All Chapters of Benih Satu Milyar: Chapter 31 - Chapter 40
86 Chapters
Bukan Levelku
Perginya Nara yang lebih dari tiga hari membuatku khawatir. Pasalnya, waktuku tersisa hanya tinggal dua bulan lagi. Rasanya tak akan mungkin terkejar jika aku terus mengulur waktu.Flora, dia juga terus menekanku dengan mengatakan bahwa kepergian Nara karena sikapku. Dia bilang, aku terlalu banyak membuang waktu.Seharian ini aku mengurung diri di kamar, mencoba merenungkan semua peristiwa yang terjadi. Kembali menimang apakah keputusanku sudah benar atau belum, hingga akhirnya aku putuskan untuk melanjutkan rencana.Baiklah, jika permintaan wanita pengeretan dan tidak tahu diri itu mengharuskan aku merelakan berbagi suami. Aku tak ada pilihan. Hanya saja, aku tak ingin lepas kendali atas suamiku. Semua harus aku atur kembali, memilih strategi agar tetap aman dari insiden yang di luar perkiraan.Sore itu, aku putuskan untuk kembali ke Jakarta. Aku yakin, Nara dan Flora sudah bersekongkol untuk kembali ke Jakarta juga.Benar tebakanku, ternyata Nara sudah ada di Jakarta. Informasi itu
Read more
Rindu
POV NaraSudah hampir tiga minggu sejak Azlan meninggalkan aku. Ya, waktu satu minggu telah berlalu dengan begitu cepat. Seperti apa kata Elina, aku dan Azlan hanya diberi waktu bulan madu selama satu minggu. Setelah itu, Azlan harus kembali ke rumah.Entah apa yang terjadi, sehingga Azlan hanya menuruti permintaan Elina. Hingga sekarang dia belum juga menemuiku. Terakhir chat, dia hanya menyampaikan jika dirinya dan Elina akan menunggu hingga tiga minggu sampai ada kepastian kabar kehamilanku.Drttt ... drtttt ....Ponselku bergetar, sebuah panggilan dari Azlan. Tanpa sadar aku tersenyum, dalam hati bersyukur akhirnya dia telepon."Hallo, Azlan," sapaku dengan suara riang.Namun, kebahagiaan itu seketika sirna ketika suara di seberang bukan suara Azlan. Melainkan suara Elina yang menyapa dengan begitu ramah. "Hai, Nara. Gimana kabarnya?" basa-basi yang basi menurutku, entah kenapa ada rasa kecewa yang menyelinap karena ternyata bukan Azlan."Baik," jawabku singkat."Nanti sore kamu
Read more
Aroma Tubuh Azlan
"Aku merindukanmu, Azlan." Kalimat itu yang meluncur begitu saja dari bibir ini.Kubenamkan wajah ke dada bidang lelaki itu, begitu masyuk. Entah sejak kapan aku begitu menyukai aroma tubuh Azlan, bahkan aku tak peduli ketika Azlan berusaha menjauhkan wajahku dari tubuhnya."Biarkan aku menikmati aroma tubuh yang kurindukan ini, Azlan."Azlan akhirnya hanya diam dan membiarkan diriku membaui dada hingga lehernya. Rasa mual yang kurasakan dari pagi pun mulai berkurang, begitu rileks dan menyenangkan."Nara, kita harus periksa ke dokter. Waktu kita nggak banyak."Aku menghentikan aksiku, lalu mendongak ke arah wajah Azlan. Begitu lekat tatapan ini, sehingga membuat Azlan salah tingkah. Dapat kutemukan perbedaan sikap Azlan sekarang dengan sebelumnya.Kembali aku tersadar, bahwa Azlan yang sekarang bukan Azlan yang sedang menjalani peran seperti tiga minggu lalu. Perlahan aku melepas pelukan, lalu menjauh. Bahkan ekspresi bahagiaku seketika sirna berganti ribuan luka akibat kecewa.Kehid
Read more
Sandiwara
Mobil Azlan memasuki pintu gerbang yang dibuka oleh sekuriti, kemudian berhenti tepat di hadapan sebuah rumah mewah. Ya, rumah yang pernah kudatangi dua bulan lalu. Bahkan pernikahan tanpa pesta itu pun juga terjadi di rumah itu.Kepalaku mendongak ke arah balkon, tampak wanita dengan dandanan yang begitu elegan menatapku. Kali ini bukan tatapan sinis atau penuh rasa tidak suka, melainkan ada senyum dan dengan begitu riang menyapaku.Setelah melambaikan tangan ke arahku, wanita itu kembali masuk dan muncul lagi di ambang pintu masuk."Nara!!!" Dia menghambur dan memelukku begitu erat.Sikap Elina sangat jauh berbeda dengan sebelumnya. "Ayo masuk, aku sudah menyiapkan jamuan untuk kamu. Kita rayakan kehamilan kamu, Ra."Elina menggandengku. Sikapnya membuatku termangu, ragu dengan apa yang aku lihat saat ini.Benar saja, di meja makan telah tersedia berbagai macam menu. Semua masakan yang begitu menggugah selera. Tahu sendiri lah, makanan orang kaya memang luar biasa enak."Kalian meny
Read more
Kemarahan Elina
Suasana terasa seperti film horor. Aku sendiri takut jika harus mengalami penghinaan lagi. Bagiku, menerima kata-kata kasar dan caci maki tetaplah dapat menyakiti hati ini. Aku belum bisa setangguh Flora, dia sudah terlampau sering dilabrak istri om om yang dia pacari."Aku seperti dejavu saat melihat wajahmu. Sepertinya, sudah lama sekali aku mengenal wajah ini." Tangan ibunya Azlan menyentuh pipiku, tiba-tiba sikap dia berubah melow.Aku semakin tak mengerti dengan apa yang dia maksud."Ma, dia ini calon sekretaris Azlan. Kebetulan, ayah dia ada kerja sama juga dengan perusahaan Azlan. Jadi, dia menitipkan putrinya ke sini." Azlan berusaha mencari alasan.Namun, kali ini alasannya membuat mataku membulat."Ooh ... anak konglomerat ternyata. Ini baru wanita dari kelas sosial tinggi, dilihat dari penampilannya kelihatan banget. Semoga betah di sini, ya!" celoteh wanita itu dan kurasa dia sedang menyindir Elina."Oh ya, Elina ... ehm ... selama kamu belum bisa membuktikan kehamilan itu
Read more
Khayalan Indah
Semilir angin malam membelai wajahku, memainkan anak rambut hingga ke wajah. Malam ini aku menikmati kesendirian di balkon kamar. Kembali langit bertabur bintang menjadi saksi kegalauan yang tak berujung.Entah mengapa, kalimat Bu Wijaya terus saja terngiang dan bermain di pikiranku. Dari penuturan dia yang pernah melihatku, sampai keinginan dia mengundangku dalam perjodohan itu.Kedua hal itu sangat mengganggu pikiranku. Di satu sisi, aku takut dan merasa malu jika ketahuan siapa sebenarnya aku. Sedangkan Azlan melindungiku dengan sebuah kebohongan besar, menjadikan aku sebagai wanita dari kelas sosial atas.Di sisi lain, ada terselip rasa tidak terima jika harus menerima perjodohan itu. Azlan adalah suamiku, entah sejak kapan perasaan cinta ini tumbuh. Ya, aku telah jatuh cinta pada Azlan. Bukan lagi tentang bayaran satu milyar, tetapi kenyamanan saat bersamanya yang membuatku candu.Bayangan setelah anak lahir pun melintas. Aku akan kehilangan anak dan juga suami. Pernikahanku akan
Read more
Apakah Ini Karma?
"Azlan," panggilku saat pagi hari menjemput.Lelaki itu bangun lebih awal, mungkin saja sudah tiga puluh menit yang lalu. Saat aku terbangun, rambutnya sudah basah dan dia mulai memakai pakaian dari lemari.Mendengar panggilanku, dia pun menoleh. "Ada apa, Ra?"Aku bangun, kemudian duduk dengan posisi kaki menekuk dan ujung ibu jari kaki saling bertemu. "Aku mau ngomong, Zlan."Azlan tersenyum, dia menghentikan aktivitas mengaitkan kancing kemeja. Lalu, berjalan mendekat. "Selamat pagi, Sayang ... adek bayi mau apa pagi ini?" ucapnya seraya mengelus perutku yang masih rata.Aku membiarkan Azlan mengelus dan menciumi perutku, kemudian berceloteh seolah sedang bicara dengan bayi."Adek bayi jangan nakal ya, jangan bikin Mama muntah-muntah. Kasihan ya ....""Aku maunya dipanggil ibu, dan nanti anak ini harus memanggilmu ayah." Ucapan itu meluncur begitu saja dari bibir.Mendengar permintaan itu, Azlan mendongak. Wajahnya menandakan ada sebuah pertanyaan akan maksud dari ucapanku.Menyad
Read more
Misi Terselubung
Sore ini aku pulang, sengaja memaksa cabut jarus infus meskipun Elina melarang. Aku tak peduli dengan kondisiku yang sebenarnya belum seratus persen pulih. Hanya saja, tekadku sudah bulat. Aku ingin menghadiri jamuan keluarga Wijaya Pratama pada tamunya nanti malam.Ya, aku memaksa diri untuk kuat. Daripada penasaran wanita seperti apa yang akan dijodohkan dengan Azlan, lebih baik datang dan melihat. Siapa tahu, setelah itu aku akan punya cara untuk menggagalkan rencana pernikahan mereka."Ra, biar aku antar. Aku nggak mau kamu kenap-napa di jalan," ujar Elina seraya memegang lengan kananku."Auww! Sakit tahu, El. Masih lihat tangan ini diperban, kan?""I ... iya, maaf. Aku nggak sengaja, tapi tolong jangan pulang sendirian."Dahiku mengernyit, menatap sejenak ke arah Elina. Aku tahu, dia bukan khawatir keadaanku, tapi dia takut jika kondisiku berpengaruh pada janin yang aku kandung.Jujur, saat melihat Elina seperti itu, aku merasa kasihan pada wanita yang kusangka bahagia dengan lim
Read more
Kejutan Bikin Syok
Mataku membelalak dan mulut menganga saat mobil Azlan memasuki gerbang sebuah rumah yang sangat megah dan mewah. Kemegahan rumah itu mengalahkan rumah yang ditempat Azlan dan Elina. Kuperkirakan luas dan mewahnya tiga kali lipat dari rumah Elina.Pantas saja Elina sangat menginginkan harta keluarga Wijaya Pratama. Ternyata, rumahnya saja seperti istana. Sangat lux desain yang dipilih. Dari luar sudah jelas terlihat betapa kayanya sang pemilik, apalagi di dalamnya."Ra, ayo masuk!" ajak Azlan yang melihat aku sejak tadi hanya diam mematung dengan ekspresi kagum."Azlan, ini rumah nyokap lo?"Azlan geleng-geleng sambil mendecih. "Ra, ingat ya ... jangan pakai kata lo gue di rumah ini. Itu akan terdengar tidak sopan, dan Mama paling tidak suka itu.""Eh iya, gue lupa. Ehm ... maksud gue, eh aku ... huff, oke sorry! Itu tadi spontanitas saja.""Ya sudah, ayo masuk.""Ehm ... boleh gandeng nggak?" tanyaku dengan sikap manja dan malu-malu."Nara Paramitha ... di sini kita tidak bisa bergand
Read more
Lelucon Takdir
"Nara? A ... Azlan?" Flora terbata-bata saat menjawab, pastinya dia juga syok saat melihat kami.Wajah Flora seketika pias, sedangkan Azlan seperti orang yang bingung mau berbuat apa. Dan aku ... ah, aku bisa apa selain hanya mematung dengan mata membelalak dan mulut menganga.Sungguh ini sebuah kejutan di luar dugaan. Siapa sangka yang bayar Flora untuk jadi anaknya ternyata kawan lama dari Pak Wijaya. Tapi kenapa Flora tidak cerita? Apakah dia sengaja atau memang tidak tahu?"Lho, kalian sudah kenal?" tanya Bu Wijaya.Bukannya menjawab, kami bertiga justru mengarahkan pandangan ke Pak Robby dan istrinya. Seolah paham dengan kebingungan Flora, akhirnya Pak Robby berdiri dan mendekati Flora."Duduk dulu, Bella." Pak Robby mengajak Flora untuk duduk di kursi tepat di hadapan Azlan."Tunggu, tunggu ... nama anak kamu ini Bella atau Flora, Rob?" tanya Pak Wijaya kebingungan."Begini, Bro. nama lengkap Bella itu ... ehm ... Flora Salsabila. Teman kecilnya panggil dia Flora, dan di rumah d
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status