Share

Be With You
Be With You
Penulis: itsmeiseu

Prolog

“Gio, jangan lupa besok jam sepuluh kita ada meeting di Melon TV.”

Meeting buat apa, Mbak? Perasaan kita nggak ada project bareng Melon TV.” Gio mengernyitkan dahinya, mengingat-ingat apakah ia pernah membaca dan menandatangani kontrak dengan Melon TV.

“Gausah pura-pura lupa lo! Pulang dari Malang, kontraknya udah lo tanda tanganin ya.”

Gio memutar matanya sebal, Mbak Namira, manager-nya itu mulutnya memang perlu dicabein biar nggak kurang ajar padanya. “Emang acara apa sih, Mbak?”

“Jangan bilang lo nggak baca kontraknya,” Gio mengedikkan bahunya. Mbak Namira mendengus kasar, melihat dari respon artisnya, ia tahu bahwa Gio sama sekali tak membaca isi kontraknya, “kebiasaan lo!”

“Kan biasanya juga gitu, Mbak. Kontrak-kontrak yang sampek ke gue udah lo pilah-pilah dulu tinggal gue tanda tanganin.” Gio mengubah posisi duduknya menjadi selonjoran di sofa ruang tamu apartement-nya.

“Kali ini belom gue sortir, gue kan baru cuti, Yo!”

“Oh iya. Besok meeting buat variety show doang kan, Mbak? Briefing buat gue jadi bintang tamu aja, kan?”

Nope. Besok meeting buat variety show punya lo sendiri.”

“Hmmm…” Gio tetap memejamkan matanya, mengistirahatkan tubuhnya yang sangat pegal gara-gara syuting adegan baku hantam untuk music video salah satu grup band paling laku saat itu, “bukan konten prank kan, Mbak?”

“Bukan sih, cuma variety show buat cari jodoh aja.”

Hah. Gio membuka matanya, mengubah posisinya menjadi duduk dan menatap Mbak Namira dengan mata yang menyipit. Dia tadi nggak salah dengar, kan? Mbak Namira tadi beneran ngomong acara cari jodoh? Gila! Nggak mungkin banget. Seorang Giornino Morgan, aktor tampan nan berbakat, pemenang aktor pendamping pria terbaik versi FFI dan pernah masuk Under Thirty majalah Forbes Indonesia harus dibuatkan acara hanya untuk ajang cari jodoh? Ini benar-benar gila sih. Harga dirinya mau ditaruh dimana?

“Lo bercanda ya, Mbak?”

“Pernah lo liat gue bercanda masalah kerjaan?”

Gio meringis, manager-nya itu memang tak pernah bercanda untuk hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan. Menurut wanita dengan potongan rambut bob itu, pekerjaan adalah sesuatu yang serius dan tidak untuk dibercandain. Sedikit strict memang tapi berbanding lurus dengan kinerjanya yang tak pernah tidak beres.

“Udah ya, Yo. Gue balik dulu,” Mbak Namira beranjak dari duduknya, mengambil tas jinjing merek Zara yang sudah menemai aktifitasnya setahun belakangan ini. “Jangan sampek telat bangun, besok lo berangkat bareng Nath.” Ucap Mbak Namira sebelum benar-benar keluar dari apartement Gio.

Beberapa saat setelah manager-nya pergi pun, Gio masih berada dalam posisinya. Terduduk lemas di sofa ruang tamu dengan pikiran yang melayang. Pria itu kembali memikirkan nasibnya.

Bodoh! Ia kembali merutuki dirinya sendiri. Jika saja ia tidak ceroboh. Jika saja ia menanyakan pada Mbak Namira apakah kontraknya udah dipilih atau belum. Jika saja ia baca dulu kontraknya. Gio yakin ia tak akan terjebak dalam kontrak reality show yang mengumbar kisah cintanya.

Pria itu mengacak rambutnya kasar. Gio terbayang dengan gadis cantik nan anggun yang telah mencuri perhatiannya akhir-akhir ini. Rencananya untuk melancarkan aksi PDKT sepertinya harus ditunda karena acara itu. Duh.. merana sekali kisah percintaannya. Hampir empat tahun ia menjomblo, tapi saat ia menemukan seseorang yang menarik perhatiannya, semesta seolah tak merestuinya.

Belum lagi bayangan-bayangan tentang respon netizen. Ia mungkin tak akan dihujat tapi image seorang actor tampan nyaris sempurna yang dengan susah payah ia bangun selama ini pasti akan hancur. Ya coba saja dipikir, mana ada orang nyaris sempurna yang cari pacar saja harus dibantuin. Mana ditayangin di TV lagi. Hancur sudah pasarannya.

Gio mendengus sebal. Tak ada gunanya ia pusing memikirkan itu sekarang. Pria itu beranjak dari sofa ruang tamunya. Gio memutuskan untuk segera tidur, bukan hanya untuk beristirahat tapi juga untuk sebentar lari sadi kenyataan.

♦♦ Be With You ♦♦

"Dimana sih? Please lah… masa ilang sih."

Angeline membuka semua laci yang ada dikamarnya, mengeluarkan isinya satu per satu semi mencari barang kesayangannya. Bukan barang mewah sebenarnya, tapi barang itu sangat berarti untuknya. Sebuah gantungan kunci berbentuk patahan hati pemberian seseorang dari masa lalunya. Seseorang yang tak pernah ia ketahui namanya tapi mampu membuat semangat hidupnya kembali lagi.

Gadis itu segera berpindah ke lemari pakaiannya dan mengeluarkan semua isinya. Namun hasilnya tetap nihil. Angeline mengacak rambutnya frustasi. Gadis itu mendudukkan bokongnya di tepi ranjang queen size-nya yang sudah penuh dengan pakaian dan bukunya. Namun bahkan saat kamarnya sudah luluh lantak, ia tetep tak menemukan barang yang dicarinya.

Ceklek.

"Astaga, Angeline!!!! Siapa yang mengajarimu menjadi gadis yang jorok begini hah?"

Angel menoleh, gadis itu menatap nanar kakak angkatnya yang kini tengah berdiri diambang pintu. Pria itu berangsek maju, memungut buku, pakaian juga sepatu yang berserakan di lantai. Deva mengerutkan dahinya heran, Angel tak biasanya seperti ini. Kamar adiknya selalu rapi tapi kenapa sekarang terlihat seperti baru terjadi tsunami di kamar itu?

"Kalo kamu jorok begini mana ada cowok yang mau sama kamu. Jadi cewek tuh harus bisa masak, bersih-bersih. Biar disayang mertua." Angel memutar matanya jengah. Ia sudah muak dengan ucapan Deva yang itu-itu saja.

"Berisik Kak. Aku lagi pusing nih!"

Deva mendekati Angel, menyentuh kening gadis itu dengan punggung tangannya. Pria itu mengerutkan dahinya saat mendapati suhu tubuh Angel normal-normal saja.

 "Kamu kenapa?"

 "Gantungan kunciku ilang"

Deva tersenyum geli. Jadi hanya karena gantungan kunci itu adiknya jadi uring-uringan tak jelas begini. Memang apa sih istimewanya gantungan kunci itu. Kan bisa membeli lagi jika memang sudah hilang, kalaupun tak ada dia bisa memesan pada seorang pengrajin untuk membuatkan yang sama persis.

"Kak Dev tau gantungan kunciku dimana?" Angel langsung mendongak. Gadis itu menatap Deva dengan tatapan penuh harap. Pria itu mengulurkan tangnnya untuk mengacak rambut Angel.

"Kakak bakal bantu cari gantungan kuncimu kalo kamu mau nurut sama kakak." Angel menatap Dave curiga. Kalo udah mau bantuin gini pasti ada maunya. Deva tersenyum mengetahui pemikiran adiknya itu.

 "Don’t do it." Angel meraih buku untuk menutupi wajahnya. Kakaknya yang satu itu memang selalu dapat membaca pikiran Angel. Entah karena pria itu memang memiliki kemampuan istimewa atau Angel yang memang seperti buku yang terbuka.

 "Okay. Tapi kamu harus nurut sama kakak! Promise?"

 Angel menggerutu sebal. Duh pasti dia mau ngerjain aku, dasar kakak durhaka, kurang ajar!! Awas aja aku kerjain balik nanti, begitu pikirnya.

 "Aku mendengarmu dek"

 "Kak Dev! Udah berapa kali aku bilang jangan baca pikiranku lagi!" Angel berteriak didepan wajah kakaknya itu. Deva terkekeh geli, “Gimana? Deal?”

Angel menghela nafas berat, ini pasti tak akan mudah tapi ia tak mau barang itu hilang. Dengan berat hati gadis itu mengangguk, “Okay. Deal.”

Deva tersenyum senang. Pria itu merogoh saku celana jeans-nya dan memberikan gantungan kunci berbentuk patahan hati pada Angel. Angel tercengang, jadi ini semua hanya akal bulus Deva agar ia mau menuruti semua kemauannya.

 "Nanti sore jam tiga, Adek Kecil. Jangan kabur!" Ucap Deva sebelum berlalu meninggalkan Angel dan semua barang-barangnya yang bertebaran dimana-mana dengan senyum lebar yang menghiasi wajahnya.

 "Kak Deva!!!"

Angel menjerit gila-gilaan. Gadis itu kesal bukan main. Deva Mahenra, yang biasa ia panggil Kak Dev sebagai panggilan sayangnya, telah membodohinya habis-habisan. Deva adalah personil band dengan genre pop rock. Ia tergabung dalam band X-BOYS bersama teman-temannya. Deva pada vokal, Ryan pada Bass, Dion pada Drum dan Rico pada Gitar. Mereka sudah bersahabat sejak kecil, bandnya pun terbentuk karena kesamaan hobi mereka dibidang musik juga aliran musik yang mereka sukai.

Angeline menghembuskan nafasnya berat, angannya melayang kembali pada saat ia masih kecil, saat hidupnya terlunta-lunta sampai Deva datang menghampiri dan memungutnya dari tempat lusuh itu.

Angeline menggelengkan kepalanya, mengenyahkan pikiran-pikiran yang mengganggunya. Gadis itu menatap sekelilingnya. Astaga, ternyata kegiatannya mencari gantungan kunci bisa membuat kamarnya berantakan melebihi berantakannya kapal yang abis nabrak karang. Oh okay, sekarang dia punya PR untuk membereskan kamarnya dan nanti ia akan masuk kedalam perangkap Dave.

 Angeline, welcome to your nightmare.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status