All Chapters of Nafkah Istri Pertama: Chapter 31 - Chapter 40
54 Chapters
Bab 31
Bab 31     Namun, baru saja mobilnya ingin melaju, Sekelebat mobil mewah memasuki pekarangan rumah Bu Ema. Ya, mobil itu adalah mobil yang ia lihat memasuki apotek kemarin, dimana ia sempat melihat seorang wanita yang mirip dengan Naura.     Penasaran, Arsyad mengendap-endap mendekat.     Dan...     Terlihatlah sebuah pemandangan memilukan. Dua orang keluar dari sana. Laki-laki dan seorang perempuan yang amat ia kenal.     "Naura?" Arsyad terkhenyak.     Arsyad dengan segera berlari menghampiri kedua orang yang sedang bergandengan tangan tersebut.     "Naura...!" Teriak Arsyad.     Naura dan lelaki di sampingnya menoleh,      "Arsya
Read more
Bab 32
Bab 32      Tepat di sebuah mall, seorang ibu paruh baya sedang memilih belanjaan, memang hari ini adalah jadwalnya untuk membeli berbagai macam jenis kebutuhan pribadi.     Cukup banyak. Maklum meskipun sudah berusia paruh baya, Bu Melia adalah perempuan yang begitu mempedulikan penampilan. Mulai dari kosmetik yang ia pakai, hingga pakaian yang melekat pada tubuhnya, tidak bisa di anggap sepele.     Setelah merasa selesai, Bu Melia segera membawa belanjaannya ke kasir.      Seorang pelayan kasir, menghitung satu persatu belanjaan Bu Melia.     Tidak lama kemudian, pelayan kasir tersebut menyebutkan nominal jumlah uang yang harus Bu Melia bayar.     Bu Melia mengeluarkan kartu debit dari dalam tasnya, lalu menyodorkan pada petugas kasir.     Tidak lama kemudian,     "Maaf, Bu. Saldo Ibu ti
Read more
Bab 33
Bab 33     "Rugi Arsyad ingin membuang Naura. Tidak akan bisa dia mendapatkan ganti wanita secantik Naura. Tuh anak tidak tahu diuntung." Bu Melia tidak habis pikir.     Sepanjang perjalanan menuju ke rumah kediaman Bu Ema, Bu Melia terus saja menggerutu menyesali keputusan Arsyad.     'Mengapa bisa Arsyad berpikir sependek itu? Tidak cinta kah ia terhadap Naura? Tidak mungkin. Selama ini aku telah melihat bagaimana cintanya ia pada wanita itu. Atau jangan-jangan ada orang ketiga yang menghasut mereka sehingga membuat Arsyad membenci Naura. Kemungkinan besar orang ketiga itu yang menghasut dan mengompori Arsyad. Kalau memang benar, siapakah orang ketiga itu? apakah mungkin dia adalah Ika?'     'Ya, kemungkinan pertama adalah Ika. wanita itu mungkin saya merasa ingin dan sakit hati lantaran bahagia bersama Naura dan calon buah hati yang tumbuh di rahim Naura.'     
Read more
Bab 34
Bab 34     Drrt... Drrt...     Ponsel Bu Melia bergetar, namun setelah mengetahui siapa yang menelpon, Bu Melia tidak segera mengangkatnya. Dia membiarkan hingga getaran ponsel tersebut berhenti sendiri.     "Untuk apa lagi dia menelepon nelpon, anak durhaka. Tidak mau menuruti saran orang tua. Tidak memikirkan anak, hanya ingin menuruti ego sendiri. Sampai hati dia tidak memperdulikan benihnya dalam kandungan Naura. D*sar lelaki yang mau enaknya saja." mobil Bu Melia melihat nama Arsyad terpampang jelas pada kontak pemanggil di layar ponselnya.     Kemudian Bu Melia memutuskan untuk mengirim pesan.     "Tidak usah menghubungi ibu lagi, Arsyad. Kamu telah berubah durhaka. Ibu tidak menyuruhmu untuk menceraikan Naura, karena ibu menyayanginya. Namun kau tetap pada pendirianmu sendiri tanpa menghargai pendapat ibu. sekali lagi ibu ingatkan tidak usah menghubungi ibu
Read more
Bab 35
Bab 35          Arsyad merasa hidupnya apes. Naura yang begitu ia kagumi selama ini ternyata bermain dengan laki-laki lain.      Yang lebih menyakitkan,  omongan Arsyad sama sekali tidak bisa meyakinkan Bu Melia.     Bu Melia selalu saja menyalahkan Arsyad,  hingga tega mengusir Arsyad dari rumah.     Hingga terpaksa lah Arsyad tinggal di sebuah rumah kontrakan yang tidak begitu besar.     Rupanya permasalahan yang menimpa Arsyad belum berhenti begitu saja. Karena ketidak fokusannya dalam bekerja, beberapa waktu belakangan, membuat Arsyad kena teguran keras.     Karena kelalaiannya itu, terpaksa gaji Arsyad pun dikurangi.     "Beginilah nasib kalau hanya jadi seorang karyawan rendahan." Keluh Arsyad.     Sore ini Arsyad terpekur di kontrakan kecil di mana ia ti
Read more
Bab 36
Bab 36      kemudian matanya teralihkan oleh seorang perempuan berpenampilan begitu luar biasa keluar dari sisi pintu mobil yang satunya.     "Ika?" Kembali Arsyad terbelalak.     "Arsyad, sedang apa kau disini?     "Mengapa kelihatan begitu terkejut?" Tegur Erland Bastian.     "Kalian? Kalian kok bisa bersama?     Arsyad heran luar biasa.     "Eh maksudku kenapa Bapak ada disini bersama Ika?" Ralat Arsyad.     "Ya kebetulan aku mengantar Ika pulang? Lagi pula ada suatu masalah terkait pekerjaan yang harus kami selesaikan." Jawab Erland.     Otak Arsyad kembali dipenuhi tanda tanya.      'Pekerjaan apa yang akan Ika selesaikan bersama seorang Erland?'     Namun, untuk sementara waktu Arsyad mencoba menyingkirka
Read more
Bab 37
Bab 37     "Kau ingin membuang Naura lalu kembali padaku? Tidak Arsyad! hidup tidak segampang itu. Melepaskan istri demi wanita lain ataupun sebaliknya. Wanita juga manusia. Aku tidak tahu jalan pikiranmu bagaimana, Arsyad. Pikiranmu tak matang. Walau bagaimanapun situasi yang aku hadapi, dan bagaimana pun kau berjanji begini dan begitu, aku tidak akan mengulang waktu bersamamu lagi. Prinsip kita berbeda. Aku, sekali hubungan terlepas takkan ku ulangi. Camkan itu...!"     Ucapan Ika terdengar begitu tegas. Tidak ada senyuman sedikitpun mengiringi ucapannya.     "Bukan seperti itu yang aku maksudkan, Ika. Sungguh. Tolonglah, aku mohon berikan aku kesempatan sekali lagi untuk mengubah semuanya."     Ulang Arsyad masih dengan harapan.     "Tidak, Arsyad! Sekarang kita telah menjadi orang lain. Berhentilah berucap meminta kesempatan. Kesempatan itu sudah hilang. Sekar
Read more
Bab 38
Bab 38          "Terima kasih banyak, Dok. Saya tidak tahu apa jadinya jikalau Arsyad benar-benar menginginkan tes itu. Ini saya ada sedikit uang sebagai ungkapan rasa terima kasih sama Dokter. Mohon diterima ya, Dok."     Suara Bu Ema terdengar lirih dari dalam ruangan Dokter Rini.     Arsyad tercekat...     "Seandainya Arsyad benar-benar mengurungkan niatnya untuk tes DNA itu, saya bisa memberikan imbalan lebih dari ini." Kembali terdengar suara Bu Ema.     Gedubrak...!      Bu Ema maupun dokter Rini menoleh dengan mimik kaget luar biasa.     Di ambang pintu berdirilah laki-laki dengan muka memerah menahan amarah, ya dialah Arsyad.     "Arsyad
Read more
Bab 39
Bab 39      Sedangkan di ruangannya Naura dikejutkan oleh kedatangan Arsyad yang tiba-tiba. Ditambah dengan raut muka yang dipenuhi amarah.     "Naura, aku ingin bicara serius,"     Naura diam tidak berani berkata apa-apa. Ada rasa takut jika membuat emosi Arsyad meledak.     "Apa yang kau inginkan datang kemari?" Tanya Naura ragu.     "Seorang dokter akan mengambil sampel pada bayi yang baru saja kau lahirkan?"     "Apa sampel? Sampel untuk apa?"     "Untuk tes DNA. Aku telah menanyakan segala sesuatunya kepada Dokter Spesialis Genetika, terkait masalah ini."     "Haaa? Tidakkah kau bisa untuk mengurungkan niatmu Arsyad?"     "Ya benar, aku tidak bisa membatalkan, aku yang akan membayar semua biaya terkait tes DNA tersebut,"     "Tidak bisakah
Read more
Bab 40
Bab 40      Namun seketika itu juga mata Arsyad dibuat terbelalak. Sangat-sangat tidak percaya dengan siapa yang dia lihat.     "I... I... Ika ...?" Kedua bola mata Arsyad membesar.      "Apakah dia yang marketing manager yang Erland maksudkan?"     "Mengapa aku baru mengetahuinya?"     Kemudian sosok Ika maju ke depan dengan sedikit membungkukkan badan diiringi dengan senyuman yang begitu renyah. Senyuman itu tidak terlalu lebar, namun terkesan elegan.     Kontan perilaku perempuan itu membuat segenap yang hadir di ruangan tersebut merasa segan. Termasuk di dalamnya adalah Arsyad sendiri.     Sesaat kemudian, dengan dipersilahkan oleh Erland Bastian, maka Ika memberikan sambutan yang tidak terlalu panjang, namun cukup mudah untuk dipahami.       Arsyad sungguh dibuat terkaget-kaget d
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status