Share

[09] - Tekad Badai

HAPPY READING

*****

Malam ini Badai tidak bisa tidur. Dia terus kepikiran dengan kejadian tadi siang di depan cafe. Benar-benar terhina, harga dirinya di injak-injak oleh perempuan sialan itu. Badai tidak jadi ke basecamp Dark Tiger karena kondisi hati dan pikirannya sedang tidak baik-baik.

Saat ini dia hanya duduk di balkon kamarnya, seraya menjabak rambutnya frustrasi. Dia tidak habis pikir jika ada cewek seberani itu menginjak haga dirinya di depan teman-temannya. Jika Dark Tiger tidak mau menerimanya lagi bagaimana?

Mengingat kejadian tadi siang.

“Oh maaf, gue sudah salah duga. terimah kasih yah,” ujar Ilham meminta maaf dan mengelus bahu Badai pelan. Badai menjadi lega karena merasa permasalahannya dengan cowok yang ada di dekat perempuan sialan itu sudah selesai.

Tetapi bukannya selesai, malahan cowok itu mendekatinya dan berbisik ke telinga Badai. “Tapi masalahnya sekarang, lo ngapain adek gue kemarin?” tanya Ilham dengan tatapan horornya, membuat Badai yang sempat lega kembali kicep.

Badai membeku, apa yang dia takutkan sedari tadi benar terjadi. Jika cowok itu akan bertanya mengenai adiknya yang dia cium beberapa hari yang lalu. “An – anu Bang, gue gak sengaja!” balas Badai dengan terbata-bata.

“Sudah kak, biar aku yang menangani cowok ini. Aku ingin mengatasi permasalahanku sendiri,” lerai Adel nearik Ilham menjauh dari Badai, dan dia yang mendekati cowok itu.

Badai masih membeku. Dia hanya menatap apa yang akan diperbuat cewek itu.

Adel menatap pas di muka Badai. Bola mata mereka bertemu, tetapi Adel tidak hanya merasakan hal aneh kecuali rasa benci yang mendalam. Bibir ranum Badai yang berwarna merah muda itu menjadi sorotan netranya sekarang, gejolak ingin mencabik-cabiknya mulai memberontak dalam tubuh Adel.

“Heh cowok mesum. Gue bukan cewek yang bisa lo lecehin seenaknya. Karena gue, bukan bitch seperti kebanyakan cewek yang mungkin sudah lo tiduri. Dan ingat!” Adel memegang bibir Badai dan meremasnya sedikit keras, “Bibir lo yang kotor ini tak akan selamat dari gue!” tegas Adel dan menarik bibir Ilham dan meremasnya seperti biskuit.

Badai mengaduh kesakitan dan memegang keras lengan tangan Adel serta mengenyahkan tangannya itu dari bibirnya, “Hentikan!” bentak Badai merasa dihina.

Lengan menepis tangannya dari genggaman Badai. Sedangkan Ilham dan beberapa teman Badai hanya diam membeku melihat adegan mengerikan di depannya.

Adel menaikkan sudut bibirnya dan menatap Badai dengan santai. “Kenapa? Lo gak suka? Sama! Gue juga gak suka lo perlakuin gue waktu itu. Jadi, gue kasih tau lo, biar otak mesum lo gak menyebar ke teman-teman lo ini. Sebelum lo mencubit lengan teman lo, lo mesti cubit lengan lo sendiri. Kalau lo tidak suka, maka seperti teman yang le cubit. Dia juga tidak suka lo perlakukan seperti itu. Mengerti!”

“Tapi waktu itu gue gak remas bibir lo!”

“Tapi lo cium kan! Sama saja kalau lo menyakitiku. Bukan hanya bibirku yang kamu kotori, tetapi hatiku sudah kamu tikam dengan perlakuan kotormu itu! ngerti!”

PLAKK!

Semua mata langsung melotot, serta mulut yang ternganga melihat aksi tersebut. Termasuk Adel. Dia tidak pernah menyangka kalau kakaknya berai menampar Badai.

“Lo cium adek gue!” Mata Ilham memerah karena murka. Mendengar adiknya telah di kotori oleh cowok yang ada di hadapannya itu membuat dirinya naik pitam. Dia tidak pernah terima jika adiknya itu diperlakukan seperti itu oleh cowok kurang ajar sepertinya.

“Kenapa lo diam!?” tanya Ilham mempererat genggamannya pada kerah Badai. Tetapi, Badai tak kunjung menjawab karena merasa tidak ada nyali melawan Ilham. Jikalaupun ada, tidak mungkin Badai melawannya. Lagipula di sini, dia yang bersalah.

“Hentikan, Kak! tolong,” pinta beberapa anggota Dark Tiger melerai.

“Kalian mendekat, akan ku habisi teman lo ini!” ancam Ilham membuat beberapa teman Badai langsung berhenti dan tidak tahu harus melakukan apalagi.

“Stop, Kak! Kakak gak usah kotori tangan kakak hanya untuk memberi pelajaran buat hewan sepertinya.”

Adel melerai dan langsung mengenyahkan tangan Ilham dari kerah baju Badai dengan paksa. “Ingat perkataan gue. sekali lagi lo berbuat seperti itu. Gue gak akan segan-segan nge-laporin lo ke polisi!”

Detik selanjutnya, Adel berlalu dan manrik Ilham dengan paksa. Adel merasa, ada pekerjaan yang lebih penting dan bermanfaat, selain mengurusi orang macam Badai. Kontrakan. Yah, Adel mengingat jikalau dia sama Ilham belum mendapatkan kontrakan sampai saat ini.

Sepeninggal Ilham dan Adel, teman-teman Badai menghampirinya. “Lo gak kenapa-kenapa, Bad!?” tanya Irez terlihat cemas.

Badai menggeleng pelan lalu mengusap darah di sudut bibirnya. “Gue gak kenapa-kenapa. Nih dompet gue! gue duluan,” pelan Badai memberikan dompet di tangannya, kepada Irez.

“Tapi Bad—“

Badai tidak merespon. Dia menggunakan helmnya dengan cepat lalu menstater motornya dan meninggalkan tempat itu.

******

“Akhhh sialan!!!!” Badai terus mengerang frustrasi mengingat itu semua. Harga dirinya terasa sudah sangat hina, disebut hewan oleh cewek itu. Apakah ini semua salah Badai? Tidak! Ini bukan salahnya seratus persen. Seandainya cewek itu tidak cerewet dia tidak akan melakukan itu semua.

“Tidak! Gue gak boleh terlihat lemah hanya karena sebutan hewan oleh dia. Lihat saja nanti, lo baru saja masuk ke dalam daftar masalah gue. Dan jangan panggil gue Badai Ranendra Arikusuma kalau gue gak bisa naklukin cewek seperti dia,” tekad Badai dengan mata berapi-api.

Dia bangkit dari kursi yang ada di balkon atas dan masuk ke dalam kamar setelah membanting pintu dengan keras.

******

Sehabis dari kontrakan, Adel dan Ilham langsung ke rumah sakit. Kali ini Adel merasa kalau kakaknya benar-benar ngambek kepadanya. Buktinya saja, sejak perjalanan mereka ke rumah sakit, Ilham tidak nafsu mengajaknya bicara.

Adel menghela napas berkali-kali berharap Ilham merasa terganggu dan merespon aksi konyolnya, tetapi sial, Ilham tidak beraksi apapun  dan malahan dia tidak menatap Adel barang sekali saja.

“Kak!” lirih Adel ketika Ilham masih mendiaminya, sedangkan  dia sudah beberapa kali melakukan sesuatu agar Ilham menengurnya.

Ilham tidak merespon dan langsung mengambil headset dari dalam sakunya dan menggunakannya, biar dia tidak terganggu oleh surau serak Adel.

Adel mendengkus kesal, Ilham benar-benar tidak mau meresponnya malam ini. Yah sudah tidak apa-apa, besok kita akan melihat siapa yang bakalan panik, batin Raisa tersenyum miring. Entah rencana apa lagi yang dipikirkan Adel saat ini.

Tak berapa lama, taksi yang ditumpangi oleh mereka berdua berhenti di depan rumah sakit. Mereka langsung turun dan membayar ongkos. Selepas turun dari taksi, Ilham langsung berjalan lebih dahulu tanpa menyapa Adel.

Adel mengerucutkan bibirnya. Hanya karena kecoa, Ilham menjadi dingin kepadanya. Bagaimana kalau dengan kaki seribu, katak atau ulat. Mungkin dia sudah dikubur hidup-hidup oleh kakaknya. Mengingat hewan-hewan itu adalah hewan yang paling dibenci Ilham.

“Tetapi itu tidak mungkin terjadi, gue yakin besok pasti akan kembali seperti sedia kala. Mungkin saat ini kenorakan kak Ilham lagi kambuh,” pikir Adel menyusuli Ilham.

*****

TO BE CONTINUED ....

sansuris27

Jangan lupa voment

| 1

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status