All Chapters of Pengantin Pengganti CEO Cacat: Chapter 31 - Chapter 40
48 Chapters
Bab 31 - Perdebatan
"Apa benar jika babu itu adalah istrimu? Jawab, Kevan jangan diam saja!" teriak Angelina. Kevan menatap Angelina dengan tatapan yang tidak dapat di artikan. Siapapun Arancia, bukan urusan perempuan ular itu. Kevan terpaksa menampung Angelina, karena kenyataannya ia ingin mengumpulkan semua bukti. Yang akan memberatkannya nn juga sang paman, orang yang menjadi dalang dari kecelakaan yang ia alami. "Siapa pun dia, itu semua bukan urusanmu," ucap Kevan dingin. Wajah Angelina semakin memerah, menahan amarahnya. "Aku harus tahu, dan kau ...." "Siapa kau, sehingga aku harus memberi tahu kan siapa gadis itu? Ingat! Kau bukanlah siapa-siapa, dan ini semua bukan ranahmu!" ucap Kevan memotong perkataan Angelina. Angelina tidak terima, lantas ia berdiri menghampiri Kevan. Dan dengan tidak tahu malunya, ia duduk di atas pangkuan Kevan. Lelaki itu mendelik, hendak menurunkan Angelina. Namun terlambat karena Re
Read more
Bab 32 - Sadar
"Kau tahu? Meskipun kau sahabatku, tetapi aku tidak suka jika milikku di sentuh orang lain." Arga tersenyum miring, menatap Kevan. "Milikmu? Sejak kapan? Bukankah dia ... hanya istri di atas kertas? Kau bahkan tidak menginginkannya." Deg Kevan terdiam mendengarkan ucapan Arga. Ia mengepalkan kedua tangannya dengan erat, bahkan buku-buku tangan itu terlihat memutih. Salahkah bila Kevan marah mendengar ucapan Arga? Namun nyatanya apa yang di katakan lelaki itu benar adanya. "Ingat Van! Jika kau masih menyakitinya, aku tidak segan-segan mengambilnya dari sisimu, camkan itu!" tegas Arga lantas ia memilih berlalu dari sana tanpa menunggu balasan dari mulut Kevan. Kevan sendiri terdiam mendengar ucapan Arga. Jangan sampai apa yang di ucapkan lelaki itu menjadi kenyataan. Kevan menggeleng, "Tidak akan aku biarkan seorang pun memilikimu. Hanya aku yang berhak atas hidupmu." Sementara itu, Arancia masih betah menutup ked
Read more
Bab 33 - Gengsi
"Oh, jadi ceritanya kau cemburu?" tanya Regel dengan senyuman mengejek. Kevan langsung menoleh ke arah Regel yang masih tersenyum mengejek ke arahnya. Ingin sekali lelaki itu memberikan pelajaran pada sahabatnya, tetapi Kevan tidak bisa melakukannya. Untuk saat ini, Kevan tidak bisa mengartikan apa yang ia rasa. Kevan hanya tahu, jika ia tidak suka ada seorang pria yang lebih memperhatikan Arancia. Regel menepuk bahu sang sahabat, "Rasakan bagaimana perasaanmu padanya. Jangan sampai kau menyesal, dia gadis baik dan penurut. Dan aku rasa ... dia pantas menjadi rebutan." Kevan terdiam sembari menundukkan kepalanya. "Hilangkan rasa gengsimu itu, Van. Kapan lagi kau bisa mendapatkan wanita sebaik dia dan yang paling utama dia masih ... tersegel." Regel tentu tahu bagaimana gaya berpacaran Kevan dan Zahra dulu. Jika sekedar senam bibir, sudah tidak terhitung. Maklum gaya berpacaran Kevan dan Zahra bebas, meskipun tidak sampai menj
Read more
Bab 34 - Keributan
"Zahra membuat keributan, bahkan ia berkata tengah mengandung anakmu, Van? Apa itu benar?" tanya Regel. Kevan terdiam, Zahra kembali datang ke dalam hidupnya. Setelah ia merasakan kedamaian. Tidak, Kevan tidak akan membiarkan ia kembali menghancurkan hidupnya. Hamil? Kapan mereka melakukannya, meskipun pelukan dan juga ciuman sudah sering sekali mereka lakukan. Namun, untuk berakhir di ranjang ... Kevan sama sekali tidak pernah berpikir hingga ke arah sana. Meskipun Zahra sering sekali menggodanya. Namun, sebisa mungkin Kevan menjaga hasratnya. Arga menatap Kevan dengan dalam, membuat Kevan mendengus kesal, "Apa? Ck, aku tidak sebrengsek itu. Meski kenyataannya ia sangat sering menggodaku. Namun aku tidak pernah tergoda. Sebisa mungkin aku menahan hasratku meskipun kenyataannya aku benar-benar tersiksa." Regel terkekeh kecil begitu juga dengan Arga. "Baguslah, jika kau tahu dan sadar! Tidak baik juga melakukan hal itu sebelum menika
Read more
Bab 35 - Pulang
"Bagaimana bisa dia kembali? Bukankah dia sudah pergi jauh dari sini?!" tanya Kevan heran. Regel yang tengah memeriksa beberapa jadwal Kevan pun menatap sahabatnya itu. Ia pun mengedikkan bahunya cuek, tanda Regel pun tidak tahu. Kevan mendengus kesal, memang terkadang sahabatnya itu tidak bisa di andalkan. Namun juga terkadang, tanpa di minta Regel pasti akan selalu siap sedia. "Selidiki perempuan itu tinggal di mana? Dan jangan sampai ia bisa mendekati Arancia, apalagi sampai melukainya. Siapkan bodyguard bayangan, ingat jangan sampai Arancia tahu jika ia tengah di awasi," titah Kevan. Regel mengangguk, lantas lelaki itu pergi dari ruangan Kevan. Meninggalkan lelaki yang masih setia memakai topengnya itu sendirian. Tak lama, Angelina tampak masuk kembali ke dalam ruangannya Kevan, meski ia sudah di usir tadi. Benar-benar tidak tahu malu! "Maafkan saya, Tuan. Barusan sudah saya larang dan memberitahunya jika tuan tengah sibuk. Namun
Read more
Bab 36 - Perubahan Sikap Kevan
Hari ini, sudah di pastikan jika Arancia akan pulang. Gadis cantik itu sudah tidak tahan berada di rumah sakit. Rasanya sesak, dan juga membosankan. Kevan berdiri, dengan kedua tangan yang bersedekap di dadanya. Menatap wajah Arancia dengan begitu dalam dan intens. Membuat gadis cantik itu menjadi gugup. "Kenapa?! Kau takut padaku!?" Suara Kevan terdengar begitu dingin dan datar. Siapa yang tidak akan takut, sudah wajahnya dingin suaranya pun dingin pula. "Jawab! Mengapa kau diam saja!" Arancia menunduk, "Duh, gimana aku enggak takut, jika wajah dan suaranya begitu dingin," lirih Arancia di dalam hatinya. "Eumh, iya aku takut," cicit Arancia. Kevan menarik sudut bibirnya, ia tersenyum tipis. Begitu tipis sampai orang lain tidak dapat melihat senyumannya. Sementara Arancia masih setia menundukkan kepalanya. Di tatap sedemikian rupa oleh pria yang berstatus suami, membuatnya salah tingkah. "Sudah selesai?! Jika sudah
Read more
Bab 37 - Pembalasan Dendam Kevan
"Ya, kau benar Rey. Tentu saja selain membuat dia bangkrut, putri kesayangannya adalah sasaran empukku untuk membalaskan dendam," ucap Kevan dengan seringai di bibirnya. Reygan mengangguk, memang sudah sepantasnya paman dari bosnya yang tak lain sahabatnya itu, harus di berikan pelajaran yang setimpal. Ia tidak hanya membuat wajah Kevan cacat, tetapi juga hampir menghilangkan nyawanya. Ia sendiri tahu, jika Kevan adalah sosok yang terlihat baik tetapi aslinya ia akan begitu kejam dan sadis. Reygan sudah membersamai Kevan, sejak mereka masih kecil dahulu. "Setelah melenyapkan para tikus itu. Aku bisa fokus terhadap istri kecilku, kau tahu Rey. Aku sangat senang kala melihat wajahnya begitu ketakutan kala menatapku. Tapi, dia mencoba menutupi ketakutannya dengan sikapnya yang terkadang sedikit ketus kepadaku." Kevan berbicara seraya tersenyum kecil, Rey memperhatikan sahabatnya itu dari kaca spion mobilnya. Senyuman yang baru kembali datan
Read more
Bab 38 - Membereskan Penggangu
"Katakan! Hukuman seperti apa yang kau inginkan paman?! Dengan senang hati, aku akan mengabulkannya," desis Kevan dengan seringai di bibirnya. Pria yang di panggil paman seketika mematung, kala mendengar ucapan keponakannya. Apalagi Angelina, ia langsung menciut ketika melihat raut wajah Kevan. Angelina ingin sekali berlari dari dalam ruangan Kevan, sebab ia tahu dirinya berserta sang ayah tidak akan begitu saja di lepaskan. Apalagi Angelina melihat kemarahan di dalam binar mata Kevan. "Cukup sudah! Rey, panggilkan anak buah kita, dan seret mereka berdua. Bawa ke markas, dan malam ini juga kita akan membereskan hama kecil ini," tukas Kevan dengan seringai yang menakutkan. Tanpa pikir panjang, Angelina segera berlari. Berharap jika ia akan lepas, masa bodoh dengan ayahnya. Namun, baru saja ia akan berlari pintu di buka. Beberapa orang pria berbadan besar masuk, menghadang pergerakan Angelina. "Mau lari kemana, Nona?!
Read more
Bab 39- Memberi Pelajaran
"Sekarang giliranmu, Perempuan Jalang!" seru Kevan. Mata lelaki itu terlihat memerah, rahangnya mengeras, bahkan tangannya mengepal. Hingga buku-buku tangan Kevan terlihat memutih. Kevan terlihat sangat emosional. Kemarahan sudah menguasai lelaki tampan itu. Reygan masih setia berdiri di belakang tubuh Kevan. Kepala pria yang di tebas oleh Kevan masih berada di lantai. Bau anyir menyeruak, menusuk hidung. Membuat Angelina seketika mual, ia ingin muntah tetapi Angelina menahannya. Wanita muda itu menatap nanar pada mayat yang ada di sampingnya. "Ayah, aku tidak menyangka jika Kevan akan sangat kejam seperti ini. Andai saja, kita tidak terlalu terobsesi dengan harta yang ia miliki. Mungkin saat ini, kau masih berada denganku, setelah ini nasibku akan di tentukan oleh Kevan. Jika aku boleh meminta, aku lebih baik langsung mati. Daripada harus hidup dalam siksaan lelaki psikopat itu," monolog Angelina. Kevan menyeringai
Read more
Bab 40- Kematian Angelina
"Karena aku membencimu. " Deg Angelina mematung, ia menatap tidak percaya. Tadinya Angelina berpikir jika Kevan benar-benar masih mencintainya. Pantas saja, sikap lelaki itu berubah, dingin dan juga datar padanya. Kevan menyeringai, saat ini di dalam hati dan pikirannya adalah istrinya. Wanita yang sudah dengan rela mengorbankan masa depannya demi menikah dengan dirinya pria cacat. "Baiklah, sudah saatnya kau menemui ayahmu. Sampaikan salamku padanya, dan aku harap kalian segera bertemu di neraka," desis Kevan. Kevan pun mengambil sebuah samurai. Samurai panjang dengan ujungnya yang tajam. Samurai itu tampak mengkilap, membuat mata Angelina sakit. Cetas Kevan mengarahkan Samurai tersebut ke arah lengan kanan Angelina. Membuat lengan itu seketika putus, darah langsung mengalir membasahi lantai. Jasad pria paruh baya itu bahkan masih tergeletak di ruangan itu. Bau anyir pun semakin menyeruak kuat, menusuk hidung. Membuat
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status