Share

MERASA BERSALAH

Pagi harinya,Dewa terbangun dengan kepala yang teramat pening. Lelaki itu memijit kepalanya sembari mengedarkan pandangannya. Ia terbelalak saat pandangan nya menangkap sosok yang tak asing baginya. Maura,adik iparnya itu meringkuk di ranjangnya tanpa sehelai benang pun dengan tubuhnya yang penuh dengan bekas merah hasil karyanya....

Gadis itu meringkuk semalaman menangisi nasibnya yang tragis di tangan kakak iparnya sendiri. Belum selesai keterkejutan Dewa,lelaki itu di buat semakin terkejut dengan noda merah di bawah area pinggul Maura....

"Apa yang kulakukan padanya??" Dewa menyugar rambutnya dengan kasar.

"Apa aku sudah menodainya??tidak..!!ini tidak mungkin!!" Dewa terus menggeleng,lelaki itu seakan tak percaya dengan apa yang terjadi sebenarnya....

Dewa beranjak dari ranjang,ia meraih boxer di lemari lalu memakainya. Setelah itu ia mengambil kemeja baru dari lemari dan menutupkan ke tubuh Maura....

"Dek..!!bangun..!!Maura..!!are you oke??" Dewa menepuk nepuk pipi Maura.

"Astaga..!!kamu demam dek!!"gumam Dewa.

Lelaki itu meletakkan punggung tangannya di kening Maura,panas. Kening gadis itu terasa panas.

"Apa aku terlalu kasar padanya semalam??"gumam Dewa lagi.

Lelaki itu bingung,ia segera memakaikan kemejanya pada Maura dan langsung mengangkat tubuh gadis itu lalu di bawa ke kamar tamu.

"Sakitt ...hiks...mas Dewa jahat."lirih Maura.

Gadis itu mengigau saat Dewa mulai menidurkannya di kamar tamu.

Mendengar igauan gadis itu,Dewa benar -benar di landa rasa bersalah. Ia sangat menyayangi Maura seperti adiknya sendiri,tapi justru ia juga yang merusak masa depannya....

Dewa yang masih mengenakan boxer itu lalu keluar kamar tamu dan menuju dapur. ia mengambil alat kompres untuk Merawat Maura yang demam....

"Dasar b*doh..!!kenapa kamu jadi br*ngs*k seperti ini Dewa??"umpat lelaki itu merutuki kebodohannya.

Lelaki itu kembali ke dalam kamar tamu di mana Maura tengah meringkuk di atas ranjang tersebut.

"Maura,maafin mas ya!!"gumam Dewa.

Lelaki itu mulai mengompres kening Maura.

Dengan telaten Dewa merawat adik iparnya tersebut. Perasaan bersalah menggelayuti pikirannya. Ia benar benar tak sadar melakukan hal segila itu dengan iparnya sendiri....

Setelah di rasa kondisi Maura mulai membaik,Dewa pun keluar dari kamar itu menuju kamarnya. Ketika memasuki kamar,bertepatan dengan itu ponselnya berdering.

"Mauli..??"gumam Dewa.

Dengan perasaan berdebar Dewa menjawab panggilan,apa yang akan terjadi jika Mauli melihat keadaan sang adik seperti ini karena ulahnya?? Dewa cemas karena sudah hampir seminggu ini Mauli tidak pulang,bisa saja teleponnya kali ini karena minta di jemput di bandara....

Menghela nafas dalam sebelum akhirnya Dewa menggeser tombol hijau dalam ponselnya yang menyala.

"Halo sayang!"

'Kenapa lama sekali sih mas jawabnya??' Mauli langsung mengomel.

"Iya maaf sayang,aku lagi di kamar mandi tadi." Dewa berkilah.

"Ada apa sayang??mau di jemput??kapan??sekarang??"tanya Dewa. pertanyaan itulah yang selalu Dewa lontarkan setiap kali Mauli menghubunginya.

"Aduh..maaf mas,aku belum bisa pulang. Jadwal photo shoot ku di tambah. Kayaknya dua atau tiga hari lagi baru bisa pulang."

Lega,itulah yang di rasakan oleh Dewa karena sang istri tak jadi pulang hari ini. Meskipun ada rasa kecewa juga karena ia sudah rindu pada sang istri,namun ia lega karena mengingat kondisi Maura saat ini. Ia belum mempersiapkan diri untuk memberi penjelasan pada sang istri tentang perbuatannya ke Maura....

Belum lagi ia tak tau seperti apa reaksi Maura nanti setelah pulih dari demamnya. Apakah gadis yang sudah ia renggut kesuciannya tersebut akan mengamuk kepadanya??atau akan meminta pertanggung jawabannya??...

Dewa pusing dengan hanya memikirkan apa yang akan terjadi setelah ini dalam rumah tangganya.

Lelaki itu memilih menyegarkan diri agar pikirannya sedikit fresh.

Usai menyegarkan diri dan berpakaian biasa,Dewa kembali ke kamar tamu. Ia ingin mengecek kondisi Maura apakah demamnya sudah membaik....

Kebetulan ini akhir pekan,Dewa libur dari aktivitasnya di kantor sehingga lelaki itu memiliki waktu penuh untuk mengurusi Maura.

Dewa memasuki kamar Maura tanpa mengetuk pintu karena takut mengganggu jika gadis itu masih terlelap.

"Astaga...!!Mauraa..!!!" pekik Dewa saat pintu kamar berhasil terbuka.

Lelaki itu begitu terkejut melihat adik iparnya.

"Maura..!!Astaga..!Apa yang kau lakukan??!" Dewa memekik ketika berhasil membuka pintu kamar di mana Maura berada. Dewa merasa panik melihat pemandangan yang ada di hadapannya.

Gadis itu sudah menggores pergelangan tangannya sendiri.Darah segar mengalir dari pergelangan tangan gadis itu.

Dewa segera berlari mendekati Maura yang terduduk di lantai sambil memegang cutter.

Dengan gerakan cepat Dewa merebut cutter itu dari tangan Maura dan melemparnya.

Lelaki itu menggenggam kuat pergelangan tangan Maura yang berdarah. Tanpa pikir panjang,lelaki itu merobek kaos yang di pakainya dan segera mengikatkan robekan kaosnya tersebut pada luka Maura.

"Dek..!!kamu apa -apaan sih??kenapa kamu nekat kaya gini??kita bisa bicarakan masalah kita baik -baik!!"ucap Dewa panik.

Sang ipar terlihat sangat kacau,gadis itu tak bersuara namun air mata tak henti mengaliri di kuda matanya. Maura terus menatap Dewa tanpa berkedip,ia menyaksikan bagaimana seorang Dewa perhatian kepadanya,panik melihat keadaannya,dan bagaimana Dewa benar -benar peduli kepadanya.

Pantaskah ia mendapatkan semua perhatian,kebaikan,kekhawatiran dari kakak iparnya tersebut??apakah saat ini ia sedang menjadi gundik di antara hubungan kakak dan kakak iparnya??Entahlah...

Dewa merengkuh tubuhnya dan membawanya untuk di baringkan ke kasur. Dengan hati -hati Dewa merebahkan tubuh Maura.

"Mas Dewa kenapa tega lakuin ini sama aku??apa salah ku mas??"

"Kamu enggak salah dek,mas yang salah. mas terlalu mabuk semalam dan tidak sengaja melakukan hal itu ke kamu. maafin mas yah?"sahut Dewa dengan cepat.

"Apa dengan maaf bisa balikin dunia aku yang terlanjur hancur mas??"tanya Maura dengan bibir bergetar.

"Aku tau Maura,,aku..aku memang bod*h,maafkan aku.."jawab Dewa lirih.

"Aku hancur mas!!aku udah nggak suci lagi sekarang!!aku udah jadi sampah sekarang!!hiks..hiks...lepasin..!!biar aku mati aja!!aku nggak berguna..!!"teriak Maura menarik tangannya dari Dewa.

Gadis itu berusaha beranjak turun dari ranjang namun Dewa segera menahannya. Lelaki itu tau bahwa Maura akan kembali mengambil cutter yang sudah ia lempar ke sudut kamar tadi.

"Enggak dek,mas nggak akan biarin kamu melakukan hal itu. Nyawa kamu berharga,jangan sia -siakan hal itu!!"Dewa berusaha mencegah Maura turun dari ranjang.

Tentu saja ia tak akan membiarkan gadis itu mengakhiri hidupnya tetap di hadapannya sendiri.

"Lepasin mas!!lepasin aku..!!aku hancur..!!hiks..Maura terus memberontak sambil terisak,sampai akhirnya Dewa terpaksa memeluknya.

Lelaki itu memeluk Maura dengan erat. Maura yang semula terus memberontak akhirnya mulai tenang. Gadis yang baru saja hilang kesucian itu menangis sesenggukan dalam pelukan kaka iparnya.

Nyaman,itulah yang di rasakan oleh Maura saat ini. Pelukan kakak iparnya begitu hangat dan nyaman,yang pasti juga sangat menenangkan.

Gadis itu membalas pelukan Dewa sambil sesekali masih terisak. Maura membenamkan wajahnya di dada bidang sang Ipar. Bolehkah Maura egois kali ini saja??ia tak ingin melepas pelukannya sedetikpun karena mulai menemukan kenyamanan.

"Dek,udah ya nangisnya..!mas obati dulu ya luka kamu,takutnya nanti infeksi kalau nggak segera di obati."

Seakan tak rela melepas pelukannya,Maura menggeleng masih dalam posisi yang sama. Dengan sabar Dewa terus membujuk Maura agar mau di obati lukanya. Hingga akhirnya gadis itupun mulai mengurai pelukannya.

Dewa yang memang pada dasarnya selalu lemah lembut dan penuh kasih itu menatap iba pada sang ipar. Ia belai kepala Maura dengan lembut. Lelaki itu juga menghapus jejak air mata di pipi Maura yang sembab dan terlihat matanya agak bengkak karena menangis semalaman.

"Udahan nangis nya,mata kamu jadi bengkak. Kan nggak cantik lagi jadinya."gurau Dewa mencoba mencairkan suasana.

Maura tak menyahut,sesekali gadis itu masih terisak.

"Aku ambil kotak obat dulu ya,tunggu sebentar!"kata Dewa lalu beranjak dan memungut cutter yang tergeletak di sudut kamar. Tentu saja ia harus mengamankan barang itu,jangan sampai Maura berbuat nekat lagi.

Lelaki itu keluar dari kamar dan beberapa saat kemudian kembali dengan kotak p3k di tangannya.

Dengan telaten dan hati hati Dewa membersihkan luka di tangan Maura. Gadis itu hanya terdiam melihat dan mengamati Dewa yang begitu fokus dan hati hati membersihkan luka di tangannya.

"Auwh...sshh...sakit mas..!"rintih Maura kala Dewa mulai mengoleskan obat pada luka di pergelangan tangannya.

"Maaf dek,apa mas terlalu kuat menekan kapasnya??"tanya Dewa kemudian meniup -niup luka Maura.

Maura tak menyahut,ia fokus pada rasa perih dan panas pada luka sayatan yang kini di sapukan obat merah oleh iparnya.

Beruntung tadi Maura sempat ragu -ragu ketika menggoreskan cutter di tangannya. Lukanya tak terlalu dalam,bahkan mungkin hanya luka luar saja belum sampai menyayat nadinya,namun darahnya lumayan membuat Dewa panik karena lelaki itu paling tidak bisa melihat wanita terluka sedikit saja.

"Tahan ya,mas pelan -pelan kok!"ucap Dewa kembali menyapukan kapas yang sudah ia olesi lagi dengan obat merah.

"Sshh..auw..." Maura kembali merintih.

Dewa menatap Maura tak tega,lelaki itu segera meniup lukanya lagi.

"Mas...kalau aku hamil gimana??"

Deg....

Pertanyaan Maura sukses membuat degup jantung Dewa berpacu dengan kuat.

Ia belum memikirkan hal itu karena terlalu panik dan khawatir pada keadaan Maura saat ini.

Apa yang akan ia lakukan jika hal itu benar terjadi??

...Bersambung......

Hai semua,aku author baru nih..sapa aku dong,..

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status