Share

2. Pemburu yang Salah Memburu

Sementara suasana di dalam hutan. Dekat tempat tinggal Arthur, terlihat ada beberapa kelompok pria yang menggunakan pakaian hitam, merah, dan coklat, membawa senjata tajam seperti kapak dan panahan. Mereka menyusuri hutan untuk melakukan perburuan, langkah kaki mereka terlihat sangat tenang dan hati-hati, kemudian setelah beberapa saat berjalan sepasang retina hitam menyala, membelalakan sepasang matanya sambil menghentikan langkah kaki dengan terpaksa.

"Astaga!?" kata, salah seorang lelaki yang pada saat itu menggunakan pakaian berwarna merah dengan rambut ikal sebahu, tubuh kekar yang terlihat tegap dan gagah.

"Ada apa, Kak ketua? Ada masalah apa?" tanya, beberapa rekan lain yang juga menjadi sangat terkejut dan menatap jelas wajah dari lelaki yang berdiri di depan jalan membelakangi tubuhnya.

"Kalian lihatlah sendiri, bagaimana mungkin ini semua dapat terjadi, siapa yang telah melakukannya? Hewan-hewan yang mati secara mendadak dengan bentuk yang sudah tragis," ucap seorang lelaki yang disebut kak ketua, sebelumnya oleh beberapa rekan yang ikut bersama dengan dia.

Kemudian pria lain memalingkan wajahnya, mengedarkan pandangan dengan saksama, dia melihat dengan jelas di ujung depan sana, ada sebuah semak belukar yang cukup tinggi, tiba-tiba bergoyang yang membuat sepasang mata lelaki itu membulat lebar ketika melihat seekor kijang langsung datang menerobos semak belukar.

"Wah, ada Kijang! Sungguh kesempatan!" dalam benak lelaki itu yang terlihat sangat excited, segera dia mengeluarkan busur dan panah untuk dapat menembak hewan buruan yang ada di hadapan lelaki itu. 

Akan tetapi tiba-tiba pria itu mendadak menghentikan apa yang hendak dia lakukan, karena mengetahui kondisi dari kijang yang berada di hadapan lelaki itu terlihat sangat aneh. "Apa yang sebenarnya telah terjadi? Mengapa Kijang ini seperti tidak waras?" kata, Lelaki itu yang terlihat tidak jadi memanah, dia menurunkan benda tajam dalam genggamnya.

Melihat tingkah dari Kijang itu yang aneh, dan berjalan asal-asalan, hewan itu pun tidak menghindar dan takut saat melihat sekelompok pemburu yang datang. Hewan itu malah terus berjalan dan sekarang sudah mendekati wajah seorang lelaki yang sebelumnya akan memanahnya.

Kijang itu menghentikan langkah kaki dan menatap tajam wajah lelaki yang berada tepat di hadapannya, kemudian mengeluarkan suara yang cukup nyaring dan terdengar sangat mengerikan. Menunjukkan tatapan gila yang tidak bisa disembunyikan.

Lelaki itu tentu saja merasa panik, karena Kijang itu tiba-tiba mengangkat kaki dan menendang wajahnya.

"Sialan! Hewan ini benar-benar sudah gila, enyahlah! Sampah!" kata, lelaki itu yang segera menendang balik tubuh dari Hewan malang itu. Hingga membuat tubuh dari Kijang bercorak putih itu terpental cukup jauh, dan menabrak dahan pohon besar yang kokoh. Hingga mati.

"Argh! Sialan, bagaimana bisa menjadi seperti ini?! Aku sungguh sangat marah," ucap lelaki bertubuh kekar yang tidak bisa menerima apa yang sudah terjadi pada saat itu.

Hingga tidak lama kemudian, seorang pria yang menggunakan pakaian coklat rambut cepak hitam, sepasang retina coklat tajam memalingkan wajahnya, dia melirik ke arah samping kanan dan melihat ada ilalang yang menutupi jalan. Lelaki itu terlihat cukup penasaran, kemudian dia berjalan ke arah tempat itu, saat beberapa temannya terlihat sangat marah dan kecewa.

Lelaki itu menebas ilalang yang menghadang menggunakan kapak besar yang sangat tajam. Hingga pria itu membelalakan sepasang matanya dengan berbinar ketika melihat ada sebuah rumah di dalam hutan yang cukup baik, "hei, berhenti mengeluh, kak ketua lihatlah apa yang sudah aku temukan!" kata, pria itu yang terlihat sedang tersenyum licik.

Mendengar apa yang diucapkan oleh lelaki itu tentu saja membuat ke empat rekan lainnya memalingkan wajah mereka dengan serentak, terlihat sangat penasaran dan mereka dikejutkan akan penemuan yang tidak diduga. "Mari kita mulai berburu, hahaha!" ucap, lelaki yang memiliki rambut ikal, dia melangkahkan kaki jenjangnya dan mendekati ke arah rumah Arthur.

Ke empat pemburu lain segera mengikuti langkah kaki dari lelaki itu, hingga mereka sampai tepat di depan rumah Arthur yang sederhana. Mereka mengendap masuk ke dalam rumah itu, membuka pintu yang tidak dikunci pada saat Arthur meninggalkan rumah sebelumnya.

Hingga ke lima pemburu itu pun saat ini susah berhasil masuk rumah, mereka mencuri barang yang ditinggalkan dan beberapa hewan peliharaan yang Arthur miliki. "Hahaha! Aku mendapatkan hewan buruanku!" kata, seorang lelaki dengan suara yang terdengar sangat bangga, sambil menarik satu hewan ternak milik Arthur.

"Kalau begitu aku akan mengambil makanannya, hahahah! Pemburuan hari ini ternyata sangat mudah dan menyenangkan!" balas, lelaki lain yang melihat buah-buahan segar yang saat itu berada di atas meja. 

Mendengar suara yang sangat gaduh di ruang tamu dan kandang, membuat seorang lelaki dewasa yang sudah agak tua terbangun dari tidurnya, lelaki itu terlihat sangat curiga dan penasaran. Menggunakan pakaian hitam panjang, dan celana bahan panjang polos, tubuh kurus tinggi, sepasang mata ber-Retina hijau tajam. Memperhatikan pintu kamar.

Lelaki itu segera bangkit dari pembaringannya, kemudian melangkahkan kaki jenjang dan berjalan ke arah pintu kamar perlahan lelaki itu membuka pintu menggenggam daun pintu dan menariknya ke dalam.

Ayah Arthur memperhatikan sekeliling, hingga dia kembali dikejutkan dengan suara yang kembali berisik, Ayah Arthur semakin yakin pasti ada yang tidak beres di dalam rumahnya. Kemudian Ayah Arthur memalingkan wajahnya ke arah samping kiri, dia melihat dengan jelas ada besi tajam yang tersimpan di dekat tembok kamarnya. Pria itu langsung mengambil dan kini dia sudah berbekal senjata tajam dalam genggaman.

Ayah Arthur berjalan dengan perlahan dan hati-hati. Hingga saat dia hendak mengintip ke arah tempat makan, Ayah Arthur dikejutkan lagi dengan suara berisik dari ruangan lain, "siapa mereka? Apa yang sebenarnya mereka inginkan?!" dalam benak Ayah Arthur yang terlihat memiliki wajah tegas dan tampan seperti Arthur.

Sampai pada akhirnya Ayah Arthur mengintip ruang makan, dia melihat ada seorang lelaki yang sedang mencuri. Karena marah dan kesal, Ayah Arthur tidak bisa menerima itu, dia berjalan lagi dan memukul kepala pria itu menggunakan besi yang dia bawa. Hingga lelaki itu terkejut, dan langsung memalingkan tubuhnya, darah mengucur saat itu dia belum mati, dan langsung membelalakan sepasang mata lalu mengangkat kapak tajam dan menebas perut Ayah Arthur beberapa kali.

"Pencuri jangan ambil makanan kami!" ucap, Ayah Arthur yang sudah bersimbah darah dan kini tubuhnya jatuh di atas lantai.

Mengetahui hal tersebut tentu membuat rekan lain terkejut, dan langsung datang, "ada apa ini?" tanya, salah seorang rekan lain.

"Bukan apa-apa mari kita pergi!" jawab, ketua dengan sorot mata tajam. Mereka meninggalkan rumah Arthur.

Hingga Robby tidak bisa lagi menahan tubuhnya dan tewas seketika karena terlalu banyak mengeluarkan darah segar.

**

Selama perjalanan perasaan Arthur tiba-tiba tidak enak, ia segera memecut kudu untuk segera berpacu cepat.

Arthur sudah berada di depan rumah, pintu yang terbuka seperti ada seseorang yang telah masuk ke dalam rumah. Mana mungkin Robby lupa hanya untuk menutup pintu.

Arthur melangkah perlahan ia masuk ke dalam rumah hingga dia kejutan akan penampakan yang luar biasa mengerikan, suasana berantakan.

"Hah?! Ada apa ini?!" tanya, Arthur seorang diri yang tampak kebingungan, hal itu membuat Arthur mencemaskan nasib Ayahnya yang dia tinggalkan. Arthur menerobos masuk ke dalam, semua sudah berantakan dan tercium aroma darah segar. Perasaan Arthur kacau dan cukup kalang kabut, hingga pandangan Arthur langsung bulat tajam raut wajahnya pusat, melihat Ayahnya telah dibunuh oleh orang jahat.

"Ayah, Ayah!" Arthur memangku kepala Robby yang sudah tak bernapas.

"Tidak! Tidak! Ayah jangan tinggalkan aku!" teriak Arthur seraya mengusap wajah Robby.

***

Bersambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status