Share

Bab 2. Here We Go

Angel berjalan males-malesan memasuki terminal pemberangkatan, kedua tangannya digenggam oleh Dion dan Deva. Kedua pria itu memegangi Angel, takut gadis itu melarikan diri. Angel menggerutu pelan, menyumpahi kakak-kakak angkat tak berperikemanusiaan yeng telah memaksanya untuk ikut acara paling tidak berguna yang pernah ia dengar.

Deva menghentikan langkahnya di ruang tunggu. Pria itu menghempaskan bokongnya pada kursi yang ada di sana, diikuti oleh Ryan dan Dion yang juga ikut duduk di kursi tunggu. Sedangkan Rico, ia lebih memilih untuk duduk di atas koper besar Angel yang tadi dibawanya. Mereka berempat memang sengaja membeli tiket yang sama dengan Angel agar dapat menemani gadis itu di ruang tunggu, sekaligus memastikan ia tak kabur.

Angel berdiri di samping Rico. Gadis itu enggan untuk duduk dan memilih mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Angel memutar bola matanya saat mengetahui sebagian besar orang yang ada disitu melihat kearah mereka. Selalu saja seperti ini, pasti ada saja yang akan melihatnya sambil berkasak-kusuk.

Ini semua karena empat pria yang ada di depannya. Empat pria tak berperasaan yang sayangnya memiliki ketampanan di atas rata-rata. Walaupun Angel tumbuh bersama mereka, ia juga tak bisa menampik pesona keempat pria itu apalagi pesona Rico. Meskipun Angel suka kesal dengan kelakuan mereka tapi ia sangat menyayangi mereka semua.

Angel menatap Rico yang terlihat santai seperti yang lain. Pria itu meluruskan kakinya dan memainkan ponsel. Angel heran dengan keempat pria yang menemaninya ini, mereka terlihat seperti tak terganggu dengan pandangan-pandangan memuja dari kebanyakan wanita yang melihat mereka juga kasak-kusuk yang selalu mengiringi setiap langkah mereka.

Meski tumbuh dalam ruang lingkup yang dipenuhi dengan euphoria keluarga personil band terkenal, Angel tak akan pernah terbiasa dengan atensi yang mengarah padanya.

"Angeline… sayang, kenapa nggak duduk? Duduk yuk… pilih di sebelah Deva atau mau dipangku?" Rico mengerlingkan sebelah matanya pada Angel, disusul sengan kekehan pelan. Angel melotot mendengar ucapan Rico. Pria satu itu selalu saja menggodanya, namun entah kenapa ia sangat menyukainya.

"Udahlah Co, simpan aja gombalanmu itu buat para wanitamu."

Rico tersenyum jahil, pria itu mengedarkan pandangannya memandangi setiap wanita yang melihat ke arahnya. Lalu mengerlingkan sebelah matanya yang dibalas dengan jeritan histeris para gadis.

"Dek… duduk sini deh."

Deva menarik lengan Angel agar duduk di sebelahnya. Angel mengangguk dan duduk di bangku kosong yang berada diantara Dion dan Deva. Gadis itu menatap Rico yang ada di depannya, seorang pria petakilan yang sayangnya sangat tampan. Dari awal kemunculan X-BOYS, Rico tak pernah mengubah gaya rambutnya yang seperti duri landak, tak seperti anggota X-BOYS yang lain yang tiap berapa bulan sekali selalu mengganti model rambutnya kecuali Ryan yang plontos.

"Heh! Ngelamun aja, sana masuk!"

Angel mendongak, menatap Deva yang berdiri di depannya. "Aku harus pergi ya?"

Deva mengangguk dengan raut wajah sedih. Angel menunduk, Dion mendesah sedih. Baru kali ini mereka harus terpisah jauh, mereka tak pernah meninggalkan Angel sendiri bahkan saat mereka tour keliling Indonesia pun mereka selalu membawa serta Angel.

"Kau juga harus sesekali jauh dari kami, Angel."

Angel semakin menunduk, gadis itu sadar betul ia tak mungkin bisa hidup selamanya bersama keempat pria itu. Bagaimanapun mereka adalah seorang manusia yang semakin hari semakin menua dan akan berkeluarga. Bukan hanya akan mengurusinya saja.

Deva berjongkok di depan Angel, mensejajarkan wajahnya dengan wajah gadis itu. Deva mengulirkan tangannya untuk menyentuh dagu Angel, membuat gadis itu menatap lurus-lurus kearah Deva.

            "Hei… kita lakuin ini karena sayang sama kamu. It’s time for you to explore. Biar kamu punya teman yang makin banyak. Bertemanlah dengan mereka yang ada di sana."

 Angel memeluk leher Deva erat-erat, gadis itu juga sangat menyayangi keempat pemuda yang telah menyelamatkannya dari kehancuran.

 "Aku juga sangat menyayangi kalian." Deva melepaskan pelukan Angel, pria itu tersenyum manis.

"Okey. Siap berjuang?" Angel mengangguk malas-malasan saat teringat akan nasib yang akan menimpanya. "Hei adek kecil, jangan cemberut. Senyum dong senyum."

Rico memamerkan senyum manisnya yang jarang sekali diperlihatkan di depan khayalak ramai. Senyum itu membuat para gadis menahan nafasnya karena terpesona.

 "Ayo berdiri, Sayang!"

Deva mengulurkan tangannya untuk digenggam Angel. Angel menerima uluran tangan itu dan berdiri, mengambil koper kecil yang dibawa Rico kemudian beranjak pergi bersama penumpang lain. Gadis itu berbalik, menatap keempat kakak angkatnya itu untuk mengucapkan salam perpisahan. Dion berjalan mendekat, lalu mendekap Angel dalam pelukannya. Tangannya terulur untuk mengusap lembut rambut Angel.

 "Angel, sweety… denger! kamu disana cuma tiga bulan. Setelah itu kamu sama-sama kita lagi." Angel mengangguk dalam dekapan Dion, pria itu selalu bisa menenangkan Angel. Rico ikut bergabung memeluk Angel.

"Jangan manja di sana!"

"Jaga diri baik-baik."

"Kamu jangan sampai buat masalah di sana."

Ryan dan Deva ikut bergabung, mengurung Angel dalam dekapan empat pria tampan yang mempesona. Angel tersenyum kecil diantara tangisnya, gadis itu bahagia karena Tuhan mau mempertemukannya dengan empat pria berhati malaikat ini.

                          

♦♦ Be With You ♦♦

Giornino melajukan mobilnya dengan kecepatan yang bisa disejajarkan dengan kecepatan siput. Pria itu sengaja berangkat pagi-pagi untuk ke rumah karantina tapi ia malah terjebak macet seperti ini. Yah, sudah menjadi rahasia umum jika Jakarta adalah biangnya macet apalagi pada jam-jam berangkat kerja seperti ini.

Sudah hampir satu jam Giornino terjebak diantara ribuan mobil yang juga mengantri untuk ketempat tujuan masing-masing, tapi tak terlihat gurat kesal atahu lelah di wajah pria itu. Hanya senyum manis dan mata berbinar yang menghiasi wajah tampannya. Pria itu tak sabar untuk segera sampai di rumah karantina dan menatap wajah cantik gadis bersweater putih kemarin. Lantunan lagu cinta mengalun riang di dalam mobil Giornino. Ia sesekali ikut bersenandung mengikuti irama lagu.

Akhirnya setelah lebih dari satu setengah jam menembus kemacetan Jakarta, ia sampai di sebuh rumah bertingkat dua yang terlihat sangat megah. Pria itu membunyikan klaksonnya dua kali lalu seorang pria paruh baya berseragam security datang menghampirinya dan membukan gerbang.

"Terima kasih, Pak Diman."

Pak Diman mengangguk sopan mendapati perlakuan sopan Giornino. Pria itu kembali menutup gerbang besi itu setelah mobil Giornino terparkir di halaman. Giornino keluar dari mobilnya, senyumnya masih mengembang.

Giornino memasuki Rumah dan mendapat sambutan teriakan histeris dari seorang gadis bergaun merah menyala yang berdiri ditengah ruangan. Teriakan itu berhasil menyedot semua perhatian para gadis yang ada disitu, hingga kini ia yang menjadi pusat perhatian. Giornino tersenyum ramah sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling, memerhatikan setiap gadis yang ada disitu hingga matanya menangkap orang yang sudah dinantikan dari tadi. Gadis itu tersenyum manis dan terlihat sangat cantik dengan gaun selutut berwarna pastel.

"Halo semua." Giornino mengangguk sekilas dan melenggang dari sana, pria itu harus sedikit menjaga image-nya agar terlihat lebih menawan.

♦♦ Be With You ♦♦

Ariska Putri,  seorang model catwalk yang sudah sangat terkenal seantero Jakarta. Gadis dengan segudang prestasi di bidang Modelling. Ariska adalah anak dari seorang pengusaha ternama di negeri ini. Saat ini, gadis itu duduk di single sofa yang ada di ruang tamu rumah karantina. Harus ia akui bahwa rumah karantina ini tidak seburuk yang ia bayangkan, bahkan lebih baik malah. Gadis itu membolak-balikkan majalah fashion yang ada di pangkuannya, mengamati setiap gambar jikalau ada yang diinginkannya. Namun tak ada satupun yang menarik perhatiannya.

Gadis itu menatap sekelilingnya, memperhatikan gadis-gadis yang juga menjadi peserta karantina Panah Asmara Giornino. Tujuan utamanya ikut acara ini ya karena dengan menjadi pasangan Giornino, ia bisa mencapai popularitas yang lebih dari pada sekarang, lagipula Giornino juga sangat tampan dan ia memendam sedikit perasaan suka pada pria itu. Ariska menatap sekelilingnya dengan tatapan meremehkan, ia yakin ialah yang akan terpilih menjadi pasangan Giornino di final nanti. Ia cantik tentu saja, selain itu ia juga akan menghalalkan segala cara untuk membuat dirinya menjadi sang pemenang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status