Share

Chapter #4 Kecelakaan

“Nona Wood?”

Gadis itu terlihat ketakutan dan mengetuk—sedikit lebih keras dan tergesa-gesa—kaca jendela mobil Marvel. Pria itu segera menurunkan kaca mobil, mematikan koneksi panggilannya dengan Dean begitu saja.

“Apa yang terjadi? Kenapa kau terlihat … berantakan?” tanya Marvel dengan penuh keheranan melihat penampilan acak-acakan Marshella Wood. Belum sampai lima belas menit yang lalu mereka bersama dan penampilan penulis itu sudah sedemikian berbeda.

“Tolong aku, Tuan Dawson!” Bibir Marshella bergetar. Berkali-kali ia menoleh ke sekeliling, seakan-akan sesuatu akan muncul dan menerkam.

Marvel memang merasa kesal sejak meninggalkan kamar hotel tadi. Namun, ia kesal dengan kisah “reinkarnasi” Marshella, bukan pada gadis itu. Ia pun turun dari mobil dan berusaha menenangkannya.

“Hei, lihat aku! Aku di sini. Apa yang membuatmu ketakutan?” Marvel memegang kedua bahu Marshella. Wajah penulis itu pucat pasi. 

“Tarik napas, buang, lalu cerita padaku.” Pria itu berbicara dengan lembut. Ia sangat jarang melakukan itu pada wanita mana pun dan se-menggoda apa pun itu. Namun, melihat Marshella yang seperti baru saja mengalami hal buruk, membuatnya melupakan perdebatan mereka beberapa saat yang lalu.

“Tuan … Dawson.”

“Sudah kubilang, panggil saja Marvel. Kita sudah cukup saling mengenal sampai berada dalam kamar hotel yang sama, bukan?” Marvel mencoba sedikit bercanda untuk mencairkan ketegangan yang dirasakan Marshella.

“Mana jaketmu, Marshella?” Ia baru menyadari bahwa gadis itu juga kedinginan tanpa ada syal tebal ataupun jaket yang membungkusnya.

Marshella menggelengkan kepala berkali-kali. “Kita … kita harus segera pergi … dari tempat ini.” Kata-kata gadis itu terputus-putus. Napasnya tidak beraturan. Tubuh gadis itu juga semakin menggigil. Marvel segera melepaskan jaket dan mengenakannya pada gadis berambut ikal sebahu itu.

“Masuklah. Di dalam lebih hangat.” Marvel menuntun Marshella ke dalam mobil. Ia lantas kembali duduk di belakang kemudi. 

Marshella menoleh ke luar jendela dan ke belakang. “Marvel, please! Bisa bawa aku keluar dari tempat ini?” Air muka gadis itu seperti hendak menangis.

Marvel masih bisa merasakan bahwa ketakutan Marshella belum hilang. Mau tak mau, pria itu menurutinya. Ia mengangguk menenangkan.

“Ya, aku juga tadinya ingin pergi—sebelum kau datang.” Ia menghela napas. “Baiklah. Kita pergi dan kau harus menceritakannya padaku apa yang terjadi padamu.”

Porsche pun keluar dari basement hotel tua Kastil York, mengarah ke jalan utama menuju London.

 “Ceritakan padaku, apa yang terjadi?” perintah Marvel sambil mengemudi. Ia mencoba tidak terdengar menekan dan dengan intonasi selembut mungkin agar Marshella bisa lebih tenang.

Terdengar isak dari gadis itu. Seraya melepaskan kaca mata dengan tangan gemetar. Marvel melihat itu. Ia pun meraih jemari Marshella dan menggenggamnya--menyetir dengan satu tangan.

“Seseorang—yang kita kira pelayan—datang lagi setelah kau pergi. Dia membawa beberapa orang dan … aku mengenal salah satunya sebagai Gale. Kami bertemu sehari sebelum Natal. Dia bahkan meminta tanda tanganku. Aku kira dia penggemarku. Dia dan sekelompok orang berbaju hitam lainnya menculikku. Tidak! Tidak! Mereka hendak membunuhku. Aku … aku berhasil kabur, tapi ….”

Kendaraan Marvel berhenti di persimpangan. Pria itu memeriksa lampu lalu lintas dan monitor yang menghitung mundur. Tak ada kendaraan lain yang berhenti. Kota ini benar-benar seperti kota mati di malam hari.

“Siapa mereka, Marshella? Dan kenapa … kenapa mereka ingin membunuhmu?” Marvel masih sulit mencerna cerita Marshella. Ia menoleh pada gadis itu.

Pria itu tidak yakin harus percaya atau tidak pada gadis ini. Namun, melihat penampilan dan raut pucat itu, sulit untuk mengabaikannya.

“Mereka sama seperti kita. Aku tahu kau tidak akan percaya, tetapi mereka … sama sepertimu yang dulu mengincar nyawaku. Semua sudah kuceritakan di sini.”

Marshella mengeluarkan novel Ice Flower dari dalam tas dan menyerahkannya pada Marvel. "Semua mimpi-mimpi itu benar, Marvel!"

Marvel menahan diri untuk berdebat.

“Aku tahu kau belum pernah membacanya, Marvel. Aku membawamu ke York karena mungkin … kau akan merasakan sesuatu yang lain. Sama seperti aku.”

Marvel membuang napas dengan kesal. “Jangan ulangi dongeng itu, Nona Wood.”

“Aku tidak sedang mendongeng!” Marshella setengah membentak dan itu membuat Marvel terkejut.

“Lalu bagaimana kau bisa yakin kalau orang yang ada di dalam mimpimu itu adalah aku?” Marvel merasa kepalanya ingin pecah karena kegilaan wanita muda di depannya ini. “Bisa saja itu orang lain—dan mungkin bisa langsung percaya dengan ceritamu.”

“Aku sudah bilang kalau aku melihatmu! Aku melihatmu dalam mimpiku. Pakaian kalian berbeda, tapi itu kau! ITU KAU! ITU KAU, KEITH!”

Marvel terkejut mendengar teriakan itu, apalagi kini Marshella menangis dan terlihat putus asa.

“Keith? Siapa Keith?” Marvel semakin bingung.

“Semua yang kuceritakan tentang kau dan aku di masa lalu itu benar. Kita terjebak dalam kutukanku di masa lalu. Aku adalah Kelly dan kau adalah Keith, pengawal seorang duke yang ingin membu—”

Suara bising terdengar memecah keheningan. Sebuah mobil SUV hitam menghantam moncong belakang kendaraan Marvel dengan sangat keras.

Porsche itu berputar-putar sebelum akhirnya menghantam tiang listrik. Sekelompok pria turun dari kendaraan yang menabrak mobil Marvel.

Marvel berusaha untuk tetap sadar saat mereka berjalan mendekat. Namun, pandangannya begitu kabur. Rasa sakit karena tabrakan yang baru saja terjadi langsung mengambil alih tubuhnya.

“Ini dia orangnya?” tanya salah satu dari mereka begitu mendekat. Marvel menatap mereka dari kaca jendela yang pecah. Napasnya tersendat-sendat. Pandangannya semakin kabur.

“Ya, Tuan.”

“Hm, mirip sekali. Sepertinya memang dia, Keith si pengkhianat! Lalu yang di sebelahnya adalah … gadis itu?” tanyanya lagi.

“Benar, Tuan.”

Suara berat itu terdengar menghela napas. “Baiklah, kita habisi pengkhianat ini sebelum Tuan Putri. Jangan tinggalkan jejak dengan pisaumu itu, Gale!”

Marvel yang terluka parah melihat salah satunya mengeluarkan benda tajam. Pria itu hendak melawan, tetapi tubuhnya tidak ingin bekerja sama. Seraya perlahan menoleh pada Marshella yang bersimbah darah dan tidak sadarkan diri.

Kemudian, seseorang membuka pintu dan lengannya dicengkeram sesuatu yang tajam. Perih. Marvel merintih dengan napas tersengal-sengal.

“Kau harus membayar nyawa yang kau ambil dengan berkhianat pada Tuan Frederick beratus tahun yang lalu, Keith. Butuh waktu yang sangat lama untuk menemukanmu di tengah-tengah London. Untungnya tuan putri itu tidak cukup pintar dengan membawamu ke sini. Di sinilah seharusnya kita mengakhiri semuanya. Kau dan tuan putri kesayanganmu itu!” Setiap kata-kata diucapkan pria bernama Gale itu dengan mendesis dan penuh dendam.

“Gale, dia milik Tuan Frederick! Kau harus menyisakan sedikit kesadaran.”

“Ah, sayang sekali.”

Sesuatu yang tumpul membentur kepala Marvel dan suara Marshella kembali terdengar. Aku adalah Kelly dan kau Keith, pengawal seorang lord. Kita dalam bahaya, Keith. Kau dan aku.

Marvel pun tak sadarkan diri.

***

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rin
seru thor. cepet banget ngunci babnya...
goodnovel comment avatar
Devi Amma
Wah lagi seru-serunya.....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status