Share

TANGGUNG JAWAB

"Dek,,tenanglah..!aku...aku akan bertanggung jawab jika kamu hamil nanti."

"Tanggung jawab seperti apa yang kamu maksud mas?apa kamu akan menikahi ku dan menceraikan mbak Mauli,begitu??"tanya Maura.

Dewa menelan ludahnya dengan kasar. Ini adalah pilihan yang sulit. Ia sangat mencintai Mauli,apakah ia harus merelakan wanita itu demi tanggung jawabnya pada Maura karena sudah menodainya??

"Dek,aku...aku.." Dewa tergagap.

Lelaki itu bingung,lidahnya terasa kelu untuk memutuskan.

"Sudahlah mas!lupakan saja.!!aku akan pergi dari hidup kalian. Lupakan juga tentang kejadian gila semalam. Aku tidak akan hamil. Kalau aku hamil akan ku gugurkan bayi ini agar tidak menjadi duri dalam rumah tangga mas Dewa dan kak Mauli."ucap Maura dengan mata berkaca kaca.

Dewa terbelalak mendengar penuturan Maura. Mana mungkin ia membiarkan hal itu terjadi. Memiliki anak adalah keinginan terbesarnya yang belum tercapai sampai sekarang. Hingga saat ini,Mauli masih belum mau mengabulkan permintaannya untuk memiliki bayi dengan alasan tuntutan profesi yang melarangnya untuk hamil dulu.

Mauli adalah seorang model profesional,karirnya sedang cemerlang saat ini,tentu saja jika ia hamil bentuk tubuhnya akan berubah,dan sudah pasti itu akan mempengaruhi karirnya di dunia permodelan.

"Dek,jangan bicara seperti itu!kalau kamu benaran hamil,bayi itu tidak bersalah. Jangan di gugurkan!!"

"Terus aku harus gimana mas??apa aku harus mengandung tanpa suami,begitu??apa kata orang kalau sampai tau aku hamil tanpa memiliki suami??mereka pasti akan berpikir aku wanita yang nggak bener kan??" Maura mulai ngegas.

Tentu saja Maura frustasi dengan hanya memikirkan jika ia benar hamil dan mengandung bayi dari kakak iparnya,bagaimana orang orang akan memandang dan menghinanya yang hamil tanpa suami??

"Kalau kamu hamil aku akan menikahi mu!!"

"Aku nggak mau jadi madu..!"

"kalau begitu aku akan menceraikan kakakmu..!!"ucap Dewa dengan tegas.

Entah apa yang akan ia lakukan nanti,yang penting ia menenangkan Maura dulu agar tidak berbuat nekat. Maura memiliki sifat yang meledak ledak jika emosi,sama seperti kakaknya,Mauli.

Dua wanita itu bisa saja berbuat nekad dan di luar kendali jika sedang emosi,Dewa paham akan hal itu. Selama menikahi Mauli dua tahun terakhir,Dewa cukup mengenal Maura dengan baik. Mungkin karena memang saudara,keduanya memiliki sifat sebelas dua belas jika sedang emosi. Contohnya seperti tadi,Maura nekad menyayat pergelangan tangannya sendiri.

Maura tertegun mendengar ucapan Dewa,ia tak pernah membayangkan sebelumnya jika ia akan menjadi perusak rumah tangga kakaknya sendiri.

'Aku nggak boleh hancurin rumah tangga mbak Mauli,aku harus pergi dari kehidupan mereka'batin Maura.

"Sudahlah mas,mas Dewa nggak perlu lakuin itu,aku nggak akan hamil,kalaupun aku hamil.."

"Jangan di gugurkan!!aku akan bertanggung jawab,aku janji Maura..!!"

"Enggak mas,aku nggak akan gugurkan,tapi aku akan menikah dengan pacarku. Jadi mas Dewa jangan pernah tinggalkan mbak Mauli. Besok pagi aku akan kembali ke Semarang!"

"Dek,kondisi mu belum pulih!"

"Aku akan segera pulih,jadi jangan cemaskan aku,cemaskan saja mbak Mauli!"sela Maura.

"Janji sama aku,kalau kamu hamil jangan pernah gugurkan bayi itu!!hubungi aku secepatnya!"ucap Dewa menatap nanar pada adik iparnya.

Lelaki itu tidak akan lari dari tanggung jawab begitu saja karena sudah merusak masa depan iparnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...,.

Malam hari,Usai makan malam Maura langsung memasuki kamar. Langkah nya terhenti saat tangannya sudah memegang kenop pintu kamar tamu karena kakak iparnya memanggil.

"Dek,apa bisa kamu jangan kembali ke Semarang dulu?setidaknya sampai kamu benar -benar pulih??"tanya sang ipar dari arah belakangnya karena tadi Dewa juga baru selesai makan malam.

"Aku harus secepatnya balik ke Semarang mas,aku takut mbak Mauli kembali dan curiga pada ku!"jawab

Maura merasa ini bukan hal yang benar karena ia berada di rumah sang kakak hanya berdua dengan iparnya,apalagi mengingat kejadian kemarin yang terjadi antara dirinya dan juga suami sang kakak.

Pagi hari,setelah sholat subuh,Maura mulai bersiap menata pakaiannya ke ransel kecil yang ia bawa sebelumnya ketika datang ke rumah tersebut.

Usai bersiap,wanita itu segera menyegarkan diri. Sekitar lima belas menit Maura selesai dengan urusan mandi nya.

Setelah selesai bersiap dan merasa tak ada yang tertinggal,Maura pun keluar dari kamarnya.

"Astaghfirullah...mas..mas Dewa kenapa di sini??bikin kaget saja!!"seru Maura karena saat membuka pintu,lelaki itu sudah berada tepat di depan pintu kamar.

"Maura,aku...akan mengantarmu ke terminal. Tapi kamu sarapan lah dulu."pinta Dewa.

"Jangan menolak,aku..sudah memesankan makanan untukmu sarapan."seru Dewa lagi karena melihat Maura seolah enggan untuk menuruti nya.

"Baiklah." jawab Maura singkat.

Dewa mengambil alih tas ransel kecil dari tangan Maura. Wanita itu tak bereaksi. Ia biarkan iparnya tersebut membawakan tasnya.

Usai sarapan,sesuai ucapan Dewa sebelumnya,lelaki itu mengantar Maura ke terminal untuk menaiki bus jurusan semarang.

"Ra,bagaimana kalau mas antar saja??jangan naik bus?"

"Enggak mas,aku tidak ingin merepotkan mu lagi!"tolak Maura tegas.

"Aku tidak repot sama sekali Ra,aku aja ya yang antar ke Semarang??"

Lelaki itu nampak tak tega melepas adik iparnya naik bus sendirian,padahal saat datang ke kota itu,Maura juga naik bus sendiri. Namun memang biasanya Dewa lah yamg mengantar Maura pulang ke Semarang.

Kali ini Maura dengan tegas menolak tawaran dari sang ipar. Mengingat kejadian yang terjadi di antara keduanya membuat Maura enggan untuk berada berdua saja dalam waktu yang lama dengan Dewa.

Karena Maura terus bersikeras menolak tawarannya,akhirnya Dewa mengalah dan membiarkan sang ipar pulang dengan menaiki bus.

Lelaki itu baru meninggalkan terminal setelah memastikan bus yang di tumpangi Maura sudah benar benar melaju meninggalkan terminal.

Maura Anabella

Setelah memastikan bus yang di tumpangi oleh iparnya meninggalkan terminal,Dewa pun meninggalkan terminal tersebut menuju perusahaan Allandra Group.

Hari ini,lelaki itu bekerja dengan pikiran yang tak fokus,yang ada dalam benaknya adalah kondisi Maura saat ini. Setelah ia menodainya,bagaimana gadis yang hilang kesucian itu akan menjalani kehidupannya??

Dewa khawatir Maura melakukan hal nekat lagi seperti sebelumnya,meskipun gadis itu sudah berjanji tidak akan berbuat nekat,namun Dewa tetap khawatir karena tak dapat mengawasinya secara langsung.

Pikirannya semakin kacau kala memikirkan bagaimana jika Maura hami setelah ini??jika gadis itu hamil,sudah pasti itu adalah bayi miliknya,karena Dewa adalah lelaki pertama yang menyentuh gadis itu. Lalu bagaimana ia akan bertanggung jawab?? Apa ia harus menceraikan Mauli dan menikahi Maura??

Namun bukan itu yang menjadi beban pikirannya saat ini, lelaki itu takut jika Maura hamil dan bukannya jujur kepadanya tapi justru menggugurkannya,ia tak ingin hal itu terjadi. Bagaimana ia akan membiarkan bayi itu di gugurkan saat lelaki itu begitu sangat mendambakan momongan yang sampai saat ini Mauli belum mau mengabulkan??

"Maura,,aku harap kamu mau memegang janjimu untuk tidak melukai diri sendiri dan menggugurkan bayi kita jika kamu benar benar mengandung nanti.!"monolog Dewa sambil memijit pelipisnya karena merasa mulai pusing.

Dua hari kemudian....

"Halo,..Assalamualaikum oma.."

Dewa sedang menjawab panggilan telepon dari nenek sang istri.

"Wa'alaikum salam nak Dewa,nak,kapan Maura pulang?? biasanya dia menginap hanya dua malam saja di tempatmu,kenapa sampai sekarang belum pulang??tadi bos Cafe tempat dia bekerja kemari dan memberi surat peringatan karena Maura sudah absen beberapa hari berturut -turut tanpa keterangan. Bisa berikan teleponnya kepada Maura??"tanya wanita tua tersebut dari seberang sana.

Mendengar pengaduan sang nenek,dada Dewa berdebar kencang,darahnya berdesir kuat. Bagaimana bisa Maura belum sampai rumah hingga saat ini??sementara Maura sudah meninggalkan rumahnya dua hari yang lalu.??

Apa yang terjadi??kemana wanita itu pergi??

Seketika rasa khawatir dan panik menghampiri lelaki tersebut. Apakah terjadi sesuatu pada adik iparnya saat dalam perjalanan??

"Halo,nak Dewa..!!"seru sang oma dari seberang sana karena tak mendapat respon dari lelaki itu.

"Ah,,iya oma,maaf!saat ini Maura sedang keluar dengan Mauli oma,mereka pergi berbelanja." Dusta Dewa,ia tak mungkin mengatakan yang sejujurnya pada oma jika Maura sudah dalam perjalanan pulang dua hari yang lalu. Pasti hal ini akan membuat wanita tua itu syok.

"Oalah .ya sudah!nanti tolong sampaikan ke Maura ya nak,suruh cepat pulang!"

"Iya oma,nanti Dewa sampaikan."

"Ya sudah,oma tutup dulu ya teleponnya! Assalamualaikum."

"Ya,wa'alaikum salam oma."

Sambungan telepon pun terputus. Dewa meremat ponselnya. Lelaki itu mondar mandir tak karuan,bingung dengan situasi ini. Kemana ia harus mencari sang ipar??

...Bersambung............

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status