Share

6. Terperangkap oleh Bangsa Elf

Di Castle Low Awe, bangunan yang sudah rusak parah setengahnya itu. Para ksatria dan Willy mencoba menyelamatkan warga yang terkena puing bangunan dan para pengawal yang tersisa.

Mereka dibawa ke tempat khusus untuk mendapatkan perawatan.

Selesai menyelamatkan warga dan orang-orang tersisa, Willy memasuki ruangan Liam Payne. Willy menggunakan kertas dan kuas untuk membuat selebaran yang akan disebarkan ke seluruh Last Earth. 

Willy menuliskan dengan penuh harap agar pria bisa bergabung berperang melawan sihir hitam, kekuatan penggabungan elemen dan kekuatan elemen baik akan bisa menghancurkan Dark Invader. 

Selesai membuat selebaran, Willy memerintahkan pasukannya untuk menyebarkan sayembara ini dengan imbalan tentunya.

"Sebarkan pada seluruh pria yang ingin bergabung melawan Dark Invader. Untuk kembalikan kejayaan dan keamanan Last Earth!" sorak Willy di depan pasukan Dwarf dan pasukan bangsa manusia.

Semua mengikuti sorakan Willy, mereka siap berperang dan menjadi hidup matinya demi Last Earth yang damai.

Pasukan menunggangi kuda, mereka menyebarkan selebaran ke desa ke desa dan kota ke kota.

Sampailah di Edinburgh, Willy sedang melakukan pengamanan di sana. Willy beristirahat di pasar, dan ia menemukan sebuah toko buah dan sayuran.

"Nyonya, buah ini sangat segar!" kata Willy.

"Tuan, apakah ini Raja? Astaga maafkan saya!" seru Yemima ketika melihat sosok Willy yang terkenal sebagai salah satu raja di Last Earth.

Willy hanya terkekeh melihat gugupnya Yemima.

"Jangan seperti itu Nyonya, aku hanya ingin membeli buah!" kata Willy.

Yemima segera memasukkan buah apel dan mangga ke dalam kantong untuk Willy.

"Nyonya, anda mendapatkan buah segar ini dari mana?" tanya Willy.

"Saya selalu dikirimkan oleh langganan saya dari Dumfries," jawab Yemima seraya menyerahkan kantong berisi buah kepada Willy.

"Dumfries? Bukankah itu adalah hutan?" Willy heran.

"Betul, Arthur dan Robby adalah satu-satunya yang tinggal di sana."

Willy menyerahkan beberapa peni kepada Yemima sebagai bayar buah yang dia beli.

"Nyonya, jika pemuda itu kembali memberikan stok buah dan sayuran lagi, tolong berikan selebaran ini padanya, kami membutuhkan bayar pria untuk memperkuat pasukan!" Willy menyerahkan selebaran kepada Yemima.

"Oh selebaran ini, saya sudah memberikannya kepada Arthur. Semoga dia mau ikut bergabung," harap Yemima.

"Terima kasih, Nyonya!" ucap Willy seraya pamit dan menunggangi kuda kembali.

"Semoga Tuan Willy sehat selalu!"

Willy dan rombongan tersenyum rapah pada Yemima. Mereka kembali ke Castle Low Awe.

Willy sedang duduk di kursi dengan memikirkan sebuah rencana.

"Aku yakin Dark Invader tidak akan kembali ke sini. Justru dia akan menyerang Castle yang belum terjamah! Semoga Moana segera kemari!" harap Willy.

"Ratu Moana akan melakukan perjalanan besok," imbuh Samson seraya menepuk pundak Willy dari belakang.

"Syukurlah!" Willy menengok ke arah Samson.

***

Angin segar menusuk pada tabuh Arthur, ia menatap getir pada tanah yang sudah dibentuk, tanah yang masih merah. Hembusan angin amat kencang, hingga dedaunan musim gugur berserakan. Namun, Arthur masih betah mengelus jasad yang sudah tiada, jiwa yang sudah diantar ke pusara. Robby—ayahnya Arthur sudah dikuburkan dengan kesedihan yang mendalam, di dunia ini hanya Robby yang Arthur punya, ia tidak mengetahui keluarga yang lain, selama hidupnya Arthur hidup di hutan Dumfries yang aman dan tenang. Hingga hari ini di mana Arthur meninggalkan Robby, tetapi begitu ia kembali Robby sudah tak ada di dunia. Ia meninggal dengan begitu miris, Robby lebih tepatnya dibunuh oleh orang-orang yang tak bermoral.

'Kenapa ayah berpulang begitu cepat? Dan kenapa dengan seperti ini?' isak tangis Arthur menderu.

'Ayah tolong jawab kemana aku harus pulang? Ayah belum pernah menceritakan bagaimana kehidupan kita, bagaimana kehidupan aku waktu aku dilahirkan. Ayah, aku tidak punya siapa-siapa selain kau!' Arthur akhirnya bangkit, bagaimanapun juga ia tidak akan pernah mendapatkan penjelasan dari semua pertanyaannya. 

Arthur kembali ke rumah dengan perasaan yang gundah, tentunya duka yang mendalam terus merasuki pikirannya. Arthur berjalan terkulai, ia duduk di kursi. Kemudian, tangannya menepuk dadanya yang sesak, ia seka air matanya yang masih tersisa di pipi.

Arthur berjalan ke kamar ayahnya, ia membuka sebuah lemari kayu yang sudah usang, itu adalah lemari baju milik Robby. Selama ini Arthur tidak pernah peduli dengan kehidupannya. Namun, setelah Robby meninggal keingintahuan mengenai siapa Arthur? Apakah Robby memiliki rahasia yang disembunyikan?

Arthur membuka lemari dan ia menemukan sebuah lemari berukuran kecil dan tergembok. Arthur mencoba membuka tetapi sulit, Arthur mencari sebuah kunci di laci, terdapat beberapa kunci di sana dan Arthur mencobanya satu persatu dan terbuka.

Ceklek!

Mata Arthur membelalakkan, ia baru menemukan sebuah selebaran yang terbuat dari bahan kayu berwarna coklat.

'Silsilah Last Earth? Apa maksudnya ini? Kenapa ayah menyimpan benda seperti ini?' gumam Arthur.

Dan Arthur sangat terkejut sebuah kotak kecil dan ia membukanya perlahan terdapat sebuah kalur dan liontin dengan batu permata berwarna jingga.

Arthur memegang kalung tersebut hingga cahayanya berkilau. Arthur menyimpannya kembali pada kotak dan ia membawa kotak beserta selebaran itu.

Langkahnya kini tegas, Arthur seperti kembali mendapatkan ketegaran. Arthur sudah berada di tengah ruangan, ia mengambil tas miliknya, Arthur lupa setelah berbelanja dan mengurusi jenazah ayahnya, ia lupa menyimpannya ke dalam kamar.

Selebaran kertas terjatuh dari tas Arthur, ia memunguti dan membukanya.

'Sayembara? Oh iya ini kertas pemberian dari Nyonya Yemima. Seperti aku akan ikut bergabung!' pikir Arthur dengan semangat ia segera berkemas. Dan ia berencana akan pergi esok pagi menuju Edinburgh.

***

Keesokan harinya di pagi buta, sayup angin terdengar semakin mendayu. Arthur surah terbangun, ia bersiap-siap mengenakan sepatu dan juga baju dengan beberapa lapis agar tetap menghangatkan tubuhnya.

Semua sudah siap, Arthur yang sedang berdiri di depan rumah kebersamaannya bersama Robby.

'Ayah, izinkan aku untuk pergi untuk pertama kalinya dengan waktu yang akan lama!' lirih Arthur seraya berbalik badan dan perlahan berjalan meninggalkan rumah.

Langkah tegar, Arthur begitu siap.

Arthur sudah menunggangi kudanya, ia menepuk kuda kesayangannya.

'Kita akan berkenalan dan berperang. Siapkan dirimu!' kata Arthur kepada kudanya.

Arthur menunggangi kuda dengan kecepatan sedang, sudah sangat jauh dari rumah. Napas Arthur ia atur dengan tenang.

Mata Arthur terkesiap melihat rombongan berbaju putih, Arthur bersembunyi di balik pohon. Ia memperhatikan sosok mereka yang asing, berkulit putih bersih, berambut pirang dan ada juga berambut putih, telinganya runcing. 

'Apakah mereka semua manusia?' tanya Arthur.

Tiba-tiba kuda Arthur ganas, ia mengeram.

'Ada apa denganmu?' kata Arthur setengah berteriak.

Arthur bergerak, kakinya mengepak agar kudanya menghindar agar tak terdengar rombongan tadi. Namun, Arthur terperangkap ia memasuki rombongan Elf. Mereka menatap tajam ke arah Arthur.

"Apa yang kau lakukan?" tanya wanita bermata hijau pada Arthur.

***

Bersambung 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status