Semua Bab Lost In Yorkshire: Bab 1 - Bab 10
37 Bab
Chapter #1 Tawaran
    Marshella keluar dari toko berhiaskan krans khas Natal. Salju turun semakin lebat. Bulir-bulirnya menempel di mantel tebal berwarna merah tua yang dikenakannya. Seraya merapatkan mantel dan berjalan ke jalan utama Shaftesbury Avenue dan menunggu bus di halte. Smartphone gadis itu bergetar. “Ya, Angel?” sapanya setelah menggeser ikon gagang telepon berwana hijau. “Jangan pulang, Ella!” Suara adiknya terdengar penuh penekanan dan pelan. “Kenapa suaramu berbisik?” Bus merah bertingkat berhenti. Marshella memeluk goodie bag berisi pernak-pernik Natal dan bergegas masuk begitu pintu bus dibuka. “Dia datang! Dia mencarimu!” “Dia? Dia siapa?” Marshella menjatuhkan diri ke kursi. Tidak banyak penumpang di malam bersalju ini. Hanya ada dirinya dan tiga orang pria dengan mantel hitam dan top hat yang sering muncul di film berlatar abad pertengahan. “Manajer pe
Baca selengkapnya
Chapter #2 Kamar 22
  “Temui aku akhir pekan ini di Hotel Castle York, Kamar 22. Jangan beritahu siapa pun. Marshella Wood.”  ***/***     Undangan penuh makna. Pesan itu terselip di dalam lembaran draft kerja sama projek antara penerbit novel fantasi Ice Flower karangan Marshella Wood, Purple Publisher dan Dawson Group. Ini adalah projek penentu bagi Marvel. Jika dia berhasil, perusahaan Dawson Group akan menjadi miliknya. Itulah janji Gregory Dawson, sang kakek. Demi itu semualah Marvel rela mengambil projek di production house yang ditawarkan sang kakek. Belum tiga hari dari waktu yang sudah diberikan, penulis muda itu sudah memberikan jawaban. Lalu karena pesan singkat itu, Marvel mengendarai Porsche dari London ke York tanpa memberitahu siapa pun. “Kamar hotel?” Marvel menyunggingkan senyuman. Tidak ada ruginya juga menghabiskan waktu bers
Baca selengkapnya
Chapter #3 Room Service
  “Lalu bagaimana dengan hidup dan matimu?” tukas Marshella. “Apa aku mati di dalam mimpimu itu?” tukas Marvel dengan intonasi mengejek. Marshella mengerutkan dahi. Gadis itu lantas berjalan ke sisi tempat tidur dan meraih jaket tebalnya. Seraya memperbaiki letak syal merah di leher. “Baiklah, kalau begitu anggap saja kita tidak pernah bertemu dan kerja sama adaptasi novelku untuk film itu … ditolak.” “Hei, kau tidak bisa menolak begitu saja! Hanya karena aku tidak mau mendengarkan dongengmu itu?” protes Marvel. “Kau tidak mempercayaiku,” ralat Marshella. Ia meraih tas dan berjalan ke pintu kamar. Marvel hendak mencegah, tetapi urung begitu melihat isyarat dari Marshella. Gadis itu meletakkan jari telunjuk ke depan bibir, menyuruhnya diam. “Apa?” tanya Marvel. Firasat buruk menghinggapi. “Tolong kecilkan suaramu!” desis Marshella. Ia melirik ke arah pintu hotel. Marvel mengikuti pandangan gadis berambut pir
Baca selengkapnya
Chapter #4 Kecelakaan
    “Nona Wood?” Gadis itu terlihat ketakutan dan mengetuk—sedikit lebih keras dan tergesa-gesa—kaca jendela mobil Marvel. Pria itu segera menurunkan kaca mobil, mematikan koneksi panggilannya dengan Dean begitu saja. “Apa yang terjadi? Kenapa kau terlihat … berantakan?” tanya Marvel dengan penuh keheranan melihat penampilan acak-acakan Marshella Wood. Belum sampai lima belas menit yang lalu mereka bersama dan penampilan penulis itu sudah sedemikian berbeda. “Tolong aku, Tuan Dawson!” Bibir Marshella bergetar. Berkali-kali ia menoleh ke sekeliling, seakan-akan sesuatu akan muncul dan menerkam. Marvel memang merasa kesal sejak meninggalkan kamar hotel tadi. Namun, ia kesal dengan kisah “reinkarnasi” Marshella, bukan pada gadis itu. Ia pun turun dari mobil dan berusaha menenangkannya. “Hei, lihat aku! Aku di sini. Apa yang membuatmu ketakutan?” Marvel memegang kedua bahu Marshella. Wajah penulis itu pucat pasi. 
Baca selengkapnya
Chapter #5 Lamaran
Pemberontakan York, Tahun 1489   [Marshella menyentuh kepalanya yang sakit. Seraya membuka mata dan mendapati dirinya berada di tempat yang tidak asing. Mimpi itu datang lagi. Gadis itu berdiri dan melihat dirinya masih mengenakan pakaian seperti yang biasanya, bukan tipikal pakaian yang dikenakan wanita di abad pertengahan. Artinya, ia tidak akan terlihat oleh siapa pun. Marshella mengamati sekeliling ruangan. Tidak ada siapa-siapa di sini. Perlahan, gadis berambut ikal sebahu itu meraih kenop pintu dan membukanya. Suara hiruk pikuk terdengar dari segala penjuru. Marshella menuruni tangga dan berjalan kea rah sebuah papan pengumuman di pinggir jalan, dekat keramaian. Papan pengumuman itu mengingatkannya pada majalah dinding saat sekolah dulu. Seraya membaca baris huruf yang tertulis di perkamen berwarna kecokelatan.
Baca selengkapnya
Chapter #6 Keputusan
      “Aku tidak mau menikahi Lord Frederick!”   [Marshella terkejut.]   Kelly nyaris berteriak pada ibunya. Ia tidak bisa menerima saat Lyana membahas surat lamaran itu setiba di benteng menara yang sudah tidak digunakan. Mereka memilih untuk beristirahat di sini sebelum melanjutkan pelarian menuju biara di kaki gunung atau memutuskan untuk kembali dan menerima lamaran itu.   [Marshella sendiri bisa merasakan kegundahan Kelly.]   “Kau akan aman di sana, Kelly. Lord Frederick menawarkan pengampunan atas apa yang telah dilakukan oleh ayahmu jika kau menerima lamarannya!” tekan Lyana. “Jadi, Ibu juga menuduh ayah berkhianat? Ibu tidak percaya ayah?” Kelly tidak percaya dengan sikap ibunya. “Kecilkan suaramu!” perintah ibunya berbisik. Kelly membuang muka. Lyana menghela napas. “Bu
Baca selengkapnya
Chapter #7 Keith, Si Penunggang Kuda
      [Marshella melihat Kelly menghampiri Keith yang berdiri di samping sumur tua. Selain pemuda itu, tak ada orang lain. Rider mengikuti dari belakang Kelly untuk berjaga-jaga.]   “Apa yang kau inginkan?” tanya Kelly tidak ramah. Ia sedikit menyipitkan mata. “Jawaban, Nona.” Pemuda itu menjawab singkat. “Tuan Frederick menyuruhmu menunggu jawabanku?” tanya Kelly lagi. Pemuda itu kembali mengangguk. “Siapa namamu?” “Orang-orang memanggilku Keith, si penunggang kuda.” Pemuda bernama Keith itu tidak menunjukan ekspresi apa pun. “Baiklah, Keith si Penunggang Kuda. Sampaikan pada Tuan Frederick kalau aku mengajukan syarat untuk pernikahan ini.” “Kau tidak bisa melakukannya, Nona.” Keith menatap lurus pada Kelly. “Kenapa?” Keith diam sejenak. Kali ini, wajah dinginnya menunjukkan emosi. “Karena ini lamaran untuk menyelamatkan semua
Baca selengkapnya
Chapter #8 Kabur
 “Mereka penjahat yang bodoh,” gumam Marshella setelah berhasil membuka semua rantai. Seraya lantas mencoba mendengar suara dari balik pintu. Hening. Marshella semakin menempelkan telinganya ke daun pintu. Lagi-lagi tidak mendengar suara apa pun. Lalu tiba-tiba kenop pintu diputas dari luar. Mata Marshella membola, tubuhnya menegang. Pintu pun dibuka seseorang dan orang itu adalah pria yang ia temui saat turun dari bus di malam sebelum Natal. “Oh, bagaimana kau bisa melepaskan diri?” Ia menoleh ke rantai di tempat tidur dan melihat kunci tergeletak di sana. “Ah, aku ke sini karena ketinggalan kunci itu,” lirihnya lalu kembali menatap Marshella. “Otakmu berpikir cepat juga, Nona Wood.” Seraya mendekat dan membuat wanita itu terdorong mundur. “Begitu sadar, kau benar-benar memanfaatkan kesempatan.” Matanya menatap tajam.&n
Baca selengkapnya
Chapter #9 Bersembunyi
  Siapa?   Marshella menebak siapa pemilik suara itu.   “Tenanglah. Saluran pembuangan ini punya banyak cabang. Kita berada di sisi tebing. Di bawah sana adalah mulut gua. Jangan bersuara jika tidak ingin suaramu menggema dan mereka tahu posisi kita.”   Marshella mendengus. Siapa yang bicara di antara kita saat ini?   Ingin rasanya melontarkan kalimat itu. Akan tetapi, mulutnya masih dibekap oleh orang di belakangnya. Suaranya sangat familiar, tetapi tidak mungkin orang ini adalah dia.   Marshella memberikan isyarat agar pria itu melepaskan bungkaman di mulutnya. Pria itu mengerti dan segera menyingkirkan tangannya. Marshella bernapas lega. Ia pun menoleh dengan susah payah.   Matanya membola. “Marvel?”   Marvel meletakkan jari di bibirnya. Marshella segera menutup mulutnya sendiri. Pria itu lantas
Baca selengkapnya
Chapter #10 Whitby
“Don't trust everyone you meet, even salt looks like sugar.” -Anonymously-    ***   “Jadi, sekarang kau percaya padaku?” tanya Marshella setelah mereka berada cukup jauh dari kastil.   “Sama sekali.” Marvel membaca papan petunjuk jalan yang baru saja mereka lewati. “Sepertinya jalan ini menuju Whitby.”   “Benarkah?” Marshella ikut menoleh keluar. Namun, papan petunjuk arah sudah terlewati.   “Yah, setidaknya lebih baik bertemu drakula daripada komplotan itu lagi.”   Whitby memang terkenal sebagai tempat untuk ‘bertemu’ drakula atau vampire sejak sebuah novel klasik berlatar tempat itu tentang makhluk itu karangan Bram Stoker muncul tahun 1897.   Marshella hanya memutar kedua bola matanya. Ada hal lebih penting yang ingin ia ketahui. “Lalu, ken
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status