[Marshella melihat Kelly menghampiri Keith yang berdiri di samping sumur tua. Selain pemuda itu, tak ada orang lain. Rider mengikuti dari belakang Kelly untuk berjaga-jaga.]
“Apa yang kau inginkan?” tanya Kelly tidak ramah. Ia sedikit menyipitkan mata.
“Jawaban, Nona.” Pemuda itu menjawab singkat.
“Tuan Frederick menyuruhmu menunggu jawabanku?” tanya Kelly lagi.
Pemuda itu kembali mengangguk.
“Siapa namamu?”
“Orang-orang memanggilku Keith, si penunggang kuda.” Pemuda bernama Keith itu tidak menunjukan ekspresi apa pun.
“Baiklah, Keith si Penunggang Kuda. Sampaikan pada Tuan Frederick kalau aku mengajukan syarat untuk pernikahan ini.”
“Kau tidak bisa melakukannya, Nona.” Keith menatap lurus pada Kelly.
“Kenapa?”
Keith diam sejenak. Kali ini, wajah dinginnya menunjukkan emosi. “Karena ini lamaran untuk menyelamatkan semua
“Mereka penjahat yang bodoh,” gumam Marshella setelah berhasil membuka semua rantai. Seraya lantas mencoba mendengar suara dari balik pintu. Hening.Marshella semakin menempelkan telinganya ke daun pintu. Lagi-lagi tidak mendengar suara apa pun. Lalu tiba-tiba kenop pintu diputas dari luar.Mata Marshella membola, tubuhnya menegang. Pintu pun dibuka seseorang dan orang itu adalah pria yang ia temui saat turun dari bus di malam sebelum Natal.“Oh, bagaimana kau bisa melepaskan diri?” Ia menoleh ke rantai di tempat tidur dan melihat kunci tergeletak di sana. “Ah, aku ke sini karena ketinggalan kunci itu,” lirihnya lalu kembali menatap Marshella.“Otakmu berpikir cepat juga, Nona Wood.” Seraya mendekat dan membuat wanita itu terdorong mundur. “Begitu sadar, kau benar-benar memanfaatkan kesempatan.” Matanya menatap tajam.&n
Siapa? Marshella menebak siapa pemilik suara itu. “Tenanglah. Saluran pembuangan ini punya banyak cabang. Kita berada di sisi tebing. Di bawah sana adalah mulut gua. Jangan bersuara jika tidak ingin suaramu menggema dan mereka tahu posisi kita.” Marshella mendengus. Siapa yang bicara di antara kita saat ini? Ingin rasanya melontarkan kalimat itu. Akan tetapi, mulutnya masih dibekap oleh orang di belakangnya. Suaranya sangat familiar, tetapi tidak mungkin orang ini adalah dia. Marshella memberikan isyarat agar pria itu melepaskan bungkaman di mulutnya. Pria itu mengerti dan segera menyingkirkan tangannya. Marshella bernapas lega. Ia pun menoleh dengan susah payah. Matanya membola. “Marvel?” Marvel meletakkan jari di bibirnya. Marshella segera menutup mulutnya sendiri. Pria itu lantas
“Don'ttrust everyoneyou meet, evensaltlooks likesugar.” -Anonymously- *** “Jadi, sekarang kau percaya padaku?” tanya Marshella setelah mereka berada cukup jauh dari kastil. “Sama sekali.” Marvel membaca papan petunjuk jalan yang baru saja mereka lewati. “Sepertinya jalan ini menuju Whitby.” “Benarkah?” Marshella ikut menoleh keluar. Namun, papan petunjuk arah sudah terlewati. “Yah, setidaknya lebih baik bertemu drakula daripada komplotan itu lagi.” Whitby memang terkenal sebagai tempat untuk ‘bertemu’ drakula atau vampire sejak sebuah novel klasik berlatar tempat itu tentang makhluk itu karangan Bram Stoker muncul tahun 1897. Marshella hanya memutar kedua bola matanya. Ada hal lebih penting yang ingin ia ketahui. “Lalu, ken
“Don'ttrust everyoneyou meet, evensaltlooks likesugar.” -Anonymously- ***** “Dari mana kau tahu ada tempat seperti ini?” Marvel mengedarkan pandangangannya ke sekeliling tebing yang mengarah langsung pada dermaga. “Apa tempat ini juga muncul dalam mimpimu?” Ada nada mengejek yang disuarakannya. Marshella menahan diri untuk tidak membalas ejekan itu. “Aku tahu dari pramuniaga di toko sepatu tadi,” jawabnya singkat. Seraya menjatuhkan diri ke atas sofa dan merapatkan jumper musim dingin yang dicuri Marvel dari wagon. Sejujurnya, dia merasa bersalah karena mengenakan jumper ini. Ia berjanji akan kembali ke toko itu dan membayarnya. “Orang tadi mengatakan kalau ada pub di atas bukit ini yang sudah tutup karena merugi. Pemiliknya sedang mencari pembeli. Ide ke sini
“The truth is rarely pure and never simple.” -Unknown- Marvel mendekati Marshella yang mengigau. Keringat dingin membasahi pelipis wanita muda itu. Bahkan kerah kemejanya sudah sangat basah. Bibirnya bergetar. “Hei, hei! Nona Wood, bangun!” Ia mengguncangkan bahu penulis muda itu dengan khawatir. Kepala Marshella bergerak ke kiri dan kanan dengan cepat. Si penulis masih terus mengigau, tubuhnya menegang. Marvel menangkupkan kedua tangannya dan mengusap berkali-kali. Ia menduga, Marshella mengalami gejala hipotermia. Seraya melepaskan jaket tebal dari tubuh dan hendak menyelimuti wanita muda itu. Saat itulah, Marshella terbangun. Ia terkejut akan kehadiran Marvel yang begitu dekat dan menarik diri ke belakang. “Jangan mendekat!” bentaknya. Matanya mengeluarkan air mata. Marvel terkejut mendapatkan reak
”The trust is rarely pure and never simple.”-Unknown-Marvel mengamati dari balik badan kapal yang sedang diperbaiki dan terparkir di pinggir dermaga. Ia merapatkan jumper beludru sambil setengah meringkuk.Tak lama kemudian, sosok yang ditunggunya terlihat tak jauh dari 76-77 Baxtergate, tempat perjanjian mereka. Ujung bibir Marvel terangkat. Ia segera menegakkan tubuh dan berjalan mendekati Steve. Namun, baru beberapa langkah, matanya menangkap ada sosok lain yang mengamati dari balik jendela kaca salah satu bar di seberang jalan itu.Bukan hanya di sana, tetapi juga di pingir dermaga. Pria itu memasang gestur sedang bicara dengan seseorang melalui gawainya. Di sudut lainnya, ada Robert yang juga sedang mengamati Steve dari salah satu jendela kaca bar di seberang Gale.Mereka semua—di mata Marvel—seperti sedang mengamati Steve. Seolah-olah tahu kala
-Mimpi Marshella/Masa Lalu Kelly-Marshella terbangun dan mendapati dirinya masih di tepat yang sama saat melihat Keith memerintahkan Gale dan kawanannya untuk memenggal kepala Lyana Wood. Namun, saat Gale mengayunkan pedangnya dan mengarahkannya ke leher nenek moyangnya itu, Marshella seperti terdorong sesuatu yang baru saja lewat sekelebat.Asap hitam itu bergerak cepat dan membungkus tubuh Gale, mengangkatnya setinggi kepalanya lalu menghempaskan pria itu dengan sangat keras ke padang rumput yang mereka injak. Tiga orang anak buahnya saling memandang dan bergerak takut-takut. Sementara itu, Keith mendekap Kelly dengan jubahnya begitu asap hitam itu mengarah padanya. Namun, saat hampir dekat asap hitam itu justru menggumpal lalu bertiup ke atas dan berputar-putar di sana.Keith tidak terlihat takut. Wajahnya tegang karena waspada. Di sisi lain, Kelly justru terlihat takut karena melihat darah segar men
“Kau baik-baik saja?” Marvel berusaha membantu membangunkan Marshella yang berkeringat dingin. “Mimpi buruk lagi?” Marvel terkejut saat tangan gadis itu menyentak, sama seperti malam sebelumnya. Ia pun menarik diri. Marshella mengedarkan pandangannya. “Kita di salah satu rumah warga, Sir Rodrigo. Kurang dari setengah jam dari York.” Marshella menunduk dan memejamkan mata. Napasnya terengah-engah. Ia ingat akan suara tembakan saat Marvel kembali. “Aku mendengar suara tembakan.” “Tembakan?” tanya Marvel mengernyitkan dahi. Marshella mengangguk. “Tidak ada yang menembak. Mungkin kau salah dengar antara suara petir dengan tembakan. Saat aku datang dan menyuruhmu lari, kau terlihat sempoyongan. Apa yang terjadi?” Marvel memegang pinggangnya yang terselip pistol di sana. Pistol itu ia temukan di laci mobil milik Ste