Angel melangkah malas-malasan menuju ruang tengah. Dengan T-shirt kebesaran dan muka bantalnya ia bergabung dengan gadis-gadis lain yang sudah terlihat rapi dan sudah duduk dengan anggun di sofa. Angel memasang wajah sebal, bagaimana tidak? Saat enak-enaknya menyelam di alam mimpi, ia malah dibangunkan untuk bergabung dengan yang lain di ruang tengah. Apa mereka tidak tahu kalau ini masih terlalu pagi untuk membangunkan seseorang? Bahkan jarum jam saja masih menunjukkan kalau ini masih jam tiga pagi. Sekali lagi jam TIGA PAGI. Ini benar-benar mimpi buruk yang menjadi kenyataan.
Seorang pria berusia awal tiga puluhan memasuki ruang tengah bersama seorang gadis yang terlihat masih sangat muda. Gadis itu membawa seember bunga beraneka warna juga pembungkus dan pita. Gadis itu meletakkan semua barang yang dibawanya diatas meja dan kembali mensejajarkan dirinya dengan si pria yang tak lain adalah host dari Panah Asmara Giornino. Kamera sudah menyala dan sudah merekam semua aktivitas sejak beberapa menit yang lalu. Menyoroti satu per satu wajah finalis Panah Asmara Giornino.
"Morning." Sapa Michael sang host mengawali pembicaraan. Pria bertubuh kurus itu menyembunyikan tangannya di belakang tubuh kurusnya. Membuat pose sewibawa mungkin dengan tubuh kurusnya.
"Dalam karantina ini akan diambil satu pemenang yang akan mendapat reward uang tunai sebesar sepuluh juta rupiah dan liburan romantis di Bali selama seminggu bersama Giornino."
Hening sejenak.
"Pastinya nggak mudah buat mencapai itu semua. Pemenangnya akan dilihat dari beberapa kategori, yang pertama attitude, skill dan yang terakhir brain."
Angel mengernyitkan dahinya lalu memutar bola matanya. Oh God.. ini acara cari jodoh atau acara pemilihan ratu kecantikan sih? Gadis itu tak terlalu memperhatikan ucapan Michael yang menurutnya hanya omong kosong belaka. Bukannya menyimak setiap intruksi yang diberikan oleh sang host, gadis itu malah memilih termenung meratapi nasibnya yang sungguh nelangsa.
"Baik. Silahkan dimulai."
Angel tersentak, memulai apa? Gadis itu hanya terduduk menatap gadis-gadis lain yang bergerak ke depan. Angel melihat mereka mengambil beberapa tangkai bunga dan semua perlengkapan untuk membuat buket bunga. Gadis itu manggut-manggut mengerti lalu bergerak ke depan. Angel berdiri cukup lama di depan meja tempat bunga-bunga itu berada, sejujurnya dia masih sangat mengantuk. Dengan wajah mengantuk dan pikiran yang belum sepenuhnya sadar, ia menimbang-nimbang bunga mana yang akan ia ambil. Di sana terdapat beberapa tangkai bunga matahari, mawar, tulip dan krisant.
Gadis itu tersenyum dan mengambil beberapa tangkai bunga matahari dan bunga mawar juga perlengkapan lainnya kemudian kembali ke tempat duduknya. Mereka tampak sibuk merangkai buket bunga karya mereka masing-masing. Gadis-gadis itu menghentikan kegiatannya saat melihat Giornino datang. Pria itu memberikan senyum mautnya yang membuat penampilan Giornino yang sudah sangat menawan kian terlihat sempurna. Namun tidak dengan Angel, ketika yang lain tengah terpesona gadis itu tetap saja menekuni buket bunganya. Gadis itu merangkai satu per satu tangkai bunga yang ia ambil tanpa menghiraukan keadaan sekitarnya.
"Done." gumam Angel.
Gadis itu mengikatkan pita berwarna kuning di buket bunga itu. Ia tersenyum lebar menatap buket bunga yang ia buat dengan sepenuh hati. Jangan salah paham, Angel membuatnya bukan untuk memenangkan acara itu tapi karena ia memang menyukai bunga dan merangkainya.
"Apa kau sudah selesai? Itu bagus sekali."
Angel mendongak kaget, gadis itu menatap Giornino dengan wajah sebal. Ditambah lagi senyum tipis yang ia tahu senyum itu adalah fake smile atau senyum palsu. Gadis itu bertambah jengah dengan sikap sok sopan yang ditunjukkan Giornino.
"As you can see."
Lengkungan kecil di bibir Giornino menghilang, digantikan garis lurus yang sedari tadi ingin ditunjukkannya saat ia memasuki ruangan itu, yang jika ia lakukan pasti akan membuat manager-nya marah besar.
"Ya." Jawab Giornino dingin. Pria itu berdehem pelan mendapati tatapan sang manager yang tak bersahabat.
"Kenapa memilih bunga matahari dan bunga mawar?"
Angel mengernyit bingung karena perubahan nada bicara Giornino. Sedetik kemudian ia sadar, Giornino adalah seorang entertainer yang harus selalu pasang wajah bersahabat di depan kamera agar memiliki image yang baik.
"Filosofinya bagus." Giornino mengangguk mengerti.
"Semoga berhasil."
Pria itu menepuk pelan kepala Angel sebelum melangkah pergi yang dibalas desisan sebal oleh Angel. Giornino tahu apa makna yang ingin disampaikan oleh Angel melalui buket bunganya.
Bunga Matahari memiliki arti kehangatan, keceriaan dan kesetiaan sedangkan bunga mawar pink memiliki arti kasih sayang. Jadi jika kedua bunga itu digabungkan akan memiliki arti kesetiaan akan terbalut indah bersama kehangatan kasih sayang yang penuh keceriaan. Giornino mendekati Ariska yang tengah sibuk dengan buket bunganya. Sepertinya gadis itu tengah mengalami kesulitan.
"Hai." sapa Giornino dengan senyum tipisnya.
"Oh hello, Giornino" Ariska balas tersenyum, gadis itu meninggalkan kegiatannya dan memfokuskan dirinya pada Giornino.
"Kenapa memilih mawar kuning?" Ariska menghela nafas berat. Gadis itu bingung mau menjawab apa karena ia hanya nengambil bunga yang menurutnya cantik saja. Ia tak ingin terlihat bodoh dihadapan Giornino. Gadis itu mencari ide agar terlihat smart dihadapan Giornino. Ariska tersenyum.
"Karena bunga ini melambangkan keceriaan dan kasih sayang." Giornino tersenyum tipis, raut kecewa samar terlihat di wajahnya.
"Lanjutkan pekerjaanmu, semoga berhasil."Ucap Giornino lalu beranjak pergi untuk melihat gadis lain.
♦♦ Be With You ♦♦
Dion duduk diam di teras. Pria itu tengah memikirkan kondisi Angel saat ini. Sedang apa gadis itu sekarang, apa dia sudah makan? Apa gadis itu mampu mengurusi dirinya sendiri? Apa gadis itu merindukannya seperti dia yang merindukan gadis itu? Dion menghela nafas berat, padahal baru kemarin ia mengantarkan Angel ke bandara tapi sekarang rasa rindu pada gadis itu seakan-akan mencekiknya. Oh hati… kenapa harus Angel? kenapa tidak gadis lain saja kau menjatuhkan pilihanmu. Dion merutuki hatinya sendiri yang kadang sangat bertentangan dengan akal sehatnya.
"Hei, Bro. Nggak jalan?" Deva menghampiri Dion yang duduk seorang diri diteras. Dion hanya menggeleng, seperti biasa tak banyak bicara. Deva mengangkat bahunya dan beranjak dari situ untuk mengajak yang lainnya menghabiskan waktu liburan yang sangat jarang mereka dapat untuk bersenang-senang. Semenjak keberangkatan Angel kemarin Dion sudah menjatuhkan vonis jika liburannya kali ini akan jauh dari kata menyenagkan.
♦♦ Be With You ♦♦
Giornino menatap satu per satu buket bunga yang disusun rapi di atas meja. Pria itu melihat hanya satu buket bunga yang menggunakan bunga matahari di dalamnya.
"Angeline. Kenapa kau membuat buket bunga dari bunga matahari dan bunga mawar?" Giornino menatap Angel lurus-lurus. Angel terkesiap tak menyangka ia akan menjadi orang pertama yang akan ditanyai.
"Bukankah tadi su-"
"Jelaskan." Giornino sengaja memotong ucapan Angel karena ia sudah tahu kalimat selanjutnya yang akan diucapkan oleh gadis itu. Angel membenahi letak kacamatanya, gadis itu balas menatap Giornino lurus-lurus.
"Karena bunga matahari memiliki makna kehangatan, keceriaan dan kesetiaan sedangkan bunga mawar pink memiliki makna kasih sayang jadi menurutku itu akan cocok jika disatukan." Giornino mengangguk, ternyata gadis itu benar-benar tahu apa makna dari kedua bunga tersebut.
"Kalau mawar kuning?"
"Persahabatan." Angel mengendikkan bahunya tak peduli, pria itu mau mengetesnya atau apa? Giornino menatap Ariska yang tampak tak terganggu. Penilaiannya terhadap Ariska turun sedikit.
Seorang gadis berambut hitam legam lurus berjalan pelan menghampiri gadis lain yang tengah termenung di balkon kamarnya. Anisa Rahma, gadis cantik asli Bandung yang sangat mengidolakan Giornino seperti kebanyakan gadis seusianya."Hei... lagi ngapain?" Anisa menatap gadis yang ada di depannya itu dengan senyum yang menghiasi bibir. Gadis itu membalas senyum dari Anisa.Angel mengangkat buku yang ada dalam genggamannya, mengisyaratkan pada gadis bersurai hitam itu apa yang tengah ia lakukan. Angel menggeser duduknya, memberi sedikit tempat untuk Anisa duduk disebelahnya."Terima kasih." ucap Anisa setelah duduk di samping Angel. Angel hanya mengangguk, meletakkan bukunya di pangkuan dan mulai menikmati pemandangan indah langit biru dengan semburat jingga yang mengagumkan."Indah ya?"Lagi-lagi Angel hanya mengangguk. Anisa menoleh kearahnya, meneliti penampilan satu-satunya gadis yang ditanyai oleh Giornino saat sedang melakukan penilaian untuk misi pertama tadi pagi. Jujur saja eksis
Angel menghela nafas berat. Mengapa waktu seakan melambat saat ia berada di rumah karantina ini? Gadis itu merasa sudah begitu lama tinggal di rumah itu padahal ia baru seminggu berada di sana. Beruntung ada Anisa yang bisa menjadi teman ngobrolnya. Ternyata Anisa juga menyukai band pop rock yang di gawangi oleh kakak-kakak angkatnya. Bukan hanya X-BOYS tapi juga semua band, penyanyi, ataupun aktor yang memiliki wajah rupawan. Intinya Anisa akan menyukai semua public figure yang memiliki wajah rupawan.Angel memetik setangkai bunga krisan yang ada di taman belakang rumah itu lalu melangkah menuju ayunan yang ada di sana. Namun saat tinggal selangkah lagi ia sampai di ayunan itu, seseorang sudah menyerobotnya terlebih dahulu. Ariska- gumam Angel. Gadis itu tersenyum tipis dan beranjak meninggalkan Ariska yang fokus pada majalah yang dipegangnya. Dasar sombong, baru jadi model gitu aja sombongnya nggak ketulungan.Angel merutuki kesombongan Ariska yang menurutnya sangat berlebihan. Hei,
"Angelinnneeeee...." Angel menyeringai mendengar teriakan dari guru kepribadian yang melatih semua gadis di tempat karantina itu. Angel buru-buru mengubah ekspresi wajahnya menjadi innocent. Gadis itu kembali berdiri dan menaruh buku tebal hard cover-nya di atas kepala. "Lihat teman-teman kamu! Mereka jatuh gara-gara kamu. Angel! Kenapa sih kamu nggak bisa kayak, Ariska? Look at her. Dia kelihatan anggun nggak kayak kamu yang urakan ini." Angel memutar matanya jengah. "Bentar deh Miss, teman? Duh, Miss Rara yang cantik badai, teman saya di sini tuh cuma Anisa. Lagian ya jangan dibandingin dong saya sama Ariska, dia kan model jadi udah biasa kayak gitu." Rara menggeram, gadis dihadapannya itu benar-benar. Ia belum pernah menemui gadis yang seperti itu, berpenampilan cupu tapi kelakuan urakan. Rara menatap tajam pada Angel yang terlihat tak terpengaruh sama sekali, wajahnya masih terlihat datar-datar saja. "Kamu ini!" "Ngomelnya nanti aja ya, Miss. Saya mau nganterin Anisa ke ka
Anisa duduk termenung menatap foto yang ada di ponselnya. Itu adalah fotonya bersama sang mama. Anisa hanya tinggal bersama mamanya di Bandung. Sang ayah sudah meninggal sejak usianya masih sembilan tahun, sampai sekarang pun mamanya belum mau mencari pengganti ayahnya karena rasa cinta sang mama sangatlah dalam. Air matanya menetes perlahan, gadis itu sangat merindukan mamanya. Anisa memang tak pernah berpisah lama dengan mamanya, gadis itu selalu tak tega meninggalkan mamanya seorang diri. Tapi kini ia harus meninggalkan mamanya demi mengikuti acara yang bisa dibilang konyol ini. "Hey, kenapa nangis?" Anisa segera mengusap air matanya saat mendengar suara yang dua minggu terakhir ini ikut mewarnai hari-harinya. Anisa menoleh dan tersenyum pada Angel. "Kangen mama." jawabnya dengan suara parau. Angel tersenyum lalu mengangguk ia juga merindukan ibunya, ibu yang tak akan mungkin ia temui lagi. "Setidaknya lo lebih beruntung daripada gue, Anisa." Anisa mendongak, menatap raut sedi
Suara petikan gitar mengalun lembut dari arah rooftop. Di sana juga terlihat dua orang gadis yang tengah asyik tenggelam dalam lantunan setiap lirik lagu yang keluar dari bibir mereka.Mereka berdua duduk bersila di lantai, salah seorang diantaranya terlihat tengah memangku sebuah gitar berwarna putih dan memainkan jemarinya di atas senar gitar itu.Kenang diriku selalu di hatimuSelalu di jiwamu, simpan di memorimuKunanti dirimu bila malam pun tibaCukup kita yang tahu, mimpi jadi saksinyaKering air mataku mengingat tentangmuTentang kita yang tak jodoh Anisa terus bernyanyi diiringi petikan gitar Angel. Angel sesekali menimpali suara Anisa dan membuat improvisasi mereka sendiri. Anisa mengangkat tangannya menyuruh Angel berhenti, Angel menurut gadis itu menaikkan sebelah alisnya bertanya."Kenapa?""Haus. Gue ambil minum dulu ya."Angel mengambil botol berisi jus jeruk di sampingnya dan menyerahkannya pada Anisa. Anisa menggeleng, "lagi pengen air putih, tunggu disini ya… Jangan
Rico memandang jauh melewati garis batas cakrawala. Mengagumi bagaimana langit senja memancarkan pesonanya. Pria itu menghela nafas berat, ini adalah liburan pertamanya tanpa kehadiran gadis yang selalu menjadi penyemangatnya. Tadinya ia berpikir ini adalah kesempatan yang bagus untuknya, karena tanpa adanya gadis itu ia bisa lebih leluasa menggoda gadis-gadis cantik yang ia temui. Tapi ternyata ia salah. Rico merasa ada yang kurang dalam liburan kali ini. Mungkin karena sudah terbiasa dengan kehadiran adik angkatnya itu ia merasa kehilangan gadis itu."Sepi ya, nggak ada Si Mungil." ucap Ryan tiba-tiba."Siapa suruh daftarin dia di sana?" Sahut Dion dengan nada dinginnya."Itu keputusan bersama kalau lo lupa.""Udahlah. Daripada berantem nggak guna gini mending mikir gimana caranya kita bisa nyusul Angel tanpa ada yang curiga." lerai Deva.Rico tersenyum senang saat sebuah ide muncul diotaknya. Ia tahu bagaimana ia bisa bertemu dengan Angel. Rico bangkit dari duduknya dan berjalan ke
Lantunan musik mengalun memenuhi ruang tengah yang sudah dialih fungsikan menjadi panggung pertunjukan mini. Di salah satu sisi ruangan didirikan satu panggung kecil lengkap dengan peralatan musik dan didepan panggung itu sudah berjejer kursi-kursi sebagai tempat duduk untuk para finalis. Panggung pertunjukan dadakan ini sebenarnya diperuntukkan untuk para finalis agar tak merasa bosan dengan rutinitas mereka yang itu-itu saja selama dua puluh hari belakangan ini.Setelah drama penyamaran yang sangat berantakan. Besoknya manager X-BOYS menghubungi mereka, menawari mereka untuk tampil di Panah Asmara Giornino. Mendapat tawaran seperti itu tentu saja tak akan dilewatkan oleh para personil X-BOYS. Lagi pula dengan menerima tawaran itu, mereka bisa bertemu dengan sang adik tanpa harus repot-repot menyamar.Kali ini X-BOYS tak membawakan banyak hits up-beat mereka. Hanya satu lagu up-beat dan beberapa lagu yang mereka cover dari para penyanyi internasional dan juga duet dengan beberapa fin
Angel menghela nafas berat, ia merasa sangat lelah dan kehausan. Semakin dekat dengan hari grand final, semakin banyak pula latihan-latihan yang harus diikutinya. Latihan jalan lah, latihan ngomong lah, dan latihan-latihan yang lainnya. Angel sempat jengah juga, please deh ini kan pemilihan pasangan buat Giornino bukan pemilihan ratu kecantikan.Angel menghempaskan tubuhnya di kursi meja makan. Gadis itu mengambil segelas jus jeruk dingin yang tadi telah diambilnya dari dalam lemari es. Menenggak beberapa tegukan sekaligus. Segar dan dingin itulah yang ia rasakan saat cairan itu mengalir di tenggorokannya.Angel menoleh saat mendengar seseorang memasuki ruangan itu. Gadis itu dapat melihat Bintang, gadis yang tidur sekamar dengan Ariska. Angel mengeritkan keningnya melihat Bintang berjalan terpincang-pincang. Angel menunggu sampai Bintang duduk dihadapannya untuk menanyakan apa yang terjadi dengan gadis berambut ikal itu."Lo kenapa, Bin?" Tanya Angel p