All Chapters of Nafkah Istri Pertama: Chapter 41 - Chapter 50
54 Chapters
Bab 41
Bab 41        "Arsyad...!" Terdengar sebuah seruan secara tiba-tiba dari arah belakang mereka. Seruan yang juga memotong pembicaraan Arsyad.     Ketiganya menoleh,     "I ... I ... Ika ...?"      "Pak Erland  ..?" Arsyad melongo...     "Sejak kapan kalian berada di sini?" Tanyanya bingung.     "Tidak usah bertanya kapan kami ada disini, sekarang coba kamu jelaskan, apa maksudmu berbicara seperti itu kepada mereka Arsyad?"tanya Ika dengan raut muka aneh     "Ya, jelaskan apa maksud kamu yang sebenarnya?" Erland ikut bicara.    Arsyad sungguh dibuat bingung, ia belum mampu mencari jawaban yang tepat dalam waktu yang begitu singkat.     "Arsyad, mungkin kamu ragu berbicara di sini. Ayo ikut ke ruangan kantorku sekarang ...!" Ujar Erland.     Na
Read more
Bab 42
Bab 42    Di kediaman Bu Ema.    Muka Arsyad  merah padam dengan lembaran kertas di tangannya.    Sedangkan dua orang wanita di depannya nampak tidak bisa berkata apa-apa.     "Dugaanku ternyata benar. Anak yang kau lahirkan bukan darah dagingku. Hasil tes DNA ini begitu akurat dan detail."     "Aku akan menuntut kalian!" Lanjut Arsyad.     Gedubrakk...     Sebuah meja menjadi sasaran kemarahan Arsyad.     "Ya, aku tidak menyangka Naura, kau menipu kami selama ini. Teganya kalian," Bu Melia menitikkan air mata.     "Melia, sama sekali tidak berniat untuk menipu kamu. Tapi bukankah kamu menginginkan seorang cucu yang selama ini tidak kalian dapatka
Read more
Bab 43
Bab 43 "Ada apa, Nak?" Tanya Bu Melia.     "Pak Erland menyuruhku datang ke kantor. Paling-paling juga menyuruhku untuk bekerja kembali," Arsyad tersenyum sinis.    "Makanya jangan sembarangan memecat orang," Gerutunya kemudian.     "Ya datangin aja. Bilang sama si Erland Erland itu bahwa kau bisa mencari pekerjaan yang lebih baik daripada mengemis-ngemis bekerja padanya," ujar Bu Melia.     "Bener, Bu. Habis kemarin dia bela-belain Ika di depan aku. Belum tahu dia Ika itu siapa? Paling-paling juga selama ini Ika bekerja dengan bantuan seseorang. Hingga bisa seolah-olah berprestasi di sana." Imbuh Arsyad.     "Maksudmu apa Ika bekerja sebagai apa di sana?" Bu Melia merasa heran.     Huufh... Arsyad menutup mulutnya,' kok bisa keceplosan sih,' pikirnya.     "Eh enggak Bu. Ika tidak kerja sebagai apa-apa kok di
Read more
Bab 44
Bab 44     "Maaf kalau kenyataan ini membuatmu terkejut Arsyad. Lihatlah daftar-daftar dalam data-data ini."     Erland menyodorkan kertas tersebut ke hadapan Arsyad.     Seketika mulut Arsyad tidak mampu berkata lagi.     Disana tertulis data-data rahasia besar yang selama ini ia lakukan.      'Sial, dari mana Pak Erland bisa mengetahui semua ini?' Dalam hati pertanyaan besar tersebut memenuhi benak Arsyad.    "Kau sudah lihat bukan? selama ini kau telah menggelapkan uang perusahaan sebegini banyaknya, Arsyad," ujar Erland dengan raut wajah kecewa.     "Apa maksud semua ini, Pak Erland? aku benar-benar tidak mengerti dengan semua data-data di kertas ini." Imbuh Arsyad.  &
Read more
Bab 45
Bab 45"Selamat siang, Pak Erland! Apakah ini orangnya?" Suara berat laki-laki.     Terkejut, Arsyad menoleh,      Seorang laki-laki berpostur tinggi besar dengan seragam khas.     Beberapa orang berseragam juga mengikuti lelaki kekar itu masuk.    Salah seorang dari mereka memborgol paksa tangan Arsyad.     "Pak, kenapa tangan saya di borgol? Apa salah saya?" Teriak Arsyad.     "Kau sudah tahu dengan jelas salahmu apa," Timpal Erland.     "Pak Erland, kau sengaja ingin menjebakku?" Teriak Arsyad memberontak.     "Jelaskan apa yang sebenarnya kau inginkan dariku, Pak Erland?" Arsyad kembali berteriak.     "Diam dulu Pak Arsyad! Nanti semuanya bisa di jelaskan di kantor polisi." Tegur salah seorang anggota aparat tersebut.     "Tidak bisa begitu
Read more
Bab 46
Bab 46     "Mmm,kalau aku masih mencintainya, aku tidak akan meminta cerai." Jawab Ika.     "Syukurlah kalau begitu," sahut Erland.      "Kamu kok bersyukur?"Ika heran.      "Tidak apa-apa. Artinya ada peluang." Sahut Erland.      "Peluang? Peluang apa?" Tanya Ika bingung.     "Ah tidak. Tidak ada maksud apa-apa,"   ***      "Selamat siang, Pak Erland!" Seseorang menyapa.     "Siang ada apa?" Erland bertanya.     "Ada seseorang di luar sana yang ingin bertemu sama bapak,"      "Oh ya siapa?"     "Saya tidak kenal, Pak,"     "Mmm, apakah dia mencurigakan?"     "Tidak juga, dia seorang perempuan paruh baya. Tapi sepertinya kedatangannya tidak d
Read more
Bab 47
Bab 47     "Sekarang aku tanya Pak, apakah dia sering kemari hanya untuk melamar pekerjaan? saya hanya memberikan masukan jangan pernah menerima karyawan wanita janda seperti dia. Meskipun hanya untuk menjadi cleaning service sekali pun. Dia hanya akan mengusik para lelaki yang telah beristri. Karena apalah martabatnya sebagai janda mandul, seorang diri pula. Secara dari mana dia bisa hidup nyaman kalau tidak dari uang laki-laki hidung belang," ujar Bu Melia tanpa rasa bersalah.     "Hentikan Bu Melia, aku tidak seperti yang ibu ucapkan,"  Ika menyela. Terlalu lama Ika membiarkan Bu Melia berkata sesuka hati.      "Aku memang janda, tapi aku bukan janda gelenjotan. Aku bukan penikmat duit orang. Bahkan dengan tanganku ini, aku mampu mencari uang sendiri bahkan melebihi yang mampu Arsyad dapatkan," balas Ika.     "Nah Pak Erland, Anda bisa lihat sendiri kesombongan wanita ini." Bu
Read more
Bab 48
Bab 48     Bu Melia tersenyum sumringah dengan mengibas-ngibaskan lembaran-lembaran uang di tangannya.     "Tidak apalah aku kehilangan rumah, yang penting anakku bisa bebas. Toh aku masih punya usaha mebel yang bisa kukembangkan,"     "Cicilan Bank tidak akan mengurangi hasil yang akan kudapatkan," gumam Bu Melia.        "Sebaiknya aku harus mengabari Arsyad dulu soal ini,"***     Setelah melewati beberapa prosedur, Bu Melia akhirnya bertatap muka dengan Arsyad.     "Arsyad, ibu punya cerita bagus untukmu,"     "Berita soal apa, Bu?"     "Ibu akan membebaskanmu dari sini,"ujar Bu Melia tersenyum senang.     "Oh ya? Tapi tidak sedikit uangnya yang diperlukan untuk membebaskan aku dari sini Bu, dari mana ibu mendapatkan uang?" Tanya Arsyad.
Read more
Bab 49
Bab 49     Karena tindakan yang mereka lakukan, Bu Melia dan Arsyad tidak mampu mengelak dari kenyataan bahwa mereka harus mendekam dalam jeruji besi. Bahkan jasa seorang pengacara yang mereka sewa pun tidak mampu untuk melepaskan mereka dari jeratan hukum.     "Mengapa nasibku begini apes? Apa salahku? Huuuh...! Ika...semuanya gara-gara dia...!" Bu Melia terus sesenggukan meratapi nasib.     "Bagaimana bisa dia menjadi marketing manager di perusahaan itu, jabatan yang bahkan melebihi jabatan anakku dulu. Apakah selama ini Ika membohongi kami?" dalam isak tangisnya Bu Melia masih sempat untuk mengumpat.     Kembali ia teringat penampilan Ika yang ia lihat kemarin,     "Sungguh sulit dipercaya, dari mana Ika mendapatkan uang banyak yang bisa merubah penampilannya hingga sedrastis itu? Hu
Read more
Bab 50
Bab 50 "Haaaa ...?" Naura tersentak.     "Mahendra menyebut anak kecil itu sebagai anaknya? Apakah selama ini Mahendra sudah menikah?" Naura melongo dengan kedua tangan menutup mulut.     "Kurang aj*r...!" Seru Naura seraya berjalan dengan amarah yang naik ke ubun-ubun. Langkah kakinya menuju ke arah di mana Mahendra dan wanita itu berada.      "Mahendra...!" Teriak Naura.      "Lhoo? Naura...? Kok kamu ada di sini?" Mahendra amat kaget melihat Naura berdiri tepat di hadapannya.     "Pa, siapa wanita ini?" Istri Mahendra tidak kalah kaget.     "Mmm ... ia bukan siapa-siapa, Sayang." Jawab Mahendra.     Mendengar jawaban lelaki yang sejak lama ia kenali tersebut,  Naura naik pitam. Hatinya sakit dengan pengakuan palsu Mahendra.     "Apa kau bilang? Kau tak katakan jika aku ini
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status