Share

Tujuh

Bahagia Setelah Berpisah

 

 

🍁🍁🍁

 

Jam menunjukkan pukul 9 pagi saat Mas Sunar mengantar kami ke terminal Kota, ku ucapkan beribu terimakasih atas kebaikannya, Mbak Sulis serta yang lainnya. Tak butuh waktu lama untuk mendapatkan Bus yang ku tunggu.

 

Setelah berpamitan pada Mas Sunar aku lantas segera naik. Ia bahkan masih memberikan sebuah kantong plastik besar berisikan air mineral dan beberapa camilan serta roti untuk anak-anakku. 

 

Dalam hati aku berjanji suatu saat nanti, aku akan kembali dan membalas kebaikan mereka semua.

 

"Bismillah, semoga ini akan jadi awal yang baik untuk kita semua ya, Nak." gumamku pelan saat kami telah mendapatkan tempat duduk.

 

Mas Sunar melambaikan tangan ketika Bus mulai berjalan. Ku dekap tubuh Utari yang tengah memainkan sebuah snack di tangannya. Wangi minyak telon segera memenuhi indra penciuman saat aku menciumi pipinya yang gembul. Entah kenapa, ada perasaan bahagia saat menatapi wajah kedua anakku. Mereka semua sama sekali tak mirip dengan Mas Farhan, wajah mereka lebih mirip dengan wajahku. Yang menurun dari Mas Farhan hanyalah bentuk rambut, warna mata, serta warna kulit mereka. Utara dan Utari memiliki rambut hitam yang lurus, kulit putih, serta bola mata hitam yang indah.

 

"Kita akan tinggal di rumah Ibu teruskan? Nggak akan balik kesini lagi?" Utara bertanya dengan wajah serius.

 

Aku mengelus rambutnya lembut. "Tara nggak mau ketemu Bapak lagi? Kok nggak mau kesini lagi Nak?" tanyaku kembali pada pria kecilku itu.

 

Ia tampak berpikir sejenak. Lalu lalang jalanan Kota menarik perhatiannya.

 

"Nggak, Tara nggak butuh Bapak. Selama ini Bapak cuma bisa buat Ibu nangis, semua kebutuhan Tara juga cuma Ibu yang urusin. Tara lebih baik nggak punya Bapak." 

 

Aku sedikit tersentak mendengar ucapannya. Sesakit itukah hati dan batin anakku?

 

Ku tarik putraku ke dalam pelukan, bagaimanapun Utara tak boleh menyimpan dendam pada Mas Farhan. Apapun alasannya.

 

"Dengar Ibu baik-baik, Tara boleh marah sama Bapak dan Nenek, tapi ... Tara nggak boleh dendam karena sampai kapanpun Bapak tetap akan menjadi Bapaknya Tara, begitu pula Nenek ...,"

 

Utara menarik kepalanya dari pelukanku.

 

"Bapak aja nggak sayang sama Tara, kenapa Tara nggak boleh dendam?" ia mengerutkan dahinya.

 

Fisik Utara memang sangat mirip denganku, namun sifat dan wataknya amatlah persis dengan Mas Farhan.

 

"Karena Allah saja maha pemaaf Nak, suatu hari nanti Tara bakalan mengerti apa yang Ibu maksud."

 

Pria kecilku itu hanya diam, bagaimanapun keburukan Mas Farhan tak dibenarkan jika aku mengizinkan anak-anak membenci dirinya.  Ia tetaplah akan menjadi Ayah dari anak-anakku. 

 

Namun, Utara juga berhak menyimpan perasaan marah, kecewa, bahkan benci pada Mas Farhan. Itu semua ulah Mas Farhan sendiri. Tugasku hanya menjaga hatinya agar tak semakin terluka. Menyimpan dendam itu akan menjadi penyakit hati yang sangatlah berbahaya, ia layaknya bom waktu. Bisa meledak kapan saja. Aku tak ingin Utara terluka lebih dalam lagi. 

 

"Bu ...," panggil Utara lirih, ia menggenggam erat jemariku.

 

Aku menatapnya lekat, "Iya Le?" 

 

"Suatu hari nanti kalau Tara udah besar, Tara janji akan bahagiain Ibu, jagain Ibu, sayang dan nggak akan biarin satu orangpun di dunia ini nyakitin Ibu ataupun Tari ...," 

 

Air mataku tumpah mendengar ucapan Utara, anak laki-laki yang berumur 6 tahun itu harus dipaksa dewasa sebelum waktunya. Disaat anak-anak lain seusianya masih mendapat limpahan kasih sayang dari orang tua mereka, Utara justru telah menelan banyak pil pahit dari orang-orang terdekatnya. 

 

Di satu sisi hatiku merasa sangat terharu ... namun disisi yang lainnya aku juga merasa malu. Malu karena ternyata dampak dari pertengkaran dan lingkungan kehidupan rumah yang tak sehat selama kami tinggal di rumah Mas Farhan kini telah mempengaruhi kepribadian Utara. Aku merasa semakin yakin, berpisah dengan Mas Farhan memang keputusan terbaik yang telah aku ambil. Demi kebaikanku, kebaikan dan masa depan anak-anakku juga.

 

"Ibu nggak boleh nangis lagi ya? Ibu kan kuat, kata Ibu kalau kita punya Gusti Allah, kita nggak perlu khawatir apa-apa lagi. Tara cuma mau Ibu terus muda kayak sekarang." Utara tersenyum memamerkan giginya.

 

Aku cukup tergelitik mendengar ucapannya yang terakhir.

 

"Kenapa Ibu harus muda terus Nak? Namanya manusia pasti akan menua Le...," 

 

Utara tiba-tiba memelukku erat, pelukannya bahkan membuat Utari terkejut. 

 

"Soalnya kalau Ibu tua nanti Ibu bakalan sakit-sakitan terus meninggal. Tara nggak mau hidup di tempat yang Ibu nggak ada di dalamnya." gumam Utara lirih.

 

Aku mengulum senyum mendengar ucapannya. Perasaan bangga, dan terharu menjadi satu. Ku cium puncak kepalanya berkali-kali. Utari menggeliat dalam dekapanku. Mungkin bayi gembulku itu merasa gerah akibat pelukan kami. Ia mengoceh tak jelas, mengundang tawaku serta Utara. 

 

"Inshaa Allah meskipun Ibu kelak menjadi tua, Ibu bakalan tetap ada di dekat Tara, di dekat Tari juga. Ibu nggak akan meninggalkan kalian, soalnya Ibukan ada di hati Tara." ku tunjuk bagian dada Utara, dengan sengaja sedikit ku gelitik tubuh putraku itu. Ia tertawa menerima perlakuanku barusan. Melihat Mas-nya tertawa membuat putri kecilku juga ikut tertawa, binar mata mereka yang riang membawa semangat baru dalam diriku.

 

Benar, teruslah tertawa dan bahagia anak-anakku. Mulai sekarang, tak akan Ibu biarkan kalian menangis lagi. Apapun akan Ibu lakukan demi masa depan kalian. 

 

Akan Ibu tunjukkan pada mereka yang menghina, jika Ibu mampu membesarkan kalian berdua. Punggung Ibu masih kuat, kaki serta tangan Ibu masih mampu digunakan mencari rezeki halal untuk masa depan kalian. Ibu pastikan orang yang telah menyia-nyiakan kalian hari ini akan sangat menyesal di kemudian hari ... kalian adalah permata Ibu, penguat hati Ibu.

 

Semoga Gusti Allah meridhoi setiap langkahku, dan semua langkah para orang tua yang saat ini tengah mencari rezeki demi membahagiakan anak-anak mereka.

 

 

 

 

Terimakasih 🤗

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Tati Sahati
manaaaaa thoooor ku tunggu lanjuuttt
goodnovel comment avatar
Tati Sahati
i am weithing continue please lanjuutt
goodnovel comment avatar
Tati Sahati
lanjuutt lanjuutt thoorr I am weithing continue please
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status