All Chapters of Adikku, Pelakorku.: Chapter 41 - Chapter 50
71 Chapters
bab 41
"ti-tidak ja-jangan bunuh aku ku mohon, aku akan memberikan berapa pun yang kalian minta, tapi tolong jangan bunuh aku!" pinta Zacky memohon. walaupun ia seorang ketua pembunuh bayaran namun ia benar-benar tidak ada harga dirinya didepan Edward."Apa kau pikir aku akan melepaskanmu hanya karena uang? Sungguh pemikiran bodoh!" Ucap Edward menarik sudut bibirnya, "jika kau hanya seorang bandar narkoba, mungkin aku akan mengabaikanku. Tetapi beraninya kau bekerjasama dengan si brengsek itu dan membuat racun untuk Bella! Aku tidak akan memaafkanmu!" serunya menatap tajam."aku mohon jangan bunuh aku, aku bersalah, lepaskan aku. aku akan memberikan penawarnya segera! jadi tolong lepaskan aku!" Zacky memohon lagi, kali ini ia sampai bersujud dan mencium tanah. aku tidak iba melihatnya, aku memalingkan wajah, tidak peduli apapun keputusan Edward padanya."tanpa izin mu pun aku sudah mendapatkan penawar itu," seru Edward merendahkannya.Edward kembali menodongnkan pistolnya dengan tatapan taja
Read more
bab 42
Edward mematikan ponselnya tanpa menjawab ku, aku memeluk badanku sembari menahan getaran rasa takut yang sulit dihentikan.melihat Edward yang buru-buru berlari ke arah mobilku, membuatku tersenyum lega. Edward membuka pintu mobilku dan memegang wajahku, "Bella kau baik-baik saja?" tanyanya dengan wajah khawatir.Aku terdiam tidak menjawabnya, Edward lalu bergegas menggendongku ke pelukannya. Ia mengambil tasku dan mengunci pintu mobilku.Aku menunduk sembari merangkul erat lehernya. aku merasa tenang karenanya.Edward membawaku ke dalam apartemennya dan mendudukanku disofa. Ia segera mengambil selimut dan menutupi dadaku yang terbuka."Bella tenanglah, kau tidak apa-apa?" tanyanya khawatir, aku menggeleng pelan."A-aku takut Edward, Zico sudah gila. dia hampir saja memaksa menyentuhku dengan tangan kotornya," jawabku menatap lurus."jadi ini ulah si bresengsek itu," guman Edward mengepalkan tangan, kemudian ia duduk disampingku sembari menyentuh punggungku, "kau tenang saja, kau aman
Read more
bab 43
akhirnya aku pulang kerumah ditemani Rachel.setelah sampai, aku mengumpulkan keberanianku untuk melangkah masuk. setelah pintu rumahku terbuka, hanya ada pelayan yang menyambut ku, tidak ku dapati batang hidung Zico, mungkin saja ia sedang dikamar Tania."kakak! akhirnya kau pulang!" seru Tania diatas tangga, ia berlari turun menghampiriku. "ka-kak! semalam ada segerombolan pencuri yang menerobos rumah ini, aku takut kak!" isaknya memelukku.pencuri? aku menatap sekeliling rumah yang masih tertata rapi, seperti tidak ada tanda-tanda pencurian. apa Tania berbohong?aku melepas pelukannya, "pencuri apa maksudmu? apa ada ada barang yang hilang?"Tania menghapus air matanya yang mengalir, "ti-tidak ada yang hilang, ha-hanya saja. semalam orang-orang itu menerobos masuk dan menarik paksa kakak ipar lalu memukulinya," ucap Tania terisak. aku melirik pintu rumahku, memang terlihat ada tanda penerobosan disana. artinya Tania tidak berbohong.tapi kenapa orang-orang itu memukuli Zico?"apa kau
Read more
bab 44
malam harinya, aku mengajak Rachel untuk makan malam bersama. hampir seharian ini kami banyak mengobrol bersama, ternyata kami cukup nyambung juga. aku sangat menyukai pribadi Rachel yang hampir mirip dengan Viona yang humble dan ramah."jangan beri aku sayur, aku tidak suka," ucap Rachel saat aku hendak menaruh tumis capcay di piringnya. aku menarik kembali tanganku dan menaruh sayur itu di piring ku."kenapa kau tidak suka sayur? padahal kakakmu suka makan sayur," tanyaku setengah bercanda."no, kami berbeda. aku tidak suka sayur tetapi menyukai makanan manis, sedang kakakku tidak menyukai makanan yang begitu manis dan lebih suka makan gurih," jawab Rachel mengambil sendok.benarkah Edward tidak suka makanan manis? itu berbanding terbalik dengan bibirnya yang selalu mengatakan hal manis, pikirku tersenyum.ditengah makan malam kami, Zico tiba-tiba turun dan menghampiri kami. aku melihatnya sebentar namun tidak memperdulikannya.Zico mendekat dan duduk dihadapan kami, ia menatapku dan
Read more
bab 45
PoV Tania...aku memasuki kamarku dengan begitu emosi, ku lempar semua barang di meja rias sembari berteriak kesal! aku merasa sudah dipermainkan oleh kak Bella dan temannya. bisa-bisanya mereka mengabaikanku secara terang-terangan begitu.ku tutup mataku untuk menenangkan nafasku yang begitu memburu. pikiranku kacau mengingat kembali kata-kata yang kak Bella ucapkan sebelumnya.berhenti bersandiwara katanya? apa maksudnya itu? mungkinkah dia sudah tahu tentang perselingkuhanku dengan suaminya?aku menggigit jari sembari menggeleng, "tidak! itu tidak mungkin!"jika kak Bella sudah tahu ia pasti akan langsung mengusir Zico, walaupun hubungan kak Bella dan Zico tidak akur sekarang. tapi tidak ada tanda-tanda perpisahan diantara mereka.ku usap kepalaku kasar, aku merasa sangat gelisah. sebenarnya apa yang kak Bella tahu?aku kembali memejamkan mataku untuk berfikir keras.ah, aku tahu! mungkin saja perkataannya itu hanya perangkap. karena rasa cemburu kak Bella akan kedekatanku dengan
Read more
bab 46
PoV Arbella...Karena pertemuan yang panjang dengan klien, aku jadi pulang lebih larut dari biasanya. Ku harap Rachel tidak kesepian menungguku.Aku memasuki rumah dengan perasaan sedikit lelah, ku miringkan kepalaku sembari memegang leher."kakak sudah pulang?" sapa Tania. Ku lirik ia sebentar, ia tengah duduk di sofa dengan satu kaki diatas meja.Tanpa menghiraukannya aku melanjutkan langkahku. "kakak tunggu, tolong panggilkan dokter untukku!" serunya membuat langkahku terhenti.Aku menoleh dan menyerit, "dokter?" tanyaku yang disusul anggukan Tania."lihatlah kak. Kakiku memar, rasanya sangat sakit. Ini semua karena teman kakak itu, sepertinya ia membenciku," lirihnya sedih."maksudmu Rachel?""ntah siapa nama wanita arogan itu, dia benar-benar tidak waras kak. Dia membuatku jatuh dari tangga! kakak harus segera mengusirnya!" ucap Tania menggebu-gebu.Aku menarik sudut bibir menanggapinya, "mungkin itu hanya terkilir, tidak perlu memanggil dokter suruh saja pelayan mengompres kakim
Read more
bab 47
sesampainya di Restoran Rich Secret, Tania buru-buru turun dari mobil dengan mata berbinar, bibirnya menyunggingkan senyuman yang begitu lebar. ia lalu membuka tas brandednya dan mengambil cermin untuk memeriksa makeupnya."cih, lihatlah dia. agresif sekali," bisik Rachel di telingaku, aku hanya tersenyum sembari menggeleng pelan.selanjutnya aku dan Rachel turut keluar dari mobil dan langsung disambut pelayan restoran. pelayan itu dengan sopan berkata akan menunjukan kami jalan atas perintah Edward."Selamat datang Nona-Nona, lewat sini," ucap pelayan itu mempersilahkan kami. Aku melirik Tania yang masih sibuk dengan cerminnya. "tinggalkan saja dia," bisik Rachel, aku mengangguk setuju.aku dan Rachel pun bersamaan memasuki ruangan itu, pintu mewah itu terbuka. sosok Pria tinggi menggunakan jas berdiri disana."Sudah lama menunggu?" tanyaku setelah memasuki ruangan. Edward menoleh, matanya melebar menatapku.aku tersenyum memanggilnya, namun ia masih diam seakan tidak mendengar."kaka
Read more
bab 48
"apa kak Edward bercanda atau mungkinkah aku salah dengar?" tanya Tania tak yakin."Kau tidak salah dengar dan aku juga tidak bercanda, aku menolak perjodohan ini Nona Tania. Aku sangat tidak tertarik padamu," jelas Edward dengan tenang.raut wajah Tania seakan kacau, "Ba-bagaimana bisa kau menolakku? Apa yang kurang dariku? d-dan bukankah ayahmu yang duluan menawarkan rencana Perjodohan ini. Kau tidak bisa menolaknya begitu saja, ayahmu pasti akan murka!" tekan Tania."jangan bawa-bawa ayahku Tania, ayah sekalipun tidak bisa memaksa Kak Edward," sahut Rachel tegas."aku hanya diam melirik Tania, ia menggertakkan gigi tak terima. "Tania, Edward sudah menolakmu. Berarti rencana perjodohan ini tidak bisa dilanjutkan," ucapku tenang.Tania beridri, ia mengebrak meja dengan marah, "Tidak bisa kakak, kak Edward tidak bisa menolakku dengan mudah begini, apa kurangnya aku? Aku Tania Fellias, putri bungsu Ethan Nugroho Fellias. Aku tidak terima dengan penolakan ini. Kak Edward coba pikirkan la
Read more
bab 49
"Bella kau dari mana saja?" tanya Rachel setelah aku memasuki kamar.Aku tersenyum menjawabnya, "hari ini aku telah menerima sesuatu yang berharga."Rachel menyerit, "Apa kak Edward melamarmu?" tanyanya dengan mata berbinar, aku langsung melemparnya dengan bantal, "Bukan seperti itu," gerutuku.Aku mendekatinya yang tengah duduk di pinggir ranjang. "Kau tau apa ini?" kataku menunjukkan sebuah amplop cokelat.Rachel meraih amplop itu dengan raut bingung, kemudian ia membukanya, wajahnya terkejut seketika. "Ini sungguhan?" serunya dengan mata terbelalak, aku mengangguk mengiyakan.Dengan semangat Rachel berseru senang, "ini adalah kabar bahagia, kita wajib merayakan peresmian kebebasanmu!"Aku menggeleng, "belum waktunya untuk merayakan, ada yang harus ku lakukan dulu," kataku serius.Rachel terdiam, wajahnya menggambarkan kebingungan.Sebenarnya setelah menerima surat percerian itu, aku langsung menghubungi dua orang yang pernah ku hormati dan ku anggap penting. Mereka harus hadir dalam
Read more
bab 50
"Ayah mertuaku sedang ke Singapore bu, maka dari itu Tania dititpkan pada kami," jawab Zico berbohong. pandai sekali dia bersilat lidah."enak banget ya, besan keluar negeri sesuka hati. Ga pernah nawarin kami buat pergi bersama, padahal kami sudah menyerahkan putra kami satu-satunya," cerocosnya tidak jelas.Aku menghela nafas sembari memegang pelipis, benar-benar mantan ibu mertua yang cerewet.Rachel akhirnya turun kembali, ia membawa amplop cokelat ditangannya lalu menyerahkan padaku."Apa itu syang?" Mata Zico melirik amplop cokelat yang ku pegang."Surat penting untuk orangtuamu," jawabku tersenyum.Mata ibu Zico seketika berbinar, "surat penting? mungkinkah itu sertifikat rumah atau tanah yang ingin kau beri untukku, nak menantu?"aku membalas tersenyum dan menggeleng, "ini hal mengejutkan yang lebih dari itu," jawabku membuatnya semakin berbinar.Zico dan Tania melirik heran padaku, ia pasti bingung apa yang tengah ku lakukan.tak lama kemudian, ponselku berbunyi. terdapat pesa
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status