Semua Bab Nafkah Istri Pertama: Bab 51 - Bab 54
54 Bab
Bab 51
Bab 51      Hari demi hari, bulan demi bulan, tidak terasa usia Nada, Putri yang telah Naura lahirkan kian bertambah. Tentu saja kebutuhan yang harus dipenuhi  juga  bertambah banyak   "Bu, Pampers Nada udah habis. Bagaimana ini? Pinjam duit Ibu dulu boleh ya?" Naura mendekati Bu Ema.     "Kamu ini bagaimana, Naura? Kamu pikir ibu ini gudang duit apa? Darimana lagi ibu mendapatkan uang. Ibu sudah menghitung-hitung, setiap bulan kita harus mengeluarkan uang berapa, untuk jatah Nada juga berapa." Jawab Bu Ema.     "Tapi uang yang ibu serahkan untuk Nada udah habis, Bu." Ujar Naura.     "Naura, kondisi keuangan kita sedang sempit. Seharusnya kau tahu cara untuk berhemat, lihatlah rencana ibu untuk membuka usaha baru belum terwujud. Uang hasil gadai rumah kita pun hampir habis, nanti kalau kita tidak bisa menebus rumah ini, bahaimana? Mau kamu rumah in
Baca selengkapnya
Bab 52
Bab 52     "Pak Erland, bisakah aku meminta izin untuk pulang lebih cepat?" Suara Ika terdengar serak.     Erlan melihat ada yang mengkhawatirkan dari wajah perempuan itu.     "Ika, kau terlihat begitu pucat. Apa kau sakit?" Tanya Erland.     "Tidak, aku baik-baik saja hanya sedikit pusing, Pak." Jawab Ika.     "Baik kalau begitu, biar aku antarkan kamu pulang," Erland bangkit dari duduknya.     "Tidak usah. Aku bisa pulang sendiri. Lagi pulang pekerjaan Bapak belum selesai,"     "Tidak! Pekerjaanku bisa diselesaikan nanti. Aku khawatir jika kau harus pulang sendiri," ujar Erland.     "Terserah Bapak saja kalau begitu. Tapi aku tidak enak terlalu banyak merepotkan Anda, Pak Erland." Ujar Ika sambil terhuyung. Tangannya berpegangan pada dinding.     "Ika, kau tidak apa-apa?"
Baca selengkapnya
Bab 53 ENDING
Bab 53      Beberapa tahun kemudian,     Arsyad membanting begitu saja sebuah tas hitam yang berisi segenap berkas di tangannya.     "Ada apa, Arsyad?" Bu Melia mendelik heran.     "Tidak ada satu perusahaan pun yang mau menerima aku lagi, Bu. Terpaksa Arsyad tetap bekerja di pencucian mobil yang menyebalkan itu. Dengan hasil yang jauh dari standar hidup. Selamanya kita akan terus terpuruk dalam kehidupan yang tidak menyenangkan ini," ucap Arsyad.     "Sabar dulu, nanti pasti ada-ada saja perusahaan yang mau menerima kamu. Kerja di perkantoran lebih baik daripada bekerja di tempat cucian mobil." Bu Melia menenangkan.     "Perusahaan mana lagi Bu, yang mau menerima seorang pria yang baru keluar dari penjara seperti aku? Bahkan perusahaan kecil pun menolak dengan kasar. Masih untung aku dapat pekerjaan di steam pencucian mobil. Kalau ti
Baca selengkapnya
Bab 54 Extra Part
Bab 54      "Ma, sini Papa yang jemur pakaiannya ya," ujar Erland sembari menarik keranjang yang berisi pakaian-pakaian yang baru saja dikeringkan dari dalam mesin cuci.     "Aduh, Pa. Ntar nggak enak kalo di liat orang. Kok Papa yang jemur pakaian?"     "Ah nggak apa-apa. Namanya rumah tangga itu harus sama-sama. Apalagi Bik Inah dan Bik Inun sedang tidak ada. Bisa-bisa Mama sakit bila harus mengerjakan pekerjaan rumah sendirian, udah deh, Mama istirahat saja dulu sana. Ntar sakit kalo kecapean. Papa lihat  saudari bangun pagi tadi Mama beristirahat. Sambil liat-liat si kembar" ujar Erland dengan senyuman.     Erland keluar menuju ke jemuran disamping rumah.       Ika mengucap syukur kehadirat Tuhan yang telah menganugerahinya sesosok lelaki yang sudah dianggapnya seperti malaikat     Sedangkan Erland mulai sibuk dengan pak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status