Share

Bab 3

Keesokan paginya aku bersiap berangkat, tak lupa aku membawa botol lemontea itu untuk dicek ke lab Danu, semalam aku sudah janjian dengan nya pagi ini.

"Sayang semalam kok tumben ga datangin aku dulu? biasanya kamu datangin aku dulu sebelum tidur!" tanya Zico memelukku dari belakang.

Aku tersentak, reflek aku lepaskan pelukannya.

"Loh ada apa?" Tanyanya kaget.

"Ga apa sayang, aku kaget aja. Ohiya semalam aku cape banget, jadi ga sempet nyamperin kamu. maaf ya sayang, tolong ngertiin istrimu yang mudah lelah ini," kilah ku berbohong.

"Yaudah deh gapapa, kamu juga cape gara-gara gantiin aku di perusahaan, makasih ya sayang kerja kerasnya. Aku sayang banget sama kamu," puji Zico mengecup keningku.

"iya sayang, aku aku berangkat dulu ya," pamitku pergi.

Aku tak ingin berlama-lama aku mulai muak dengan sentuhannya yang menjijikan.

Aku janjian dengan Danu di kafetaria dekat kantor Danu, segera ku parkikan mobil dekat kafe dan bergegas masuk mencari Danu.

Ku lihat ia duduk dekat jendela dengan stelan ala dokter lab nya.

"Danu, udah lama nunggu?" Sapaku basa basi.

"ga kok baru aja, mana barang nya?"

"Nih," kataku sambil memberikan botol berisi lemontea.

"Hmm, okeh akan gue cekkan, paling Besok atau lusa hasilnya keluar, Lo gak buru-buru kan?" tanya Danu memastikan.

"ga juga sih, tapi bisa ajalah, btw thanks ya ... dan ingat rahasiakan ini dari siapapun termasuk suami dan adik gue, kalau lo buka mulut. Gue pastikan Viona ga bakal mau nikah sama lo," ancamku sedikit.

"duh apaan sih, ngapain juga gue bilang, ancaman lo horror banget, gue kan udah tunangan sama Viona. Gue ga bakal hianati lo, bisa-bisa gue dicampakan Viona," protes Danu kesal.

"hehe maap maap, canda aja. Ohiya gue langung pergi aja yah, banyak urusan dikantor. Jangan lupa langsung hubungin kalau hasilnya udah keluar. Bye!" pamitku meninggalkan Danu.

"Dasar wanita menakutkan!" Cibir Danu, masih bisa ku dengar.

....

Saat aku hendak masuk ke mobilku, aku melihat Zico dan Tania bergadengan tangan menuju mall yang ada di seberang.

"sungguh keterlaluan, aku baru berangkat kerja mereka sudah gencar duluan nge-date ke mall! Nikmati saja, ini takkan lama lagi," gumanku sinis langsung memasuki mobil.

Dikantor aku segera mengurus surat-surat pemindahan aset dan perusahaan, aku mengurusnya dengan bantuan Viona seketaris ku, aku sudah menceritakannya pada viona lewat telfon tadi malam, ia sangat marah dan iba mendengar ceritaku.

Bahkan ia bertekad mendukungku. Ia meminta bantuan pengacara perusahaan untuk membantuku. Karena ia juga kerabat dekat jenny pengacara perusahaan terkemuka.

Aku sangat bersyukur, setidaknya aku memiliki sahabat sekaligus seketaris sepertinya.

"Bel, berkas-berkas yang kamu minta udah aku selesaikan tinggal kamu lengkapi sekaligus mendapatkan tanda tangan zico," ucap Viona menghampiriku.

"secepat itu, aku baru memintanya semalam."

"Demi kamu apasih yang gak, lagian bisa cepat juga bantuan Jenny, kamu taukan ini adalah skillnya."

"Baiklah, makasih ya vio, sekarang aku tinggal mendapatkan tanda tangan zico saja" ucapku memeluknya.

....

Saat aku sampe dirumah, Tania menyambutku dengan senyum manisnya seperti biasa.

"Kakak kok tumben pulangnya agak malam, aku buatin lemontea yah? Mau anget apa es?" tawarnya.

"ga deh, Tania. Aku cape banget mau ngurusin berkas dulu nih," tolakku halus.

"yaudah aku buatin susu atau teh manis aja ya buat kakak?" Tawarnya lagi.

"ga..uss.."

"gada penolakan, tunggu aja dikamar aku buatin pokoknya," potong Tania lalu segera kedapur.

Aku hanya menggeleng kecil, lalu pergi ke kamar. Selesai mandi ku lihat segelas susu berada di meja kecil samping ranjangku.

"huft.. maksa banget dia," gumanku menarik nafas.

Karena masih curiga aku jadi enggan meminum susu buatannya. Jadi kubuang saja susu itu di toilet dan menaruhnya kembali diatas meja.

'Tok tok! tok'

"kak susunya sudah diatas meja ya, jangan lupa habisi ya, Tania mau tidur dulu bye!" teriaknya dibalik pintu..

Aku mengabaikan teriakannya, Segera ku mengeringkan rambut ku, setelah selesai aku lekas keluar dengan membawa berkas ke kamar gaming Zico—suamiku.

Ya, sudah beberapa bulan ini aku dan Zico pisah kamar, awalnya itu adalah kamar gamingnya lalu semenjak ia berhenti bekerja, ia menjadikan itu kamar pribadinya. Aku tidak keberatan karena kupikir mungkin ia sangat mencintai gamenya, tapi Ternyata itu tempat ia bermain api dengan adikku.

'tok tok tok!'

"sayang," ucapku membuka pintu.

Kulihat ia masih sibuk dengan gamenya sampe tidak mendengarku memanggil nya.

"hm, ini waktu yg tepat," gumanku dalam hati.

Aku mencoba mendekatinya.

"sayang, tolong tanda tangani berkas project baru kita, ada 8 berkas yang harus ditanda tangani," ucapku seraya menaruh berkas dan bolpoin di depan mejanya.

"bsok aja yank, masih sibuk ini. Besok aja sekalian aku periksa projectnya."

"Ga bisa yank, berkasnya harus dibawa besok pagi, dan aku sangat ngantuk sekarang. Tolong tanda tangani saja. Toh udah aku periksa juga. Masa ga percaya sama aku," pintaku melirik sinis zico.

"nangung ini mau end sudah yank."

"Itu heronya menepi dulu biar bisa dipause makanya, tanda tangan juga ga lama kok, aku ngantuk," ucapku mulai kesal.

"iyaudah iya, sini aku tanda tangani ... Nih."

"terimakasih sayang, aku ngantuk. Aku tidur duluan ya."

"iya," balasnya singkat sambil fokus bermain game.

Aku keluar dan menutup pintu kamar Zico.

"yes, selesai sudah, akhirnya perusahan kembali ke pemilik aslinya. Makasih Zico atas kebodohanmu," batinku.

...

Pagi hari, saat ku menuruni tangga ku lihat Zico dan Tania sudah sarapan di meja makan.

"Sarapan dulu kak," tawar Tania.

"kakak udah janji sarapan bareng Viona, sekretaris kakak. Maaf ya kakak buru-buru," tolakku.

"yaudah yank, mau ku antar?" tawar zico.

"ga usah sayang, makasih ya. Aku langsung berangkat ya, bye!" Pamitku pergi.

.

Drrttttt Drrttttt, ponselku bergetar, tertera nama Danu disana.

["Halo Dan, ada apa?"] tanyaku mengangkat telfon.

["elo dimana?, Bisa ketemu sekarang, ada yang mau gue sampein penting!"] serunya, suaranya terdengar tergesa-gesa.

["Gue baru mau sarapan bareng Viona, nih."]

["nah bagus, kita ketemu di kafetaria sebelumnya, sekarang ya jangan pake lama, penting!"]

["iya ya, kebetulan aku dan Vio janjian disitu kok."]

["Oke,"] ucapnya menutup telfon.

...

Di kafetaria.

"Ada apa dan? Keliatannya kek serius banget?" tanya ku sembari duduk disamping vio.

"lemontea kemaren serius dari adek lo Bel?" tanyanya curiga.

"Iya? Memang ada apa? Mungkikan beneran beracun?"

"bukan beracun lagi, tapi mematikan Bel!"

"Apaa!!?" ucapku kaget. Ku lihat Viona terlihat lebih shock dariku.

"maksudnya gimana coba kamu jelasin hasil labnya dann?" tanya viona dengan raut wajah khawatir.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status