ilham, dan semua tingkah-tingkah konyol kakaknya yang dia ingat hingga detik ini.

Dan tak lama lagi, Sofa itu akan dijadikan sebagai tempat bercengkerama oleh pembeli rumahnya. Adel menggelengkan kepala, ketika kelopak matanya tak mampu menahan tetesan air mata yang sudah memberontak ingin tumpah.

Ia kemudian berjalan ke arah ruang tamu. Menatap semua yang ada di sana, kejadian ketika teman-teman sekolahnya datang bertamu kembali mengisi otaknya dan membuat senyuman di bibirnya terukir jelas. Tak terasa kisah itu kini menjadi bahan nostalgia, dan dia akan meninggalkan itu semua.

Kakinya terus melangkah, dan kini dia sudah mengencangkan jari tangannya pada gagang pintu dan mulai menutupnya perlahan. Dan terakhir, dia menguncinya dari luar. Adel berjalan pelan meninggalkan teras, matanya sempat melihat garasi mobil. Di kepalanya kembali teringat, ketika dia harus kepentok pintu mobil sebab terburu-buru ke sekolah karena terlambat. Dan sekarang, itu semua hanya menjadi saksi bisu atas perjalanan hidupnya.

Kemudian, dia menghampiri Ilham yang sudah berdiri di samping taksi, dan sepertinya barang-barangnya sudah tersimpan di bagasi, kecuali barang tote bag yang ada di tangan Adel.

Setelah mengunci pintu pagar, Adel kembali menatap rumahnya yang di sana, sudah tergantung papan bertuliskan “Rumah Ini Dijual.” Dia menghela napas pelan, dan tersenyum – tidak ikhlas jika dia harus meninggalkan semuanya. Hari ini adalah hari terakhirnya di Bandung, hari dimana kenangan-kenangan indah di rumah itu kembali mengisi otaknya.

Selamat tinggal Bandung, selamat tinggal semuanya. Mama, teman-teman dan semua kisah yang pernah terjadi di setiap sudutnya. Mungkin kisahku cukup sampai disini. I love you so much all, I don’t forget to you! Forever!

“Del, gimana? Udah?” tanya Ilham tersenyum lebar, cowok itu terlihat sangat kuat, walaupun dalam hatinya ia sungguh rapuh, tetapi ia juga tidak mau membuat Adel semakin sedih jikalau tahu dirinya cukup terpukul atas kepergian ibunda tercinta untuk selama-lamanya.

Adel balik badan ketika mendengar seruan kakaknya. Dia tersenyum dan mengangguk. Lalu, berjalan menghampiri kakaknya dan memberinya tote bag yang ada di tangannya untuk disimpan di bagasi.

Setelah itu, mereka berdua masuk kedalam taksi dan meninggalkan rumah itu. Ayahnya tidak terlihat lagi, karena memang sudah dikirim ke Yogyakarta, sehari setelah kematian ibunya. Karena, penyakitnya yang tiba-tiba kambuh dan ia akan dirawat di Yogyakarta.

*****

___________

TO BE CONTINUED

sansuris27

Perhatian! Cerita ini adalah fiksi, jika ada kesamaan, nama, tempat ataupun alur maka itu hanyalah kebetulan belaka. Tidak ada unsur plagiasi apalagi copy+paste/ terjemahan. Don't plagiat. Tekan plagiarisme, majukan penulis handal. Spirit 😗 HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status