All Chapters of Adikku, Pelakorku.: Chapter 11 - Chapter 20
71 Chapters
Bab 11
"Kamu kok tega banget, suami sakit gini malah lebih mentingin kerjaan," lirih Zico dengan wajah melas.lihatlah si brengsek ini, ia membuatku seakan menjadi istri durhaka yang tega membiarkan suaminya.padahal dia sendiri suami durhaka, yang tidak bisa memberi nafkah dan malah seenak jidat berselingkuh."Maafkan aku sayang, bukannya kamu selalu bilang kalau perusahaan kita itu penting! Lagian ada Tania yang akan menjagamu nanti. Ini semua juga demi kamu! Aku pergi ya." tanpa memikirkan perasaanya, aku pergi meninggalakan kamarnya.Didetik terakhir sebelum pintu kamarnya tertutup, terlihat jelas guratan kesal dan menyedihkan diwajah Zico.....baiklah, selanjutnya mari kita cek Tania, jika semalam mereka berdua menghabiskan malam yang panas. pasti Tania akan terkontaminasi bubuk itu juga kan, aku penasaran bagaimana keadaanya.dengan senyum simpul, aku melangkah pasti ke arah kamar Tania.beberapa kali aku mengetuk pintu tidak ada sahutan darinya, mungkinkah ia juga terbaring lemah sepe
Read more
Bab 12
“Bel! ... Bella!” sentuhan Viona seketika menyadarkan ku.“Kok melamun? Jangan-jangan kamu ada sesuatu ya dengan pak Edward? Soalnya abis nyebut nama pak Edward kamu langsung terdiam gitu, Pasti ada sesuatu.” Viona mengangkat telunjuknya padaku dengan mata menyelidik.“En-enggak ah, apaan sih." ku tepis pelan jari telunjuknya.“hm, massa? kok mencurigakan ya?""apanya yang mencurigakan? Kami beneran gak ada apa-apa Vio, itu hanya asumsimu," bantahku."lagian kita itu sedang di jam kerja, Aku atasanmu jadi lebih baik kau jaga perilakumu! Oke?” lanjutku menekan dengan nada tegas. biasanya kalau udah mode tegas gini, Viona akan mundur.Viona terdiam dan mengerutkan bibirnya. "baiklah, maafkan saya bos."“kembalilah bekerja sekretaris Vio!""Hmm ya ... ya." dengan tenang Viona pun kembali ke ruangannya. tak lupa ia meninggalkan expresresi mata memicing sebelum menutup pintu.begitulah dirinya, ia selalu penasaran dengan hal kecil apapun padaku, itu adalah salah satu sifat lucu darinya. sa
Read more
Bab 13
Aku tiba dirumah saat sore.rumah terlihat sepi, tidak ada suara Tania yang menyambutku, ataupun suara suamiku yang menanyakan bagaimana pekerjaan ku.Suasana yang begitu familiar, mengingatkanku saat pertama kali mengetahui perselingkuhan mereka.bedanya saat itu mereka sedang bergerumul mesra namun saat ini mungkin mereka sedang menahan gatal dan sakit di kamar masing-masing.ku langkahkan kaki menuju kamarku bergegas mandi untuk membersihkan diri. Setelah mandi aku berganti baju dan mengeringkan rambut, tak sengaja mataku beralih pada tas hitam diantas ranjang.ku raih tas itu dan mengeluarkan sebuah kotak kado dan membukanya.kalung yang bersinar itu kini berpindah ke jemariku, aku ingin mencobanya dan memakaikan kalung itu dileherku.“lumayan juga," gumamku memandangi pantulan cermin.“Pintar sekali dia memilih kado," sambungku.tanpa sadar senyum terukir dibibirku.tidak, tidak ... aku tidak boleh terhanyut.kalung ini adalah hadiah sebagai partner kerja saja.tanganku menggengga
Read more
Bab 14
aku kembali ke kamarku dan mulai menyusun rencana.pertama, aku buat dulu daftar gaji para pelayan, tukang kebun dan juga satpam.kedua, besok saat Tania dan Zico dikirim ke rumah sakit aku akan mulai memecat semua bawahan yang dipekerjakan oleh duo pengkhianat itu.terakhir, aku akan menyiapkan pengganti semua pekerja sesegera mungkin.tak butuh lama untuk menyiapkan semua rencana. karena ada Danu yang membantuku untuk mencari pekerja dengan cepat.saat semua ku pikir selesai, tiba-tiba aku teringat akan sesuatu.Oh iya, aku lupa mengabari ayah! Aku harus menelponnya sekarang. dengan lincah jariku mencari cari nama ayah di kontak ponsel dan menghubunginya.telpon langsung diangkat saat dering ke tiga.[“Halo putriku sayang, gimana keadaanmu? baru ayah ingin menelfonmu,”] ucap suara ayah diseberang sana.[“Benarkah? Aku menunggu telponmu dari kemarin ayah, kau bahkan tidak menelponku.”] kataku pura-pura merajuk.[“Maafkan ayah, sayang. Ayah kan sudah tua, wajarlah pelupa. Tapi ayah tid
Read more
Bab 15
"apa aku salah dengar? bisa kau ulangi?"Zico seketika gelapan, "ti-tidak, aku tidak sengaja mengumpat begitu, umpatan itu bukan untukmu itu hanya spontan keluar dari mulutku saja," elak Zico."bukan untukku?" aku tersenyum kecut mendegar elakkannya yang bodoh, jelas-jelas barusan ia mengumpat padaku."be-benar sayang bukan untukmu, aku salah. maafkan aku ya. lagipula itu juga kalau bukan karenamu melempar ponsel ke luka ku. aku tidak akan mengumpat begitu." Zico menggerakkan tubuhnya, dia mengganti posisi dengan setengah bersandar."tanganku licin saat mengambil ponselmu dan tak sengaja terlempar dan mengenaimu," kilahku berbohong, dia pikir dia saja yang jago bersandiwara."tanganmu licin?""ya, apa kau tidak percaya?""oh ternyata begitu, aku mengerti jadi maaf ya, anggap saja aku mengumpat pada pelayan," lanjutnya melirik pelayan yang selesai berkemas.mengumpat pada pelayan? Zico yang ku tahu tidak pernah sekalipun mengumpat pada siapapun. aku benar-benar tertipu dengan topengnya.
Read more
Bab 16
"Nyo-Nyonya." suara Ayu bergetar, sorot matanya menggambarkan ketakutan."apa kalian pikir aku tidak akan tahu? selama ini kalian sudah menyembunyikannya dengan sangat baik, seakan aku adalah seonggok boneka bodoh dirumah ini. bukankah kalian teralu berani?" aku menatap tajam ayu.ayu tercengang, spontan ia berlutut di kakiku "Nyo-nyonya ka-kami bersalah, ampuni kami Nyonya," ucap ayu bersujud. melihat itu, pelayan lain pun ikut berlutut dan bersujud. mereka berteriak bersamaan memohon maaf.lihatlah betapa kompak sekali mereka, satu mengaku semua ikut mengaku.aku melipat tangan menatap dingin mereka."berani sekali kalian menyembunyikan perselingkuhan suamiku di rumah ini!" ucapku meninggikan suara. "apa kalian pikir tindakan kalian bisa dimaafkan hah!"“hukum kami Nyonya, ka-kami pantas dihukum. tapi tolong maafkan kami." Ayu memohon sembari memeluk kakiku."kalian sudah bersengkongkol dengan suami dan adikku untuk menipuku selama ini, sama saja kalian telah meremehkanku bukan?" ku
Read more
Bab 17
Aku tiba dirumah sakit dan langsung bertanya pada suster dimana letak kamar VIP adik dan suamiku.susterpun memberiku arahan, aku pergi sesuai arahan suster tersebut. kutemukan ruangan VIP tempat adikku dan sebelahnya ruang VIP suamiku.Yaa kamar mereka terpisah karena penyakit kulit yang mereka alami terdapat pada area selangkangan dan kelamin sehingga, mereka akan sering terlihat setengah bertelanjang hingga mereka bisa menggunakan celana lagi. Jadi tidak mungkin mereka sekamar.sekarang posisiku tepat berada depan pintu kamar Tania.ku lihat ia sudah berganti baju pasien, dan ada ayah yang duduk menemaninya disisi ranjang.aku menutup mata dan meranik nafas lalu dengan tenang menggeser pintu ruang. “Tania, Ayah,” sapaku membuka pintu.ayah spontan menoleh mendengar suaraku. "putriku, kamu sudah tiba.""iya ayah, maaf aku terlambat." ku langkahkan kaki menuju ayah dan Tania.ayah beranjak berdiri dan memelukku. "Kau baik-baik saja nak? Ayah sungguh sedih mendengar adik dan suamimu te
Read more
Bab 18
Aku pergi meninggalkan Zico yang masih tertidur pulas.langkah demi langkah aku berjalan di lorong sembari melihat kebawah.setelah meyakinkan diri untuk menceraikan Zico diam-diam aku mencoba fokus memikirkan rencana selanjutnya.'bugh!' tanpa sengaja kepalaku menghantam sesuatu. "aduh,” rintihku memegang jidat.“Kau tidak apa-apa?” tanya suara bariton yang familiar .Aku mendongakkan, "Edward?" pekikku spontan.aku langsung menutup mulut karena reflek menyebut namanya secara langsung. padahal kita tidaklah dekat.“Ah, maksud saya maafkan saya pak Edward, saya tidak melihat jalan,” ujarku meminta maaf."keningmu tak apa?" tangan Edward terangkat hendak memegang jidatku.kepalaku menghindar, "saya tidak apa-apa pak. sekali lagi saya minta maaf tidak melihat jalan.""syukurlah, Tak perlu minta maaf. bukan kau yang menabrakku, tapi aku yang mendatangimu," ucap Edward.hening sejenak, Edward masih berdiri di depanku.karena canggung, aku mencoba untuk pamit pergi."kalau begitu, saya perm
Read more
Bab 19
sesampainya dirumah.sesuai janjinya Edward mengantarku hingga depan rumah, "Terimakasih sudah mengantarku," ucapku didalam mobil.“Tidak, aku yang harus berterimakasih karena telah meminjam waktumu untukku." Edward menoleh dan tersenyum.mendengar dan melihat senyumnya membuatku sedikit gugup. aku belum terbiasa berhadapan dengan sifatnya berbeda ini.“ya-yaudah, kalau begitu aku masuk dulu Edward. Hati-hati dijalan, selamat malam." ku buka pintu mobil dan pamit undur diri."tunggu," cegah Edward. aku spontan terhenti."iya?" tanyaku tersenyum canggung.“Berikan ponselmu." tangan kanannya menadah padaku.aku menyerit, ponsel? untuk apa Edward meminta ponselku?tanpa berfikir panjang aku mengambil ponsel di sakuku dan memberikan padanya.kini ponselku berpindah ke tangannya, ku lihat ia mengetik nomor dan menghubungi seseorang.mungkinkah Edward lagi gak punya pulsa? makanya dia minjem ponsel ku.“Ini, terimakasih." Edward mengembalikan ponselku.aku membalas mengangguk."masuklah dan
Read more
Bab 20
Hari berganti. aku kembali ke kantor seperti biasa, duduk sembari mengecek dokumen di ruanganku.ketukan pintu mengalihkan perhatianku.“Bella,” sapa Vio membuka pintu.“Vio, masuklah," kataku sembari menutup dokumen. kebetulan aku memang sedang menunggunya."apa kau sudah menghubungi pengacara Nowela?” lanjutku bertanya.“Sudah Bel, aku juga sudah membuat janji untukmu dengannya di kafe Bintang besok," jawab Vio.“baguslah, terimakasih."Vio melangkah mendekat sambil memperhatikan dokumen yang ku kerjakan, "Bella, bagaimana dengan semua berkas yang dibutuhkan untuk perceraianmu?”“Sudah Vio, semua berkas untuk perceraian sudah aku siapkan, aku tinggal mendapatkan tanda tangan Zico saja siang ini jadi ..." kalimatku menggantung, mataku melirik Vio.Vio menyerit heran, "jadi?"“Jadi abis jam makan siang aku ga lanjut ngantor ya, tolong lemburlah dan wakilkan aku hari ini,” kataku memasang senyum memohon.wajah Vio seketika mengerut, “arghhhh lembur lagi,” cibirnya melipat tangan.aku be
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status