Share

Bab 5. Tujuan Angel

Seorang gadis berambut hitam legam lurus berjalan pelan menghampiri gadis lain yang tengah termenung di balkon kamarnya. Anisa Rahma, gadis cantik asli Bandung yang sangat mengidolakan Giornino seperti kebanyakan gadis seusianya.

"Hei... lagi ngapain?" Anisa menatap gadis yang ada di depannya itu dengan senyum yang menghiasi bibir. Gadis itu membalas senyum dari Anisa.

Angel mengangkat buku yang ada dalam genggamannya, mengisyaratkan pada gadis bersurai hitam itu apa yang tengah ia lakukan. Angel menggeser duduknya, memberi sedikit tempat untuk Anisa duduk disebelahnya.

"Terima kasih." ucap Anisa setelah duduk di  samping Angel. Angel hanya mengangguk, meletakkan bukunya di pangkuan dan mulai menikmati pemandangan indah langit biru dengan semburat jingga yang mengagumkan.

"Indah ya?"

Lagi-lagi Angel hanya mengangguk. Anisa menoleh kearahnya, meneliti penampilan satu-satunya gadis yang ditanyai oleh Giornino saat sedang melakukan penilaian untuk misi pertama tadi pagi. Jujur saja eksistensi gadis dengan penampilan cupu itu membuatnya iri.

Gadis itu bahkan tak melakukan sesuatu yang special, berdandan ala kadarnya tapi mampu menarik perhatian Gio. Anisa benar-benar merasa iri. Tapi ia tau ini masih awal, masih ada banyak kesempatan untuk dirinya menarik perhatian Giornino.

"Angel… don’t be salty. But, lo beneran selalu dandan kayak gini setiap hari?"

Angel menoleh, “ada yang salah?” Tanya Angel dengan wajah datar. Responnya yang seperti itu tentu saja membuat Anisa panik.

“Nggak… Bukan gitu. Tapi aneh aja lo ikut acara kayak gini dengan penampilan lo sekarang.” Angel menoleh dan tersenyum, gadia itu tak mengenal Anisa sebelumnya. Pertama kali bertemu pun kemarin karena mereka ditempatkan dalam satu kamar selama karantina. Tapi entah kenapa ia merasa gadis bersurai hitam di depannya itu adalah gadis yang baik. Should she spill some beans?

 "Nggak apa-apa."

Anisa menautkan alisnya tak mengerti. Angel menghembuskan nafas berat lalu menggelengkan kepalanya. Belum saatnya.

♦♦ Be With You ♦♦

            Di kamarnya, Giornino tengah bergelut dengan lembaran-lembaran kertas yang berisi beberapa not balok yang bertebaran juga gitar yang senantiasa berada di pangkuannya. Pria itu tengah berusaha menciptakan sebuah lagu namun ia merasa selalu ada yang kurang pas dengan karyanya itu. Ia akui memang tidak gampang menciptakan sebuah lagu apalagi melakukan semuanya sendiri mulai dari membuat lirik, menentukan nada atau notasi apalagi mengaransemen sebuah lagu. Pria itu memijit kepalanya yang berdenyut-denyut pusing. Ia tak akan bisa menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu dekat.

Giornino menyingkirkan gitar dari pangkuannya dan meletakkannya di atas ranjang, membiarkannya di sana bersama beberapa lembar kertas yang tersebar. Pria itu beranjak dari kamarnya. Tujuan utamanya adalah rooftop. Kemarin ia diberitahu bahwa di rooftop rumah ini terdapat sebuah ayunan besar, dan katanya pemandangan dari sana juga cukup bagus.

Mungkin ini yang ia butuhkan. Sedikit refresing untuk melupakan sejenak kepenatan dalam hidupnya. Pria itu mendekati pagar pembatas, mengamati para finalis yang sedang bercengkrama di taman belakang rumah karantina. Suasana taman cukup ramai, ada beberapa finalis yang terlihat bergerombol di bawah pohon rindang sambil tertawa, ada juga yang berkumpul di tepi kolam.

Matanya beralih menangkap sosok yang mampu membuat matanya sulit beralih. Ariska, gadis itu terlihat tengah duduk di sebuah ayunan dengan sebuh majalah di pangkuannya. Hei lihatlah dia, gadis itu bahkan terlihat begitu cantik meski hanya mengenakan hot pants dan t-shirt sederhana. Ia terlihat sangat cantik saat rambutnya yang tergerai tertiup angin.

Giornino mengucap syukur dalam hati, berterima kasih pada Tuhan karena telah menurunkan malaikat tanpa sayap yang begitu cantik dalam hidupnya. Giornino terus saja mengamati Ariska sampai-sampai ia tak sadar jika hari sudah mau gelap. Pria itu langsung turun dari rooftop untuk menuju kamarnya, menyiapkan dirinya untuk makan malam bersama para finalis. Cukup merepotkan memang karena ia harus menerima tatapan kagum dari para gadis-gadis itu selama makan malam, dan ia harus membalas tatapan itu dengan senyum diwajahnya. Tapi taka pa, selama di sana masih ada Ariska, sepertinya ia mampu untuk menahannya.

♦♦ Be With You ♦♦

"Come on Angel... kenapa lo pakek itu lagi sih? Giornino mana mau ngellirik lo kalo pakaian lo gitu terus" Angel menaikkan sebelah alisnya, menatap gadis di depannya itu dengan wajah datarnya.

"Itulah tujuannya Anisa."

Anisa mendengus sebal, tadi Angel memang memberitahunya bahwa ia tak ingin memenangkan acata itu, "tapi setidaknya berpaka ianlah yang proper biar gak di-bully netizen!"

Angel terlihat enggan untuk menanggapi, gadis itu malah sibuk mencari kacamata tebalnya.

"Terserah kalau begitu. Ayo kita sudah terlambat."

Anisa menggandeng tangan Angel dan menariknya untuk ke ruang makan. Di sana hampir semua finalis sudah menempati kursi yang mengelilingi sebuah meja panjang berbentuk oval yang sangat elegan, di atas meja itu sudah tersaji berbagai macam makanan yang mampu mengundang nafsu makan. Mulai dari makanan khas indonesia sampai makanan ala eropa juga ada, pokoknya lengkap deh.

Mereka memilih tempat duduk yang berdampingan, Anisa langsung menyapa gadis yang ada di sebelahnya dan langsung mengobrol, gadis itu memang sangat komunikatif dan sepertinya ia berbakat untuk menjadi seorang presenter. Sedangkan Angel duduk diam di kursinya, ia malas bersosialisasi dengan gadis-gadis yang menatapnya dengan pandangan mencemooh.

Pergerakan dari seseorang mengambil tempat duduk sembilan puluh derajat darinya, membuatnya mendongak. Pria itu, pria yang saat ini termasuk pria yang tak ingin dilihatnya. Giornino tersenyum tipis didepan semua orang, sikap Giornino itu membuat Angel mendengus dan tersenyum miring. Gadis itu tahu kalau semua yang dilakukan Giornino adalah palsu, pencitraan.

"Dasar pencitraan" desis Angel. Giornino menatap Angel, pria itu mendengar apa yang gadis itu ucapkan.

"Kamu tadi bilang apa?" Angel mengerutkan keningnya, berpura-pura tidak tahu apa maksud pria itu.

"Bilang apa? Salah denger kali." Giornino menatap tajam kearah Angel tak percaya bahwa gadis itu tak mengatakan apapun.

"Selamat malam semuanya. Maaf saya terlambat." Giornino menoleh kearah Ariska, tatapan tajamnya melembut ketika matanya menatap Ariska.

"Oh tidak apa-apa. Ariska, silahkan duduk."

Ariska duduk di ujung meja, bersebrangan dengan Giornino. Giornino mempersilahkan mereka untuk memulai makan malam mereka, memberi kebebasan pada mereka untuk memilih makanan yang diinginkan. Sedangkan, dipiring Giornino sudah ada secentong nasi yang diambilkan oleh salah satu finalis. Pria itu memandangi beragam lauk pauk yang ada diatas meja, mencari mana yang ia inginkan untuk ia nikmati malam ini. Dia menemukannya, udang goreng tepung favoritnya. Ia sudah akan mengambil udang itu dengan garpunya saat garpu lain juga ikut mengambil udang goreng tepung yang tinggal satu-satunya.

Giornino mendongak, melihat siapa yang juga berkeinginan untuk mengambil makanan favoritnya itu. Angeline, si gadis aneh ternyata yang ingin mengambil udang itu, Giornino mengurungkan niatnya untuk makan udang itu dan memilih mengambil yang lain agar tak terjadi keributan. Giornino ingin mengambil Ayam goreng tapi Angel juga ingin mengambil Ayam goreng.  Giornino berdecak sebal, pria itu menatap Angel yang tengah melahap makanannya.

Piring Angel terlihat penuh dengan aneka lauk pauk, tak seperti gadis lain yang hanya mengambil sedikit makanan. Piring Angel memang penuh tapi gizi yang ada didalamnya tak berlebihan, pas dan tentu saja tepat karena ia adalah salah satu gadis yang suka menjaga kesehatannya. Giornino tersenyum miring membandingkan cara makan Angel yang terlihat sedikit berantakan dengan cara makan Ariska yang sangat elegan dan berkelas. Pilihannya memang tepat. Hanya saja yang Giornino tidak tahu Angel sengaja untuk memperlihatkan cara makan barbarnya pada Giornino.

♦♦ Be With You ♦♦

Angel memegangi perutnya yang terasa sakit. Tadi ia makan terlalu banyak, tak seperti porsi makannya yang biasa. Jika ia memuntahkan makanannya nanti ia malah dikira penderita anoreksia lagi. Huh sudahlah, jika dibawa tidur rasa sakitnya pasti akan berkurang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status