Angel membawa semangkuk mie instan rebus yang masih mengepulkan uap panas ke teras belakang. Menaruhnya disamping gelas air putih miliknya. Gadis itu segera duduk dan menyalakan laptopnya, menyuapkan sesendok mienya sambil menunggu laptopnya menyala. Hari ini ia sudah berjanji pada salah seorang temannya di jejaring sosial untuk chatting pukul 4 sore. Jadi di sinilah Angel sekarang, duduk di teras belakang dengan laptop di atas meja dan semangkuk mie rebus.
Angel segera membuka aplikasi sosial medianya dan segera log in. Gadis itu memakai nama aslinya sebagai username akun pribadinya itu. Ternyata sudah ada sebuah chat yang masuk ke akun pribadinya itu, Angel segera mengklik username itu dan mulai chatting. Sesekali ia juga menyuapkan mienya itu saat ia menanti balasan. Teman chat Angel bernama Anna, gadis cantik berambut pirang yang berasal dari Toronto, Kanada.
On Chat
Anna : Hi Angel
Ang
Angel membentangkan kedua tangannya lebar-lebar, matanya terpejam dan senyumnya terkembang saat angin menerpa tubuhnya. Terik matahari yang membakar kulit tak membuatnya gentar untuk menikmati suasana damai yang sangat jarang ia rasakan. Namun sepertinya keadaan tak mengijinkannya merasakan santai untuk sedikit lebih lama lagi. Seseorang yang berdiri tak jauh darinya berteriak keras-keras. Angel membuka matanya, tangannya yang terbentang ia turunkan namun senyumnya masih bertahan bahkan kini makin lebar. Gadis itu tahu siapa pemilik suara itu, dia adalah pangeran berkuda putihnya, orang yang diharapkannya bisa menjadi teman hidupnya. "I LOVE BEACH!!!" Angel memalingkan wajahnya, menatap Rico yang hanya berjarak satu meter darinya. Gadis itu memasang wajah datar, seolah sebal dengan Rico yang mengganggu me time-nya."Beach or bitch?" seru Angel dengan nada sarkasnya. Rico memandang Angel, menelengkan kepalanya dengan evil smile-nya."You know me so well, my little Angel."A
Giornino menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Matanya menatap langit-langit kamar sedangkan kedua tangannya ditekuk dan dijadikan bantal untuk menopang kepalanya. Giornino menghela nafas panjang tapi setelah itu terlihat lengkungan kecil di bibirnya. Angannya melayang membayangkan apa yang akan terjadi beberapa hari yang akan datang. Apa yang akan terjadi di pulau pribadi yang disewa oleh tim Panah Asmara Giornino sebagai reward untuk pemenang acara itu. Senyumnya semakin melebar saat mengingat ia mendapatkan bocoran dari managernya jika di sana nanti ia juga akan candle light dinner bersama Ariska.Bisa dibilang Giornino sudah menunggu saat-saat seperti ini semenjak sebulan yang lalu, semenjak ia melihat foto Ariska untuk pertama kalinya. Memang beberapa waktu lalu perhatiannya agak teralihkan oleh sosok Angel tapi karena kebersamaan mereka -Giornino dan Ariska- beberapa hari belakangan ini, perasaan Giornino kembali pada Ariska meskipun sedikit berkurang dibandingkan dengan pertama
Angel dan keempat kakaknya tengah duduk bergerombol di bawah pohon kelapa. Mereka memutuskan untuk menghabiskan siang mereka dengan duduk bersantai di bawah pohon kelapa ditemani dengan es kelapa muda yang begitu segar. Mereka bersama-sama menikmati indahnya pemandangan yang ada di pantai itu. Anna tak ikut berkumpul karena ia lebih memilih untuk berselancar karena ombak di pantai itu lumayan bagus. Sudah lama sekali Anna tidak berselancar dan ia sangat merindukan nuansa dimana sinar matahari menyengat kulitnya, gesekan kakinya dengan air dan caranya menyeimbangkan tubuh di atas sebilah papan."Anna itu beneran teman lo, Ngel?" Tanya Rico tanpa mengalihkan pandangannya di Anna yang sedang bermain-main dengan ombak."Ya, kenapa?""Nggak. Nggak nyangka aja, lo bisa punya temen sexy begitu." ucap Rico masih tetap melihat pada Anna yang kini tengah berjalan dengan papan selancar di tangan kirinya. Tubuh gadis itu benar-benar terekpos karena ia hanya mengenakan bikin
“Gio, jangan lupa besok jam sepuluh kita ada meeting di Melon TV.”“Meeting buat apa, Mbak? Perasaan kita nggak ada project bareng Melon TV.” Gio mengernyitkan dahinya, mengingat-ingat apakah ia pernah membaca dan menandatangani kontrak dengan Melon TV.“Gausah pura-pura lupa lo! Pulang dari Malang, kontraknya udah lo tanda tanganin ya.”Gio memutar matanya sebal, Mbak Namira, manager-nya itu mulutnya memang perlu dicabein biar nggak kurang ajar padanya. “Emang acara apa sih, Mbak?”“Jangan bilang lo nggak baca kontraknya,” Gio mengedikkan bahunya. Mbak Namira mendengus kasar, melihat dari respon artisnya, ia tahu bahwa Gio sama sekali tak membaca isi kontraknya, “kebiasaan lo!”“Kan biasanya juga gitu, Mbak. Kontrak-kontrak yang sampek ke gue udah lo pilah-pilah dulu tinggal gue tanda tanganin.” Gio mengubah posisi duduknya menjadi selonjoran di sofa ruang tamu apartement-nya.“Kali ini belom gue sortir, gue kan baru cuti, Yo!”“Oh iya. Besok meeting buat variety show doang kan, Mbak
Angeline berjalan lunglai kearah ruang tamu tempat personil X-BOYS berkumpul. Gadis itu dapat melihat semua personil X-BOYS tengah berkumpul dan berbicara serius tentang sesuatu. Angel semakin mendekati mereka. Ia mengerutkan keningnya saat mendapati mereka langsung menghentikan obrolan mereka saat Angel mendekat. Angel tahu ada yang mereka sembunyikan darinya. "Hey Baby girl... Silahkan duduk adek manis.”Deva menyapa Angel dengan riang. Pria itu mengembangkan senyumnya sangat-sangat lebar. Angel memutar matanya menanggapi sapaan Deva. Berjalan lunglai ke single sofa yang tersisa dan menghempaskan tubuhnya disana. Angeline menatap personil X-BOYS satu per satu, Deva, Mbak Namiran, Ryan dan ....Lho dimana Rico? Perasaan beberapa saat yang lalu pria berambut jabrik itu masih duduk manis di sebelah Mbak Namiran, tapi dimana pria itu sekarang? Angel menghela nafas, terserah Rico mau kemana ia tak peduli. Yang Angel khawatirkan sekarang adalah nasibnya sendiri, pasti ini ak
Angel berjalan males-malesan memasuki terminal pemberangkatan, kedua tangannya digenggam oleh Dion dan Deva. Kedua pria itu memegangi Angel, takut gadis itu melarikan diri. Angel menggerutu pelan, menyumpahi kakak-kakak angkat tak berperikemanusiaan yeng telah memaksanya untuk ikut acara paling tidak berguna yang pernah ia dengar.Deva menghentikan langkahnya di ruang tunggu. Pria itu menghempaskan bokongnya pada kursi yang ada di sana, diikuti oleh Ryan dan Dion yang juga ikut duduk di kursi tunggu. Sedangkan Rico, ia lebih memilih untuk duduk di atas koper besar Angel yang tadi dibawanya. Mereka berempat memang sengaja membeli tiket yang sama dengan Angel agar dapat menemani gadis itu di ruang tunggu, sekaligus memastikan ia tak kabur.Angel berdiri di samping Rico. Gadis itu enggan untuk duduk dan memilih mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Angel memutar bola matanya saat mengetahui sebagian besar orang yang ada disitu melihat kearah mereka. Selalu saja seperti ini, pasti ada s
Angel menyeret kopernya menuju toilet. Gadis itu langsung masuk kesalah-satu bilik di dalam toilet, menaruh kopernya di atas lantai dan membukanya. Angel mengerutkan dahinya mendapati tumpukan gaun beraneka warna yang berada di dalamnya. Seingatnya ia tak pernah memiliki gaun dengan warna yang sangat mencolok seperti yang tengah ia pegang saat ini. Gadis itu mengangkat salah satu gaun berwarna merah bata yang ada dalam genggamannya, membentangkannya hingga terlihat jelas bagaimana model gaun itu. Tipikal seorang Rico. Angel sudah menduga bila Rico akan memenuhi kopernya dengan baju-baju yang sangat terbuka dan kekurangan bahan. Gadis itu mengeluarkan beberapa gaun, memilah mana yang mungkin cocok untuk ia kenakan. Selesai memilah-milah, Angel membuang beberapa crop top dan mini dress yang ada, hingga menyisakan setengah koper yang menurutnya masih masuk untuk karakternya. Angel kemudian mengambil kemeja flannel dari kopernya, mengganti blouse biru mudanya denga
Angel melangkah malas-malasan menuju ruang tengah. Dengan T-shirt kebesaran dan muka bantalnya ia bergabung dengan gadis-gadis lain yang sudah terlihat rapi dan sudah duduk dengan anggun di sofa. Angel memasang wajah sebal, bagaimana tidak? Saat enak-enaknya menyelam di alam mimpi, ia malah dibangunkan untuk bergabung dengan yang lain di ruang tengah. Apa mereka tidak tahu kalau ini masih terlalu pagi untuk membangunkan seseorang? Bahkan jarum jam saja masih menunjukkan kalau ini masih jam tiga pagi. Sekali lagi jam TIGA PAGI. Ini benar-benar mimpi buruk yang menjadi kenyataan. Seorang pria berusia awal tiga puluhan memasuki ruang tengah bersama seorang gadis yang terlihat masih sangat muda. Gadis itu membawa seember bunga beraneka warna juga pembungkus dan pita. Gadis itu meletakkan semua barang yang dibawanya diatas meja dan kembali mensejajarkan dirinya dengan si pria yang tak lain adalah host dari Panah Asmara Giornino. Kamera sudah menyala dan sudah merekam semua aktivitas sejak