Semua Bab Benih Satu Milyar: Bab 21 - Bab 30
86 Bab
Rahimku
Malam ini tidurku tak nyenyak. Sebentar bangun, lalu gelisah. Kutoleh Flora, dia sudah mendengkur halus.Perlahan aku turun dari tempat tidur, berjalan menuju balkon. Angin malam berhembus saat pintu kubuka, menerpa wajahku dengan begitu lembut. Udara dingin membuat kedua tanganku harus saling berdekapan.Langit tak terlalu gelap malam ini, masih kudapati bintang-bintang bertaburan meski tak banyak. Kuhela napas panjang, seakan ingin melepaskan seluruh penat pikiran ini.Azlan, lelaki tampan itu melintas dalam pikiran. Mataku memejam mengingat permainan panas malam itu, begitu menggairahkan. Tanpa sadar, bibir ini mendesah saat teringat bagaimana tangan Azlan bermain nakal."Azlan, aku ingin merasakan kembali kehangatan tubuhmu. Aku ingin nikmati kembali sentuhan jemarimu, embusan napasmu, dan permainanmu yang membuatku terus mendesah nikmat. Aaauugghhh ...."Dalam lena angan itu, dapat kurasakan sebuah pelukan hangat mendekap erat tubuhku. Kecupan lembut terasa di tengkuk, lalu ke te
Baca selengkapnya
Terpaksa Berbohong
Ketika kesadaranku mulai pulih, kurasakan kepala ini sangat sakit, nyeri dan pusing. Perlahan kubuka kelopak mata, pandangan masih kabur dan samar-samar mata ini menangkap sosok wajah."Nara, lo sudah sadar?" suara itu begitu kukenali, entah kenapa suara itu justru membuat kesadaranku menurun kembali.Tuhan ... kenapa masih ada pria ini di depanku. Bagaimana aku bisa lepas dari dia?Untuk pertama kalinya aku teringat Tuhan, setelah sekian lama menjauh dari Sang Pemilik kehidupan. Saat ini, yang kuinginkan adalah lelaki halalku. Bukan lelaki lain yang tak berhak menyentuh tubuhku."Ra, lo kenapa?" Masih terdengar suara Ryan yang bernada khawatir, tangan kanannya menepuk pipiku beberapa kali.Sesaat kemudian aroma minyak putih memasuki indera penciuman, perlahan kesadaranku mulai pulih kembali."Azlan, tolong aku ...." Kalimat itu yang justru terlontar dari bibirku, seiring tangis yang kembali pecah."Azlan?" tanya Ryan dengan ekspresi bingung."Tolong telepon Azlan, dia suamiku."Ryan
Baca selengkapnya
Menjadi Istri Sementara
Benar saja, sore itu Azlan membawaku ke rumah baru. Rumahnya memang tak sebesar rumah yang dijanjikan waktu itu, hanya saja suasana yang begitu tenang dan nyaman begitu kunikmati. Sebuah rumah modern dengan gaya minimalis, dan yang paling aku suka adalah sebuah taman dan kolam di bagian belakang. Bahkan terdapat rooftop yang dapat digunakan untuk menikmati indahnya senja."Kamu suka rumah ini, Ra? Tanya Azlan dengan senyuman mengembang.Aku mengangguk. "Sangat suka, Azlan. Lihat, dari sini aku bisa melihat matahari yang akan kembali ke peraduan!" seruku dengan penuh rasa bahagia.Sejenak semua derita batin yang selama ini kutanggung, berasa sirna berganti bahagia yang begitu luar biasa."Thanks, My Hubby." Kupeluk Azlan dengan begitu hangat.Debar jantung ini kembali tak teratur. Entahlah ... apakah ini pertanda aku sedang jatuh cinta kepada lelaki tampan ini? Ah, tepatnya lelaki tampan suami orang.Aku merasa penasaran, apakah Azlan juga merasakan hal yang sama? Diam-diam tangan kana
Baca selengkapnya
Malam Kedua
"Terima kasih untuk makan malam yang lezat ini, Sayang." Untuk pertama kali aku mendengar Azlan memanggilku dengan sebutan 'sayang'.Ucapannya mampu melambungkan perasaanku, begitu tinggi dan tak ingin kembali jatuh.Kedua tangan Azlan merangkul pinggangku, dan dia membiarkan kedua tanganku bergelayut manja di lehernya. "Kamu mau berdansa?" tanya Azlan dengan wajah sumringah."Dansa? Tapi aku nggak pernah, dan aku nggak tahu caranya berdansa.""Tak masalah. Kita dansa di rooftop sambil menikmati indahnya langit malam, gimana?"Aku mengangguk setuju. Azlan segera mengambil speaker box kecil yang terletak di sudut ruangan dekat televisi, kemudian membawanya ke rooftop. Tak lupa tangan kanannya menggandeng jemariku.Sesampainya di atas, Azlan menyalakan musik romantis. Cocok sekali dengan suasana malam yang cerah, langit bertaburan bintang dan cahaya bulan separuh. Selama sekian tahun di Jakarta, baru kali ini aku menyadari indahnya langit malam.Kubentangkan kedua tangan, memejamkan ma
Baca selengkapnya
Mengatur Siasat
[Mas, kamu jangan lama-lama dengan wanita murahan itu!][Ingat, tugas kamu hanya menghamili saja. Kita hanya butuh rahim dia, jadi jangan ambil kesempatan lebih dari itu.]Membaca dua baris pesan dari Elina itu saja, dadaku terasa sangat nyeri. Dugaanku benar, Azlan hanya menjalankan perintah istrinya yang egois itu.Rasanya aku sudah tak sanggup membaca chat berikutnya. Bisa jadi hanya akan lebih menyakitkan, dan mungkin akan membuat sisi gelapku memberontak lebih parah."Elina, lo akan lihat apa yang bisa gue lakuin ke Azlan. Jangan salahin gue kalau suami lo akhirnya jatuh ke pelukan gue ... untuk selamanya," gumamku dengan hati yang geram, bahkan tangan ini pun turut mengepal.Kembali kutatap Azlan. Wajah tampan tapi sayang ... bisa dipermainkan oleh istrinya. Kurasa ... hmm ... aku punya cara untuk membuka mata hati dan pikiran lelaki itu.Sejenak otakku berpikir, mulai menyusun rencana agar pertarungan dimenangkan olehku, bukan Elina si nenek sihir itu. Wanita siluman lebih tepa
Baca selengkapnya
Firasat Buruk
"Lo mau ngomong apa, Ra? Ada masalah dengan si Azlan?" tanya Flora sembari duduk di dekatku."Kaga. Cuman coba lo liat ini," ujarku seraya menyodorkan ponselku."Apaan?""Liat aja sendiri."Sengaja aku rekam semua chat Elina tadi pagi, agar Flora cepat tanggap dan paham apa yang akan aku lakukan."Gila tuh ya wanita setan. Dia yang butuh lo, tapi kenapa dia yang ngerendahin lo? Emang kudu dikasih pelajaran tuh orang!" ucap Flora dengan penuh emosi, tangan kanannya mengepal dan memukul telapak tangan kirinya."So, gue ke sini karena butuh bantuan lo. Bantu gue kasih pelajaran ke tuh cewek."Sejenak Flora terdiam, dia mencoba berpikir dengan serius. Setelah beberapa saat berpikir, Flora menatapku. "Lo punya rencana apa?"Haissh ... setelah sekian purnama menanti dia berpikir, kenapa malah balik tanya? Emang dasar geblek nih teman kaga ada akhlak! umpatku dalam hati seraya tepuk jidat.Melihat sikapku, Flora malah tertawa. Tingkahnya justru membuat aku mendelik."Oke, kita serius sekaran
Baca selengkapnya
Takut Kehilangan
(POV Elina)Aku Elina, istri dari pewaris tunggal kekayaan keluarga Wijaya Pratama. Sebuah keberuntungan bagiku, bisa membuat seorang Azlan Pratama jatuh cinta. Azlan mencintaiku sejak kami sama-sama kuliah. Dia adalah kakak tingkat, dan aku dua tingkat di bawahnya.Selain tampan, Azlan terkenal sebagai anak konglomerat. Sudah pasti tajir parah. Meskipun dari golongan atas, Azlan bukanlah lelaki sombong yang sok jaga image. Dia begitu ramah dan baik ke siapa saja. sudah pasti, dia menjadi idola di kampus.Waktu itu, aku harus bersaing dengan ribuan gadis. Ya ... anggap saja ribuan, karena nyatanya memang begitu banyak fans Azlan. Apalagi Azlan adalah aktivis yang sering tampil di depan umum.Pertemuanku dengan Azlan bukan sebuah kebetulan, tepatnya memang sudah aku rencanakan. Sejak awal melihat dia ketika masa ospek, aku sudah menjadikan Azlan sebagai target. Tentu saja bukan sembarang menargetkan, aku memilihnya karena sudah pasti dia bisa menjamin masa depanku yang terang benderang
Baca selengkapnya
Deal Satu Milyar
"Pak Derry, saya ingin wanita yang special dan tolong juga pastikan kesehatan dia. Tahu sendiri kan, wanita yang dipakai banyak orang tuh rentan penyakit." Begitu pesanku pada lelaki mucikari itu.Dia mengangguk paham, kemudian mengajakku ke sebuah tempat clubbing. Cukup berkelas, karena yang datang ke sana adalah manusia yang memiliki strata sosial tinggi. Bisa dibilang tempat itu pusatnya para sugar daddy mencari peliharaan.Dari kejauhan, Derry menunjukkan dua orang gadis yang sedang duduk menikmati minuman di sana. Katanya sih, dua orang gadis itu termasuk primadona di sini. Bayarannya cukup tinggi dan customernya bukan orang sembarangan."Mereka paling special di sini, Nyonya Luna. Tidak sembarang lelaki mereka terima, tarifnya pun tidak murah," ujar Derry.Sengaja aku memperkenalkan nama samaran, karena aku tidak ingin siapapun tahu apa yang kulakukan ini."Siapa yang memakai gaun biru itu, Pak?" tanyaku yang lebih tertarik dengan wajah kalem gadis bergaun biru."Dia Flora.""Ak
Baca selengkapnya
Wanita Terpilih
Hari ini adalah pemeriksaan kedua wanita itu. Aku sengaja tidak turut serta ke rumah sakit. Bagiku, berdekatan lama-lama dengan wanita seperti mereka bisa membuat martabatku turun. Jadi, hanya Mas Azlan saja yang mengurus semuanya.Cukup lama aku menanti. Hingga lewat tengah hari, barulah mobil Azlan datang. Bergegas aku keluar rumah, datang menghampiri dia yang baru saja turun dari mobil."Gimana hasilnya, Mas?" tanyaku tidak sabaran ingin tahu hasil pemeriksaan kedua wanita itu."Kita bicara di dalam, Sayang. Mas haus dan laper, jadi mau makan dulu, ya."Aku mendengkus. Sungguh tidak asyik suamiku ini. Lagi kepo kepo-nya malah dengan santai meninggalkan aku dengan rasa penasaran tingkat dewa.Aku berharap, Flora yang terpilih. Entah kenapa, aku merasa kurang cocok dengan wanita yang satunya. Wanita itu tampak terlalu menggoda bagi Azlan, aura sensual itu begitu kuat. Sebagai seorang istri, tentu saja aku takut jika Azlan benar-benar tergoda.Setengah berlari, aku susul Azlan. "Mas m
Baca selengkapnya
Mengantar Bulan Madu
Benar kata Azlan, kepergian kami ke Bali justru membuat hati ini semakin sakit. Aku harus mengantarkan suamiku ke kamar wanita lain, hanya demi menikmati malam pertama mereka.Jujur, aku tidak bisa membayangkan bagaimana mereka menikmati percintaan itu. Aku tidak mampu membayangkan bagaimana wanita itu mendesah keenakan, menikmati setiap sentuhan Azlan."Kamu yakin, El?" tanya Azlan saat aku hendak mengantarnya ke kamar Nara."Mas ... dari hati yang terdalam, aku memang belum bisa menerima semua ini. Tapi kalau aku tidak merelakan kamu dengan Nara, maka rumah tangga kita akan hancur. Saat ini aku berada di antara dua jurang, aku tidak memiliki pilihan lagi, Mas."Tangisku kembali pecah. Aku menangis tersedu di bahu Azlan, dia merengkuhku, memeluk dengan erat. Aku bisa merasakan bahwa dia pun sangat berat melakukan itu semua.Azlan memang laki-laki yang sangat berbeda. Kesetiaannya, rasa cintanya, kasih sayangnya, semua benar-benar telah teruji dan begitu besar padaku."Dengar, Elina.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status