Share

Bab 2

Usai ku menenangkan hatiku, segera ku mencuci wajahku dan memperbaiki pakaian dan juga make-up ku. Ku tutupi mataku yang sedikit bengkak dengan makeup mata yang sedikit tebal.

Drrttttt..!! Drrrttt..!!!

Ponselku bergetar tertanda panggilan telfon masuk, tertera nama Viona di layarnya.

["Halo, Bel. Kamu dimana? Bukanya tadi sudah ada di kantor? Mobilmu aja masih ada diparkiran,"] tanya suara diseberang sana.

["Aku lagi dirumah Vio, tadi aku pulang sebentar naik ojol untuk mengambil dokumen yang tertinggal di kamarku,"] Jawabku.

["Apa? Kamu dirumah, buruan ke kantor cepat! Kamu tahukan rapat penting hari ini dihadiri oleh Pak Edward, CEO dari perusahaan Albern Royal Group."]

["Iya aku tahu aku akan cepat, aku tutup dulu. Bye,"] ucapaku mengakhiri telfon.

"hum ... sekarang saatnya tegar dan ayo kita hadapi dan balas perbuatan mereka. Oh ya aku harus mendahulukan projects penting ini dulu," tegasku.

Segera ku ambil dokumen yang tertinggal diatas ranjang ku itu dan langsung keluar mendatangi ojol yang ku sewa.

"Lama mang nunggunya?? Maaf mang ada kejutan tadi sedikit. Nanti tarif nya aku tambahin dehh," ucapku memakai helem.

"ga apa atuh neng, kan udah ngomong tadi suruh nungguin hehe, ayok dah gass. Berangkat," balas mang ojol.

Setelah sampai segera ku membayar mang ojol via aplikasi tidak lupa uang tunai ku berikan sebagai tip untuknya.

"Nih mang makasih ya," kataku sambil menyerahkan uang biru 2lembar.

"Kebanyakan neng tip nya," sahut mang ojol mencoba mengembalikan uang yang kuberi.

"Udah ambil aja, makasih banyak mang, dah!" tolakku pergi.

"saya yang makasih banyak neng," teriak mang ojol senyum.

Aku berlari ke dalam kantor menuju lift, saat hendak masuk lift ternyata aku berpapasan dengan Pak Edward.

Aku terdiam kaget. mata kami bertemu, ku alihkan pandanganku secepatnya, ku urungkan niat ku untuk masuk ke lift. saat pintu lift hendak tertutup, pak Edward menahannya.

"masuklah, jangan seperti orang bodoh, kita menuju lantai yang sama," ucapnya dingin.

Glup, aku menelan saliva dan kemudian mengangguk, "terimakasih," ucapku memasuki lift.

Didalam lift terasa hening, hawa terasa dingin, ntah mengapa aku merinding dan takut.

Padahal wajahnya sangat tampan tapi mengapa auranya mencengkam.

Padahal kami dulu satu sma dan satu kuliahan tapi tak pernah kami bersapa ria, ku pikir ia sulit didekati hmm.

Ting!

Lift sudah sampai di lantai tujuan, segera kami menuju ruang rapat untuk membicarakan pengajuan kerjasama perusahaanku dengan perusahaan pak Edward yaitu Albern Royal Groups.

Setelah dua jam rapat akhirnya selesai.

...

"Baiklah telah disepakati kami menerima kerja sama dengan perusahaan Ainsley Group sebagai anak perusahaan kami, dan akan memberikan suntikan dana sesuai dengan yg tertera, silahkan pak ditandatangani," ucap Benz seketaris pak Edward menyerahkan bolpoin.

"Oke pak saya akhiri pertemuannya terimakasih," ucapku bangkit dan berjabat tangan dengan pak Edward dan sekretarisnya.

...

Diluar ruang rapat.

"Yesss, kerjasama kita goal, kamu memang dewi perusahaan kita bel, akhirnya perusahaan kita bisa diselamatkan," seru Viona.

Ia terlihat senang hingga memeluk ku begitu erat.

"Hei jaga martabat mu vio, kita masih dikantor. Pulang mari kita rayakan dengan gembira!" tawarku.

"ehem, ya benar Siap Bu CEO," sahut Viona dengan mode bawahan.

Pulang Kerja aku dan Viona serta rekan timku yang lain merayakan kesuksesan kami dengan makan Grill disebuah restoran.

Alangkah indahnya melihat wajah mereka yg sebelumnya khawatir perusahaan akan bangkrut.

Sebelumnya perusahaan dijalankan oleh ayahku. setelah aku menikah, ayah memintaku untuk menjalankan perusahaannya, karena ayah bilang sudah waktunya ayah beristirahat dan pensiun dari perusahaan.

Aku pun hendak menerima tawaran itu, akan tetapi sebelum aku menerimanya Zico—suamiku berkata padaku kalau setelah menikah sebaiknya aku tak perlu kerja biar ia yg kerja. akupun mengerti, karena aku mencintainya aku menyerahkan perusahaan ayah padanya sebagai CEO.

Tapi setelah ia mengelola perusahaan, pendapatan perusahaan malah menurun hanya dalam beberapa bulan perusahaan hampir bangkrut.

Akupun membujuk Zico agar aku membantunya, karena aku berpengalaman dibidang ini, aku pernah menggantikan ayahku sementara saat masih gadis, jadi aku sangat mengerti perusahaanku.

Zico menolak bujukan ku, karena menurutnya dibantu olehku itu melukai harga dirinya sebagai suami.

Ku tenangkan dan kubujuk dia sekali lagi. Aku menawarkannya kesepakatan, yaitu Perusahaan tetap miliknya, aku tak perlu jabatan tertulis. Aku hanya ingin membantu dan menyelamatkan perusahaan. Aku akan membantumu hanya sampe perusahaan stabil, dan ia bisa kembali mengambil alih. Ia pun setuju.

Begitulah aku yg bodoh oleh cinta, aku bekerja di perusahaan sebagai CEO tanpa jabatan resmi dan dokumen kepemilikan perusahaan masih nama suamiku, semua juga tetap harus membutuhkan tanda tangan nya bukan tanda tanganku.

sedangkan dirumah, ia sibuk dengan gaming nya hingga bermain api dengan adikku.

Aku takkan tinggal diam, sudah cukup aku terlihat bodoh,aku akan mengalihkan semua saham dan aset perusahaan kepadaku. Aku harus bergerak cepat!

"Hei.. kok melamun aja, makanan kezat kok dianggurin bel," tegur Viona membuyarkan lamunan ku.

"Oh aku kenyang Vio, aku juga banyak kerjaan jadi aku duluan aja yah, bye!" pamitku pergi.

...

Sampe dirumah, aku langsung menghempaskan bokong ku ke sofa yang empuk ini.

"sudah pulang kak?" Ucap Tania menghampiriku.

"iya," jawabku singkat.

"Maaf ya kak, tadi pagi aku ga denger telfon dari kakak. Tadi pagi aku sibuk menyiram tanaman didepan rumah dan ponselku tertinggal dikamar," ucapnya dengan raut sedih.

"Kau pikir aku tidak tau bahwa kau sedang bergerumul dengan suamiku tadi pagi!" Kataku dalam hati.

Aku menarik nafas pelan, "tidak apa, tidak penting juga," kataku acuh.

"ya udah aku buatkan lemon tea dulu ya," ucap Tania berlalu pergi.

Dia memang begitu, selalu membuatkan ku lemontea ketika aku pulang kerja, walau aku tak ingin minum dia memaksaku menghabiskan karena kalau tidak ia akan memasang muka sedih dan bilang aku tak menghargai buatannya.

Lemontea nya memang enak tapi setelah minum kepalaku akan bertambah pusing, ku pikir itu efek pekerjaan kantor yang terbawa.

Tapi setelah ingat penghianatannya aku jadi sedikit curiga.

"Ini kak, habisin yah kak. Jangan disisa, aku buat dengan sepenuh hati," ucapnya menyuguhkan Lemontea padaku.

"Iyaa, sebelumnya tolong buatkan spageti ya, kamu kan sering buatin mas zico spageti, buatkan aku juga dong aku tiba-tiba ingin mencicipi nya," pintaku.

"habisin dulu minumnya kak, mandi dulu gih, nanti aku buatin."

"kakak maunya sekarang Tania, buatin sekarang yah!" rayuku dengan muka agak memelas.

"baikalah sebentar ya," ucapnya mengalah.

Taniapun pergi ke dapur untuk membuatkan permintaanku.

Saat kurasa aman, aku langsung mengambil botol bekas minumku di tas yang kebetulan tadi aku ambil saat acara makan-makan kantor, ada airnya sedikit dibotol segera ku habiskan dan ku isi botol itu dengan lemontea buatan Tania.

Setelah itu segera beranjak pergi.

"Tania, kakak ga jadi makan ya, kakak mau istirahat aja, lemontea nya udah kakak habiskan. Kakak ke kamar yaaa," teriakku pergi ke kamar.

"Hmm... aku akan membawa ini ke lab Danu, dan menyuruhnya memeriksanya, semoga ini hanya kecurigaanku," gumanku.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kenny vero
greget banget aku bacanya wkwk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status